Tangis Peserta Mujahadah Nisfussanah Getarkan Bumi Angling Darma

Suara tasyafu’an menggema dari pelataran Masjid Al Khautsar, di Jalan Kayangan Api, Dusun Grogolan, RT 11 RW 03, Desa Ngunut, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro. Malam itu, Sabtu (8/11/2025), langit tampak redup seolah ikut menyelimuti suasana khusyuk ribuan jama’ah yang datang dari berbagai penjuru Jawa Timur. Tak ada hiruk pikuk, hanya lantunan dzikir dan istighotsah yang terus bergema. Satu per satu jama’ah menunduk, bersimpuh, dan menitikkan air mata—tanda ketulusan dalam bermujahadah, memohon ampun kepada Allah SWT.

Inilah Mujahadah Nisfussanah Wahidiyah Miladiyyah tingkat Provinsi Jawa Timur—sebuah momentum spiritual yang digelar rutin setiap enam bulan sekali. Tahun ini, Kabupaten Bojonegoro mendapat kehormatan menjadi tuan rumah kegiatan akbar ini.

Bagi para pengamal Sholawat Wahidiyah, tangisan dalam bermujahadah bukanlah sekadar ekspresi emosional. Itu adalah bentuk penyucian batin, manifestasi dari kesungguhan dalam meminta ampun, serta upaya kembali menata niat dan hati. Seorang jama’ah asal Jombang, Siti Munifah (48), dengan mata sembab berkata lirih,

“Setiap Nisfussanah, saya seperti diingatkan lagi betapa kecilnya manusia di hadapan Allah. Tangisan ini bukan sedih, tapi lega… karena merasa disentuh oleh kasih Allah.”

Air mata para jama’ah bukan tangisan kesedihan, melainkan luapan cinta ilahi. Suasana religius terasa menembus hati siapa pun yang hadir. Lantunan istighotsah, yang bersahut-sahutan dari pengeras suara, menebar energi spiritual yang luar biasa. Bumi Angling Darma seolah bergetar oleh kesyahduan dzikir dan doa.

Jauh sebelum hari pelaksanaan, selama tiga hari berturut-turut para petugas penyongsongan doa melakukan mujahadah non-stop secara bergiliran. Mereka bermalam di masjid, menjaga kontinuitas doa tanpa henti, dengan tujuan agar acara berjalan lancar dan penuh berkah.

Minto Waluyo, SH, salah satu petugas penyongsongan, menuturkan dengan penuh semangat, “Kami bermujahadah siang dan malam tanpa putus. Ini bentuk pengabdian, agar seluruh umat mendapatkan manfaat dan acara ini terhindar dari gangguan. Kami ingin mengajak semua untuk fa firru ilallah — larilah kembali kepada Allah.”

Baca juga:  Ribuan Jama’ah Wahidiyah Tumpah Ruah di Kedunglo Kediri, Gelar Mujahadah Miladiyyah Kubro untuk Kesadaran dan Kesejahteraan Bangsa

Upaya tanpa pamrih ini menjadi bukti betapa kuatnya semangat kebersamaan dalam jama’ah Wahidiyah. Tak ada pamrih materi, tak ada ambisi jabatan—yang ada hanyalah keikhlasan untuk berkhidmat.

Mujahadah Nisfussanah tidak hanya menjadi sarana ibadah, tetapi juga momentum mempererat silaturahmi antarjama’ah dari berbagai daerah. Dari Blitar hingga Banyuwangi, dari Lamongan hingga Situbondo, semua datang dengan niat yang sama: berdoa bersama untuk keselamatan bangsa dan kesejahteraan seluruh alam.

Di sela-sela mujahadah, suasana kebersamaan terasa kental. Warga sekitar turut menyiapkan hidangan sederhana bagi tamu dari luar daerah. Masjid dan halaman rumah warga dijadikan tempat menginap, mencerminkan semangat gotong royong dan ukhuwah Islamiyah yang masih hidup di tengah masyarakat.

“Kami senang desa kami jadi tuan rumah. Ini bukan sekadar acara agama, tapi juga menghidupkan semangat kebersamaan,” tutur Kepala Desa Ngunut, yang turut hadir menyambut para jama’ah.

Dalam fatwanya, Hadrotul Mukarrom Romo KH Abdul Hamid Madjid, Ra, Shohibul Miladiyyah dan putra dari Mbah KH Abdul Majid Ma’ruf—sang Mualif Sholawat Wahidiyah—menegaskan pentingnya niat yang lurus dalam setiap amal perbuatan.

“Banyak amal yang tampak amal akhirat, tetapi karena buruknya niat, menjadi amal dunia. Sebaliknya, banyak amal dunia, tetapi karena baiknya niat, menjadi amal akhirat,” pesan beliau.

Romo KH Abdul Hamid Madjid juga mengingatkan agar setiap insan senantiasa melakukan introspeksi diri setiap saat, bahkan hingga akhir hayat, dengan niat lillah dan billah — hanya karena Allah dan bersama Allah.

Beliau juga menuturkan tentang keistimewaan Sholawat Wahidiyah, yang mengandung tiga unsur utama: Sholawat Tauhid, Sholawat Ma’rifat, dan Sholawat Salju Qulub (pendingin hati). Ketiganya berpadu untuk menjernihkan hati, menumbuhkan kesadaran spiritual, dan menuntun manusia menuju ma’rifat billah — pengenalan hakiki kepada Allah SWT.

Baca juga:  Santri Tak Kasat Mata dan Doa Mujahadah: Kisah Mbah Kalil dari Gresik yang Sembuh Dipercepat

Puncak acara ditandai dengan mujahadah bersama. Ribuan jama’ah duduk bersila, mengangkat tangan, dan menengadah ke langit malam. Doa dipanjatkan bagi keselamatan bangsa, kemakmuran rakyat, dan kedamaian seluruh alam. Dari lisan mereka mengalir doa tulus:

“Ya Allah, jadikan negeri ini aman, damai, dan sejahtera. Satukan hati kami dalam cinta-Mu.”

Derai air mata kembali mengalir, menandai berakhirnya malam yang penuh keberkahan.

Mujahadah Nisfussanah bukan sekadar ritual rutin. Ia adalah perjalanan spiritual, wadah untuk menata hati dan memperkuat iman di tengah derasnya arus dunia modern. Bojonegoro malam itu menjadi saksi bagaimana ribuan manusia bersatu dalam kesederhanaan dan ketulusan, berlari menuju Sang Pencipta.

Dalam setiap tetes air mata, tersimpan doa-doa yang menembus langit. Dalam setiap lantunan sholawat, terpantul cahaya harapan bagi bangsa dan umat manusia.

Dan ketika fajar menyingsing di atas bumi Angling Darma, gema mujahadah itu masih terasa. Suara dzikir yang perlahan menghilang di ufuk timur menjadi pengingat: bahwa jalan kembali kepada Allah selalu terbuka bagi siapa pun yang mau menempuhnya dengan hati yang jernih dan niat yang tulus.

Dalam Fatwa Amanah Dan Doa Restu Hadrotul Mukharom Romo KH Abdul Hamid Madjid, Ra.Shohibul Miladiyyah Putra Sang Mualif Sholawat Wahidiyah Mbah KH.Abdul Majid Ma’roef, Ra.Menghimbau Dalam Melakukan aktivitas disertai Niat Baik, Banyak Amal-amal yang kelihatan amal Akhirat tetapi karena buruknya Niat menjadi Amal Dunia,Sebaliknya Banyak Amal-amal Dunia tetapi karena Baiknya Niat menjadi Amal Akhirat. Beliau senantiasa mengingatkan sesering Mungkin untuk koreksi dan intropeksi diri tiap detik Bahkan hingga akhir Hayat Untuk Selalu diniatkan Lillah dan Billah. Pewarta: Hadi Hoy

Simak berita dan artikel lainnya di Google News