Ribuan Jama’ah Wahidiyah Tumpah Ruah di Kedunglo Kediri, Gelar Mujahadah Miladiyyah Kubro untuk Kesadaran dan Kesejahteraan Bangsa

Suasana khidmat dan penuh kekhusyukan menyelimuti Bumi Kedunglo, Kediri, pada Kamis malam, 18 September 2025 bertepatan dengan 25 Rabiul Awal 1447 H. Ribuan jama’ah dari berbagai penjuru nusantara menghadiri Mujahadah Miladiyyah Kubro, sebuah doa bersama akbar yang digelar Jama’ah Wahidiyah Miladiyyah.

Acara spiritual ini bukan sekadar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tetapi juga mengenang haul ke-13 Mbah Nyai Hj. Shofiyah, umul Wahidiyyin RA, serta wiyosan Ndalem Mbah KH. Abdul Madjid Ma’roef—mualif Sholawat Wahidiyah QS wa RA. Para jama’ah hadir dari berbagai tingkatan kepengurusan, mulai imam jama’ah tingkat desa, kabupaten, kota, provinsi, hingga masyarakat umum. Mereka larut dalam lantunan doa, istighotsah, dan dzikir, memohon ampunan serta kesejahteraan bangsa Indonesia.

Lantunan Doa dan Seruan Kembali kepada Allah

Sejak sore, halaman Kedunglo dipadati ribuan peserta yang datang dengan penuh keikhlasan. Dengan mata berkaca-kaca, jama’ah bersimpuh dalam mujahadah, memanjatkan doa agar umat manusia kembali kepada Allah, sebagaimana pesan yang disampaikan: “Fafirruu ilallooh,” larilah kembali kepada Allah. Mereka berharap seluruh umat, khususnya bangsa Indonesia, senantiasa sadar ma’rifat billah—mengenal dan mendekat kepada Sang Pencipta.

Baca juga:  Santri Tak Kasat Mata dan Doa Mujahadah: Kisah Mbah Kalil dari Gresik yang Sembuh Dipercepat

Dalam suasana hening, lantunan sholawat Wahidiyah menggema. Para jama’ah meresapi makna fatwa amanah yang disampaikan oleh Hadrotul Mukharom Romo KH. Abdul Hamid Madjid, Shohibul Miladiyyah sekaligus penerus perjuangan Wahidiyah RA. Beliau menegaskan pentingnya meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.

Pesan Spiritualitas dan Syafaat Rasulullah

Dalam fatwa dan doa restunya, KH. Abdul Hamid Madjid mengingatkan bahwa Rasulullah SAW senantiasa memberikan syafaat kepada umatnya. “Ketika umatnya berbuat kebaikan, Rasulullah memuji dan bersyukur kepada Allah SWT. Ketika umatnya berbuat dosa, beliau memohonkan ampunan,” ungkapnya.

Beliau menekankan bahwa kemuliaan Nabi Muhammad SAW tidak hanya menjadi suri teladan semasa hidup, tetapi juga tetap memberikan manfaat setelah wafat. “Syafaat Rasulullah SAW senantiasa dinanti setiap insan hingga hari pembalasan kelak,” tambahnya.

Baca juga:  Santri Tak Kasat Mata dan Doa Mujahadah: Kisah Mbah Kalil dari Gresik yang Sembuh Dipercepat

Penutup Penuh Kekhidmatan

Acara yang berlangsung hingga larut malam ini ditutup dengan nida’ empat penjuru, di mana para jama’ah menghadap ke arah barat, utara, timur, dan selatan, sebagai simbol doa untuk seluruh alam. Rangkaian kegiatan kemudian diakhiri dengan tasyafu’ dan istighotsah, menegaskan kebersamaan dan kepasrahan total kepada Allah SWT.

Hadi Hoy, pewarta suaranasional.com yang meliput langsung di lokasi, menggambarkan suasana begitu menyentuh hati: ribuan jama’ah larut dalam doa dan dzikir, menciptakan gelombang spiritual yang menggugah kesadaran bersama.

Mujahadah Miladiyyah Kubro di Kedunglo bukan hanya ritual tahunan, tetapi juga momentum penting untuk memperkuat keimanan, mengokohkan persaudaraan, dan meneguhkan komitmen umat Islam agar selalu mendekatkan diri kepada Allah, seraya mendoakan kedamaian serta kesejahteraan bangsa Indonesia tercinta. Pewarta: Hadi Hoy

Simak berita dan artikel lainnya di Google News