Undangan Sufmi Dasco Ahmad ke kediaman resmi Presiden RI Prabowo Subianto di Kompleks Widya Chandra, Jakarta, dinilai bukan sekadar silaturahmi politik biasa. Menurut pengamat intelijen dan geopolitik Amir Hamzah, langkah itu merupakan simbol kepercayaan penuh Prabowo terhadap Dasco, sekaligus menegaskan bahwa posisi Ketua Harian DPP Partai Gerindra yang diemban Dasco tetap tak tergoyahkan.
Amir Hamzah menilai, lokasi pertemuan di Widya Chandra, yang merupakan rumah dinas pejabat negara punya makna strategis tersendiri.
“Kalau pertemuan dilakukan di Kertanegara, itu rumah pribadi Prabowo. Tapi kalau di Widya Chandra, ini sudah masuk domain negara. Artinya, yang dibahas bukan lagi soal internal partai, tapi strategi besar pelaksanaan program pemerintahan,” kata Amir kepada wartawan, Rabu (29/10/2025).
Ia menilai, pertemuan ini sekaligus menepis isu-isu liar yang beredar belakangan soal “perubahan struktur” atau “pergeseran kewenangan” dalam tubuh Gerindra. Justru, kata Amir, kehadiran Dasco dalam lingkar pembahasan program strategis pemerintah menunjukkan bahwa Prabowo tetap memegang penuh kepercayaannya terhadap loyalis lama tersebut.
Amir menyebut, dalam kacamata intelijen, selalu ada pattern tertentu dalam dinamika politik nasional, terutama ketika kekuatan partai penguasa sedang konsolidasi.
“Gerindra sedang kuat, solid, dan berperan strategis dalam pemerintahan. Dalam situasi seperti ini, biasanya muncul operasi media untuk melemahkan figur kunci, dan Dasco menjadi salah satu targetnya,” ujarnya.
Ia menuding adanya upaya penggiringan opini oleh media besar yang terafiliasi jaringan George Soros, dengan pola pemberitaan yang berulang dan berfokus pada isu internal partai.
“Media-media semacam ini menggunakan pendekatan soft power—menyusupkan narasi disintegratif dengan kemasan seolah-olah investigatif. Tujuannya menciptakan keraguan publik terhadap kesolidan partai penguasa dan loyalitas kader di lingkar inti Prabowo,” jelasnya.
Amir menilai serangan semacam itu bukan hal baru. Dalam banyak kasus di negara lain, taktik ini dikenal dengan istilah “influence warfare”—perang pengaruh yang tidak menggunakan senjata, tetapi opini, jaringan media, dan persepsi publik.
Dalam analisis geopolitiknya, Amir menilai Sufmi Dasco Ahmad memiliki peran strategis dalam menghubungkan dua dimensi kekuasaan Prabowo: politik partai dan pemerintahan.
“Dasco bukan hanya organisator, tapi juga perantara komunikasi antara Gerindra dan jejaring kekuasaan eksekutif. Ia memainkan peran penting menjaga keseimbangan antara kepentingan politik partai dan visi pemerintahan nasional,” jelas Amir.
Ia menambahkan, Prabowo dikenal memiliki lingkar dalam yang sangat terbatas dan selektif, terutama dalam urusan strategis. Keberadaan Dasco di dalam forum pembahasan program pemerintah, menurut Amir, menunjukkan betapa besar kepercayaan personal sekaligus profesional yang dimiliki Dasco di mata Prabowo.
“Secara intelijen, ketika seseorang diundang dalam forum tertutup di wilayah dinas negara, itu pertanda bahwa ia bagian dari inner circle yang dipercaya menjalankan mandat strategis. Dan itu hanya mungkin jika hubungan politiknya dibangun dari loyalitas dan rekam jejak panjang,” tambahnya.
Pertemuan Prabowo–Dasco di Widya Chandra juga dibaca Amir sebagai upaya mengintegrasikan kekuatan partai dengan kebijakan pemerintahan secara sistematis.
“Ini bagian dari command structure yang mulai disusun untuk memastikan semua program prioritas presiden berjalan dengan dukungan politik penuh dari partai utama. Ini bukan sekadar pembicaraan birokratis, tapi perumusan arah negara,” ujar Amir.
Ia menilai pola semacam ini umum digunakan oleh negara-negara besar, di mana partai penguasa menjadi tulang punggung komunikasi strategis antara pemerintah dan masyarakat. Dalam konteks Indonesia, Gerindra dengan Dasco sebagai Ketua Harian berperan menjaga kohesi politik agar pemerintahan Prabowo berjalan stabil.
Amir menegaskan bahwa selama loyalitas dan komunikasi antara Prabowo dan Dasco tetap kuat, maka posisi Dasco tak akan tergantikan, apa pun isu yang beredar di publik.
“Kekuatan politik sejati tidak diukur dari seberapa sering seseorang muncul di media, tapi dari seberapa dalam ia dipercaya dalam lingkar pengambilan keputusan. Dan Dasco sudah membuktikan hal itu,” pungkasnya.





