Grand Desain PPZ untuk Tata Kelola Zakat yang Berkelanjutan

Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat (PPZ) Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), Aan Suherlan, menyampaikan bahwa setiap lembaga amil zakat wajib memiliki grand desain sebagai arah kebijakan sekaligus fondasi keberlanjutan program.

Dalam paparannya, Aan menyebut lembaga zakat harus menjadi organisasi yang mampu bertahan lama. “Lembaga amil zakat harus menjadi organisasi yang berumur panjang. Karena itu setiap program wajib punya rujukan dan panduan yang jelas,” ujarnya dalam Expert Talk yang diselenggarakan Akademizi dalam tema “Grand Desain Program Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat (PPZ)”, Selasa (2/12/2025).

Aan menjelaskan bahwa grand desain PPZ berfungsi sebagai panduan menyeluruh dari hulu hingga hilir, sehingga lembaga memiliki arah yang konsisten dalam pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Menurutnya, aspek kebijakan strategis adalah titik awal yang tidak boleh dilewati. Dalam penjelasannya, ia mengatakan bahwa lembaga zakat perlu menetapkan target jumlah mustahik dalam kurun tiga hingga lima tahun ke depan, menentukan rasio serapan anggaran, membagi proporsi anggaran pendistribusian dan pendayagunaan secara jelas, serta memastikan seluruh program memberikan kontribusi nyata terhadap Sustainable Development Goals (SDGs). Tanpa landasan tersebut, lembaga akan sulit mengukur capaian dan mengembangkan program secara terarah.

Ia juga menekankan pentingnya tahapan implementasi dan pengembangan program yang terstruktur. Aan menyebut bahwa perencanaan yang baik mencakup standar pengukuran kemiskinan yang ilmiah, baik yang memakai data BPS, konsep kifayah, maupun nisab. Ia mengungkapkan bahwa lembaga zakat sering menerima berbagai pengajuan program yang datang dari luar rencana kerja tahunan. “Banyak pengajuan yang tidak sesuai perencanaan. Karena itu tim screening PPZ harus memastikan setiap proposal benar-benar sejalan dengan program lembaga,” katanya.

Baca juga:  80 Tahun Merdeka, Gerakan Zakat Didorong Jadi Pilar Kesejahteraan Nasional

Dalam kesempatan tersebut, Aan menyoroti peran relawan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan program zakat. Pengelolaan relawan menurutnya tidak bisa dilakukan seadanya. Lembaga harus memiliki struktur kerelawanan, klasifikasi data relawan, serta sistem kerja yang teratur agar program berjalan efektif. Ia menjelaskan bahwa relawan kini menjadi salah satu kebutuhan utama lembaga zakat dalam mencapai jangkauan program yang lebih luas.

Topik lain yang mendapat perhatian adalah audit syariah. Aan menegaskan bahwa audit syariah menjadi instrumen pengawasan untuk memastikan seluruh proses berjalan sesuai ketentuan agama. Ia menyampaikan bahwa audit syariah idealnya dimulai dari tahap perencanaan agar ruang lingkup pemeriksaan jelas, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pemeriksaan, dan ditutup dengan pelaporan yang transparan. Ia menggambarkan audit sebagai upaya memastikan bahwa zakat yang disalurkan benar-benar sampai ke mustahik dengan cara yang sah sesuai tuntunan agama.

Dalam penjelasan lebih dalam, Aan memetakan bahwa direktorat program dalam lembaga zakat perlu mencakup beberapa elemen penting. Di dalamnya termasuk implementasi dan pengembangan program seperti kajian, analisis, pembinaan spiritual dan optimalisasi jaringan expert; penguatan kapasitas melalui product knowledge; pengelolaan proposal serta database mustahik; dan manajemen relawan yang terstruktur. Semua unsur ini, menurut Aan, akan mendukung terwujudnya grand desain yang komprehensif.

Baca juga:  Direktur Akademizi Berikan Coaching ke LAZ UCare Indonesia

Rancangan program PPZ sendiri, menurut penjelasannya, harus memuat prinsip integritas dan inklusivitas, standar pengukuran kemiskinan, penjelasan program utama lembaga, indikator keberhasilan program pada sektor ekonomi, kesehatan, pendidikan dan kebencanaan, serta strategi implementasi dari tahap perencanaan hingga pelaporan. Aan juga menambahkan bahwa pengembangan program perlu didukung analisis SWOT dan design thinking, serta penyusunan anggaran yang menyesuaikan standar lembaga dan relevansi terhadap tujuan SDGs. Di samping itu, pengelolaan data mustahik menjadi fondasi penting agar program berjalan informatif, transparan dan tepat sasaran.

Aan menjelaskan indikator keberhasilan program pendayagunaan zakat. Ia menyebut bahwa keberhasilan dapat dilihat dari terbentuknya keterampilan usaha mustahik yang bernilai ekonomis, tersedianya fasilitas usaha yang memadai, serta terlaksananya pembinaan keislaman yang mampu membangun kesadaran spiritual mustahik. “Pemberdayaan tidak hanya soal ekonomi. Spiritualitas mustahik juga harus tumbuh agar perubahan yang terjadi menjadi lebih menyeluruh,” ungkapnya.

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News