Puasa Itu Menyehatkan

Oleh: Imam Shamsi Ali
Presiden Nusantara Foundation

“Berpuasalan niscaya kamu sehat” (hadits).

Tak dapat disangkal lagi bahwa berdasarkan penelitian pada ahli kesehatan, sebagian besar penyakit yang terjadi dalam tubuh manusia disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi. Dari kolesterol, tekanan darah tinggi, usus buntu, diabestis atau gula, ginjal, masalah paru-paru, hingga kanker perenggut maut.

Penyakit-penyakit itu menjadi momok yang ditakuti, sekaligus menjadikan perusahaan obat-obatan dan asuransi kesehatan salah satu perusahaan yang paling bergengsi. Bahkan di negara-negara maju, hidup tanpa asuransi menjadi sebuah kejajatan tersendiri. Lebih jauh isu asuransi kesehatan adalah isu politik utama di negara-negara maju, termasuk di Amerika.

Belakangan kemudian ditemukan bahwa ternyata berbagai penyakit fisik manusia juga mayoritasnya, lebih 80%, disebabkan oleh faktor kejiwaan. Penyakit-penyakit yang disebutkan di atas, tekanan darah tinggi, hingga ke serangan jantung, pada galibnya disebabkan oleh faktor psikis (kejiwaan) manusia.

Kenyataan ini saya kira tidak memerlukan penelitian yang sophisticated (canggih). Pengalaman mengatakan jika anda banyak pikiran, anda akan kurang tidur. Di saat anda mengalami kurang tidur maka terjadi ketidak seimbangan dalam peraliran darah. Dan pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan jantung, bahkan sel-sel otak itu sendiri.

Pada kedua faktor penyakit-penyakit manusia ini, puasa memainkan peranan penting sebagai solusi. Maka ketika Rasulullah SAW menyampaikan: “berpuasalah niscaya kamu sehat”, bukan sekedar omongan kosong. Tapi hakikat atau realita pada dua sisi kesehatan manusia.

Secara fisik tidak diragukan bahwa berpuasa adalah salah satu cara mencapai kesehatan yang praktis dan murah. Beberapa ahli kesehatan justeru merekomendasikan puasa sebagai treatmen (pengorbanan) berbagai ragam penyakit manusia. Minimal sebagaimana kita ketahui bersama, ketika anda akan melakukan general check up, anda dianjurkan untuk tidak mengkomsumsi makanan dalam jangka waktu tertentu.

Berpuasa misalnya memberikan ruang bagi pencernaan dan organ-organ tubuh lainnya untuk istirahat sejenak dari rutinitas, sehingga memungkinkan terjadi pembersihan dan pembaharuan sel-sel baru dalam tubuh.

Puasa juga dapat mencegah penyakit akibat pola makan yang berlebihan. Istilah agamanya “israf”. Pola makan berlebihan menimbulkan overnutrisi yang mengakibatkan kegemukan yang membawa berbagia penyakit, seperti kolesterol, jantung koronis, kencing manis, ginjal, dan lain-lain.

Saya bukan ahli di bidang ini. Tapi alangkah mudahnya menemukan berbagai artikel yang membahas tentang manfaat puasa bagi kesehatan manusia.

Tidak mengherankan, sebuah rumah sakit khusus terapi puasa didirikan oleh seorang veteran perang dubai II di Jerman. Dan ternyata rumah sakit dengan treatmen puasa ini telah didirikan di penghujung Perang dunia II.

Rumah sakit itu kini telah memasuki tiga generasi. Didirikan oleh sang kakek, yang ketika itu menderita kanker. Semua dokter angkat tangan. Hingga suatu hari ada yang menasehatinya agar menjalankan puasa. Dia lakukan itu. Dan dengan izin Allah tentunya dia sembuh.

Setelah sembuh itulah dia mendirikan rumah sakit tersebut. Hingga saat ini masih beroperasi di bawah asuhan cucu sang pendiri.

Dari semua manfaat puasa bagi kesehatan itu, saya kira kemanfatannya lebih dominan di aspek non fisik. Menahan makan bermanfaat. Tapi sumber kesehatan terbesar ada pada kemampuan manusia dalam mengelolah jiwa dan batinnya.

Keadaan kejiwaan manusia itu ternyata sangat bergantung kepada kecenderungan nafsunya. Nafsu yang didominasi oleh nafsu amarah rentang berakibat kepada keadaan kejiwaan (mental state) yang emosional.

Maka puasa sesungguhnya juga merupakan cara pembentukan kejiwaan seseorang. Jiwa yang dibentuk dengan kesabaran, kedamaian dan ketentraman dengan sendirinya akan membangun jiwa yang disebut “nafs muthmainnah” (jiwa yang tenang).

Bagaimana tidak. Puasa sekali lagi ada bentuk ibadah yang bersifat personal antara seorang hamba dan Robbnya. Sehingga dengan sendirinya “constant remembrance” (dzikir berketerusan) itu akan terus terjadi dari seorang hamba kepada Robbnya.

Dan sebagaimana Al-Quran menegaskan: “dan bukankah dengan dzikir kepada Allah hati-hati menjadi tenang?”. Hati secara otomatis akan merasakan Ketenangan dan kedamaian.

Hati yang tenang dan damai inilah yang akan memiliki dampak positif pada segala aspek kehidupan manusia. Ketenangan dalam hidup akan menjaga ketenangan dalam tidur. Istirahat cukup berdampak pada sirkulasi darah yang akan menyehatkan jantung, bahkan sel-Sel otak manusia.

Apapun itu, Sungguh benar Rasulullah ketika menyampaikan: “berpuasalah niscaya kamu sehat”. Itu bukan ungkapan biasa. Rasulullah SAW bukan seorang dokter. Juga bukan seorang ahli kesehatan. Tapi jika barbicara, bicaranya kebenaran. Karena memang: “tidaklah dia (Rasul) berbicara dari keinginannya sendiri. Kecuali karena dengan Wahyu yang disampaikan kepadanya” (Al-Quran).

Masalahnya yakinkah kita? Karena sejatinya Allah menempatkan diriNya berdasarkan prasangka hambaNya. Jika yakin, Allah pasti demikian. Jika ragu, hasilnya juga meragukan.

Tidak kalah pentingnya adalah melakukan puasa sesuai dengan tujuannya. Jika salah satu tujuannya adalah untuk mencapai kesehatan fisik, maka pola makan di bulan Ramadan harus dijaga.

Jangan sampai di siang hari meninggalkan makan dan minum, tapi di malam hari yang terjadi adalah israf (berlebihan) dan balas dendam. Semoga tidak!

Jamaica Hills, 31 Mei 2018

* Presiden Nusantara Foundation

Simak berita dan artikel lainnya di Google News