Sebuah foto yang diunggah Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, ke media sosial menimbulkan perhatian publik. Dalam foto itu, tampak Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka duduk bersama para pimpinan lembaga tinggi negara: Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua MPR RI Ahmad Muzani, dan Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin.
Unggahan itu, menurut Ketua Umum Perhimpunan Pergerakan Jaringan Nasional Aktivis 98 (PPJNA 98), Anto Kusumayuda, bukan sekadar simbol politik—melainkan pesan kebangsaan yang dalam: menunjukkan kepada rakyat bahwa perbedaan politik tidak boleh mengoyak persatuan bangsa.
Anto menjelaskan, langkah Dasco mengunggah foto tersebut adalah bentuk komunikasi politik yang cerdas dan sarat makna.
“Bang Dasco ingin memperlihatkan kepada rakyat bahwa politik tidak selalu harus keras dan berseberangan, tetapi bisa menjadi ruang untuk menyatukan perbedaan,” ujar Anto dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (10/10/2025).
Menurut Anto, masyarakat sering kali disuguhi narasi pertentangan—antara pemerintah dan oposisi, antara koalisi dan partai di luar pemerintahan. Dalam situasi seperti itu, unggahan Dasco menjadi angin segar.
“Foto itu seolah ingin mengatakan: lihat, para pemimpin kita bisa duduk bersama, bisa tersenyum, bisa berdiskusi dalam suasana hangat. Itu adalah simbol yang luar biasa penting di tengah masyarakat yang kerap dibelah oleh perbedaan pilihan politik,” tegasnya.
Bagi PPJNA 98, Sufmi Dasco Ahmad dikenal bukan hanya sebagai politisi senior Gerindra, tetapi juga sebagai komunikator persatuan.
“Beliau selalu berusaha menjembatani pihak-pihak yang berbeda pandangan. Bahkan di parlemen, Dasco kerap tampil sebagai figur yang menenangkan, yang mengutamakan musyawarah dan solusi,” kata Anto.
Sebagai Wakil Ketua DPR RI sekaligus Ketua Harian DPP Gerindra, Dasco memang memiliki posisi strategis dalam menjaga hubungan politik lintas partai. Dalam beberapa kesempatan, ia juga tampil sebagai juru bicara yang menegaskan bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran terbuka untuk semua kekuatan politik, termasuk mereka yang sebelumnya berada di barisan berbeda saat Pemilu 2024.
“Bang Dasco tidak ingin bangsa ini terjebak dalam politik balas dendam. Justru sebaliknya, ia ingin menunjukkan bahwa era baru kepemimpinan nasional harus dimulai dengan semangat persatuan, bukan rivalitas yang berkepanjangan,” ujar Anto.
Anto memandang unggahan foto tersebut bukan hanya simbol keakraban personal, tetapi juga indikasi stabilitas politik nasional. Dengan duduknya Prabowo-Gibran bersama pimpinan DPR, MPR, dan DPD, publik mendapat sinyal bahwa hubungan antara eksekutif dan legislatif berada dalam kondisi harmonis.
Anto Kusumayuda menilai, momentum ini penting terutama di awal masa pemerintahan baru, ketika Prabowo dan Gibran tengah menata fondasi koalisi besar di parlemen.
“Ini bukan sekadar foto, tapi simbol konsolidasi kekuasaan yang sehat, yang berbasis pada komunikasi dan saling menghormati,” ujarnya.
Ia juga menilai bahwa keberadaan tokoh-tokoh seperti Puan Maharani, Ahmad Muzani, dan Sultan Bachtiar Najamudin dalam satu bingkai foto memperlihatkan bahwa politik Indonesia sedang menuju kedewasaan baru.
“Dulu mungkin kita terbiasa melihat elit politik berseberangan di depan publik. Tapi sekarang, ada semangat baru: persaingan boleh, tapi persatuan tetap nomor satu,” tambah Anto.
Sebagai aktivis yang tumbuh dari semangat reformasi 1998, Anto mengaitkan momen ini dengan nilai-nilai perjuangan generasi 98 yang ia wakili.
“Semangat 98 adalah semangat demokrasi dan kebangsaan. Kami berjuang dulu agar rakyat bebas berpendapat, tetapi juga tetap satu dalam bingkai NKRI. Nah, semangat itu saya lihat dalam langkah Bang Dasco ini,” jelasnya.
Ia menegaskan, PPJNA 98 akan terus mendukung upaya-upaya yang memperkuat rekonsiliasi nasional.
“Kami berdiri di posisi tengah: mendorong pemerintahan yang kuat, tapi juga demokrasi yang hidup. Foto itu mengingatkan kita semua bahwa perbedaan pandangan politik adalah hal biasa, yang penting tidak mengorbankan rasa persaudaraan.”
Anto menilai, unggahan tersebut juga memberi harapan baru bagi rakyat Indonesia. “Rakyat butuh contoh dari para pemimpinnya. Kalau para elit bisa menunjukkan keharmonisan, maka masyarakat di bawah akan meniru hal yang sama,” ujarnya.
Ia menambahkan, politik semestinya menjadi sarana untuk membangun masa depan bersama, bukan untuk memecah belah.
“Bang Dasco dengan unggahannya ingin menanamkan pesan sederhana tapi kuat: Indonesia besar karena persatuannya, bukan karena perbedaan yang dibesar-besarkan.”
Dalam konteks politik nasional yang kadang diwarnai gesekan, unggahan foto Prabowo-Gibran bersama pimpinan parlemen menjadi momen simbolik yang menyejukkan.
Bagi Anto Kusumayuda dan PPJNA 98, langkah Sufmi Dasco Ahmad adalah cerminan politik kebangsaan yang berjiwa besar—politik yang tidak hanya bicara tentang kekuasaan, tapi juga tentang bagaimana menumbuhkan kembali rasa persaudaraan di tengah bangsa yang majemuk.
“Bang Dasco ingin mengingatkan kita semua,” pungkas Anto, “bahwa indahnya Indonesia ada pada persatuan di atas perbedaan.”