Anggap Wajar Kader Gerindra Tolak Budi Arie, Pengamat: Kelincahan Politik Dasco Mempermainkan Ambisi Kalkulatif Ketum Projo

Pengamat intelijen dan geopolitik Amir Hamzah menilai langkah Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, yang menganggap wajar sikap sebagian kader partainya menolak rencana bergabungnya Budi Arie Setiadi, menunjukkan tingkat kelincahan dan kecerdikan politik yang khas.

Menurut Amir, pernyataan Dasco tidak sekadar bentuk pembelaan terhadap dinamika internal partai, tetapi juga sinyal cermat untuk menjaga harmoni politik di tubuh Gerindra sekaligus menguji keseriusan Budi Arie.

“Dasco tahu betul medan yang sedang dihadapinya. Ia sedang mempermainkan ambisi kalkulatif politik Ketua Umum Projo itu, dengan cara yang elegan dan penuh perhitungan,” ujar Amir Hamzah di Jakarta, Kamis (13/11/2025).

Amir menjelaskan, Gerindra saat ini berada dalam fase sensitif pasca kemenangan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 dan konsolidasi setelah Pilkada serentak. Dalam kondisi seperti itu, masuknya tokoh baru seperti Budi Arie bisa memicu reaksi beragam dari kader daerah.

Baca juga:  Dasco-Sjafrie Berjalan Bersama, PPJNA 98: Kekompakan Eksekutif dan Legislatif untuk Kesejahteraan Rakyat

“Gerindra memiliki kultur loyalitas yang tinggi terhadap perjuangan Prabowo. Maka, penolakan sebagian DPC dan sayap partai seperti Tidar merupakan ekspresi alami dari semangat menjaga kemurnian perjuangan partai,” jelasnya.

Ia menilai, Sufmi Dasco tampil sebagai figur yang mampu mengelola potensi gesekan ini tanpa menimbulkan konflik terbuka. “Prabowo memang sering menjuluki Dasco sebagai ‘kancil’, karena kecerdikannya membaca situasi politik. Dalam konteks ini, Dasco mengamankan posisi Prabowo agar tetap menjadi pendengar aspirasi kader di bawah, tanpa menutup jalur komunikasi dengan pihak luar,” ungkap Amir.

Lebih lanjut, Amir menilai pernyataan Dasco sekaligus mengirimkan pesan politik kepada Budi Arie bahwa bergabung ke Gerindra tidak bisa dilakukan semata-mata dengan logika kekuasaan atau kedekatan personal.

“Gerindra bukan partai yang bisa ditaklukkan lewat lobi elit atau pendekatan pragmatis. Dasco ingin menunjukkan bahwa semua proses harus melewati mekanisme dan kepercayaan politik dari kader di lapangan,” katanya.

Baca juga:  Prof Dasco, Dirigen Politik KIM Plus di Parlemen

Amir juga menyoroti bahwa langkah Dasco memperlihatkan kejelian membaca momentum pasca-Pilpres, di mana banyak tokoh berlomba mencari ‘perahu’ politik baru menjelang 2029. “Budi Arie adalah figur yang penuh ambisi, dan Dasco menangkap itu. Dengan membiarkan isu penolakan muncul, Dasco seolah sedang menguji kesabaran dan keikhlasan Budi Arie untuk benar-benar menjadi bagian dari perjuangan Gerindra, bukan sekadar penumpang baru,” tambahnya.

Menurutnya, kelincahan politik seperti ini penting bagi Gerindra agar tetap solid dan tidak kehilangan jati diri di tengah arus masuknya kekuatan baru.

“Dasco berhasil memainkan dua peran sekaligus: meredam gejolak internal dan menjaga marwah partai di mata publik. Ia menunjukkan bahwa politik bukan soal siapa yang datang, tetapi siapa yang mampu beradaptasi dengan kultur perjuangan,” pungkas Amir Hamzah.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News