Gema Sholawat di Pucung Lamongan: Maulid Nabi Jadi Momentum Meneguhkan Ihsan, Iman, dan Islam

Suasana religius penuh kekhidmatan menyelimuti Dusun Pucung, Desa Puter, Kecamatan Kembangbahu, Lamongan, pada Selasa malam (30/9/2025). Ratusan warga dari berbagai lapisan masyarakat tumpah ruah di Mushola Al-Mu’minun untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H. Lantunan sholawat menggema bersahut-sahutan, menandai rasa cinta dan kerinduan umat pada sosok junjungan yang akhlaknya menjadi teladan sepanjang masa.

Acara yang digelar dengan penuh gotong royong itu tidak sekadar menjadi seremonial tahunan, tetapi juga wadah memperkuat silaturahmi serta memperdalam pemahaman tentang nilai-nilai Islam. Dari takmir mushola hingga para pemuda dusun, semuanya bahu membahu menyukseskan peringatan mulia ini. Bagi masyarakat Pucung, Maulid Nabi bukan sekadar ritual, melainkan sarana menghidupkan kembali spirit ajaran Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.

KH Biin Abdussalam, ulama kharismatik yang hadir dalam kesempatan itu, mengingatkan jamaah tentang keagungan Rasulullah SAW. Menurutnya, kelahiran Nabi Muhammad SAW membawa perubahan besar: dari zaman jahiliyah yang penuh kebodohan menuju peradaban terang benderang dengan ilmu dan akhlak.

“Beliau menuntun umatnya agar mengenal Ihsan, Iman, dan Islam. Rasulullah adalah teladan sempurna, tidak hanya bagi umat Islam, tetapi bagi seluruh manusia,” tegas KH Biin dalam ceramahnya.

Ia menekankan, memperingati Maulid Nabi harus diiringi dengan tekad memperbaiki diri. “Semoga dengan mengingat kelahiran Rasulullah, kita mendapatkan syafaatnya di dunia dan akhirat. Karena cinta kepada Nabi berarti cinta pada akhlak mulia,” tambahnya.

Baca juga:  Warga Lamongan Penderia Aids tak Manfaatkan RSUD Ngimbang

Dalam kajian mendalamnya, KH Biin Abdussalam menyampaikan empat perkara penting yang menjadi pilar keselamatan, baik dalam beragama maupun bernegara:

-Lahirnya pemimpin yang adil dan bijaksana – karena keadilan pemimpin adalah fondasi kesejahteraan rakyat.

-Ulama yang mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan umat – bukan hanya mengajar, tetapi juga meneladani dengan perbuatan.

-Dermawan dari orang kaya – sebab harta bukan untuk ditimbun, melainkan disalurkan untuk mengurangi kesenjangan.

-Doa serta dzikir orang dhuafa – karena doa tulus mereka menjadi penopang kekuatan spiritual masyarakat.

Pesan tersebut disampaikan dengan penuh harap agar warga Pucung menjadikannya sebagai pedoman hidup. “Empat perkara ini harus ada agar umat bisa selamat. Kita harus menjaga keseimbangan antara kekuasaan, ilmu, harta, dan doa,” ujar KH Biin.

Selain lantunan sholawat, suasana Maulid Nabi di Pucung semakin semarak dengan iringan musik gambus Al Afkar. Nada-nada islami itu menggema di udara, menciptakan nuansa syukur dan kebahagiaan atas lahirnya sang Nabi akhir zaman.

Bagi warga Pucung, musik gambus bukan sekadar hiburan, melainkan ekspresi cinta pada Rasulullah. “Kami merasa bahagia sekali bisa memperingati Maulid Nabi dengan penuh kebersamaan. Ini momen yang sangat dirindukan,” ungkap salah satu jamaah dengan wajah sumringah.

Baca juga:  Semangat Persatuan dan Harapan Baru: Anies Baswedan Sampaikan Pesan Kebangsaan di Lamongan

Keberhasilan acara ini tidak lepas dari kekompakan masyarakat. Para pemuda, ibu-ibu, hingga tokoh masyarakat ikut ambil bagian. Ada yang menyiapkan konsumsi, ada pula yang menata dekorasi mushola agar terlihat indah dan bersahaja. Semangat gotong royong itu mencerminkan nilai luhur Islam yang menekankan kebersamaan.

“Kalau dikerjakan bersama, semua terasa ringan. Inilah berkah Maulid, menyatukan warga dalam cinta kepada Rasulullah,” ujar salah seorang panitia.

Bagi masyarakat Pucung, peringatan Maulid Nabi bukanlah akhir, tetapi awal untuk menata kehidupan yang lebih baik. Mereka percaya, dengan meneladani Rasulullah SAW, jalan menuju keberkahan akan terbuka lebar.

“Insya Allah, melalui peringatan ini, kita semakin dikuatkan iman, diperteguh Islam, dan semakin ikhlas dalam beribadah. Semoga doa-doa kita diijabah Allah SWT,” pungkas KH Biin Abdussalam, menutup ceramah dengan doa yang diamini jamaah.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H di Dusun Pucung pun menjadi bukti bahwa tradisi religius masih hidup kuat di tengah masyarakat. Lebih dari sekadar acara, ia adalah refleksi cinta, syukur, dan harapan akan hadirnya rahmat Allah SWT bagi semua. Pewarta: Hadi Hoy

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News