PWI–LSI: Gus Abbas dan KH Imaduddin Albantani Keturunan Asli Rasulullah

Dalam beberapa hari terakhir, ruang media sosial diwarnai perbincangan hangat mengenai klaim sejumlah simpatisan PWI–LSI (Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah) yang menyebut dua tokoh spiritualnya, Gus Abbas Buntet dan KH Imaduddin Albantani, sebagai keturunan asli Rasulullah SAW. Isu ini mencuri perhatian publik karena dikaitkan dengan garis keturunan yang disebut bukan berasal dari kalangan Ba’lawi—keluarga besar keturunan Arab Hadramaut yang selama ini dikenal sebagai dzurriyah Nabi Muhammad SAW.

Simpatisan PWI–LSI menyebarkan narasi ini di berbagai platform, dari Facebook hingga TikTok. Dalam unggahan yang viral, mereka menyebut bahwa keturunan Rasulullah yang “asli” justru tidak menampakkan nasabnya ke publik. “Keturunan asli Rasulullah tidak suka menonjolkan garis keturunan. Mereka hidup dalam kesederhanaan, tidak menuntut gelar habib, dan tidak mencari pengakuan,” tulis salah satu akun simpatisan dalam unggahan yang ramai dibagikan di grup dakwah daring.

Gus Abbas, atau dikenal pula dengan sebutan Gus Abbas Buntet, selama ini dikenal di kalangan PWI–LSI sebagai figur spiritual yang berperan dalam pembinaan moral para santri dan masyarakat akar rumput. Nama “Buntet” melekat pada dirinya karena keterkaitannya dengan tradisi pesantren yang kuat di wilayah Cirebon.

Sementara itu, KH Imaduddin Albantani dikenal sebagai ulama karismatik asal Banten yang kerap menekankan pentingnya ketauhidan dan adab dalam dakwahnya. Beliau aktif menggerakkan kegiatan keislaman di berbagai daerah di Banten dan Jawa Barat. Dalam lingkaran PWI–LSI, KH Imaduddin kerap disebut memiliki nasab mulia yang bersambung langsung kepada Rasulullah SAW melalui jalur yang disebut “non-Ba’lawi”.

Salah satu simpatisan menulis: “Keturunan Rasulullah yang asli tidak mencari popularitas dengan gelar habib. Mereka menjaga kesucian nasab dengan kerahasiaan dan amal. KH Imaduddin dan Gus Abbas adalah contoh nyata.”

Pernyataan semacam ini mengandung nada sindiran terhadap sebagian kalangan yang dianggap terlalu menonjolkan status keturunan tanpa diiringi akhlak dan keteladanan. Dalam narasi para pendukung PWI–LSI, keturunan sejati Rasulullah justru mereka yang mewarisi akhlaq al-karimah — akhlak mulia Nabi — bukan hanya garis darahnya.

PWI–LSI, dengan segala dinamikanya, tampak berusaha menghadirkan semangat itu — menumbuhkan kesadaran bahwa menjadi pengikut Nabi bukanlah soal darah, tetapi tentang meneladani kejujuran, kesabaran, dan cinta kasih yang diwariskan Rasulullah kepada umatnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News