Nusron Wahid Sangat Kuat Jadi Ketum Golkar di Munaslub, Pemerintah Prabowo Diuntungkan Basis Nahdliyyin

Peluang Nusron Wahid untuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) dinilai sangat besar. Pengamat politik dari Indonesian Political Institute, Muhammad Huda, menegaskan bahwa posisi Nusron saat ini sangat strategis karena telah melakukan konsolidasi menyeluruh dengan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar se-Indonesia.

Menurut Huda, kekuatan Nusron tidak hanya terletak pada kapasitas organisasional dan jejaring politiknya di internal Golkar, tetapi juga pada akar sosial-budaya yang sangat kuat di kalangan Nahdliyyin—basis massa terbesar di Indonesia. “Nusron itu kader tulen Nahdlatul Ulama, pernah menjadi Ketua Umum GP Ansor, dan Ketua Umum PB PMII. Akar sosialnya jelas, dan itu membuatnya menjadi magnet politik tersendiri di mata elite pemerintahan saat ini,” ujar Huda saat dihubungi, Senin (4/8/2025).

Sejak Airlangga Hartarto dinilai melemah secara politik usai Pemilu 2024, kontestasi di tubuh Golkar mulai memanas. Nusron disebut sebagai figur yang konsisten bergerak senyap membangun dukungan dari bawah. Konsolidasi DPD-DPD provinsi hingga kabupaten/kota yang ia lakukan berlangsung jauh dari sorotan media, namun menunjukkan efektivitas yang luar biasa.

Baca juga:  Ketua DPD 2 Golkar Jakarta Utara Olsu Babay Mbalelo tak Dukung Ahok?

“Nusron memahami betul bagaimana bekerja di sistem politik partai lama seperti Golkar. Dia tahu bahwa kekuatan riil itu ada di DPD. Tanpa dukungan mayoritas DPD, seseorang tidak akan pernah bisa menjadi ketua umum Golkar di forum Munaslub,” tegas Huda.

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, kata Huda, melihat pentingnya figur yang mampu menjembatani komunikasi antara kekuasaan dan kalangan Nahdliyyin. Dalam konteks ini, Nusron dipandang sebagai aset strategis. “Pemerintah Prabowo sedang membangun fondasi politik yang luas, dan Nahdliyyin adalah bagian penting dari itu. Kalau Nusron jadi Ketum Golkar, maka pemerintahan Prabowo akan terbantu secara politik maupun elektoral,” ujarnya.

Huda juga menyebut bahwa Nusron memiliki kemampuan komunikasi yang cair dengan berbagai kelompok—baik nasionalis maupun Islam tradisional. “Nusron itu politisi rasional yang bisa menjembatani banyak kelompok, dan itu modal besar di tengah polarisasi politik,” tambahnya.

Nusron Wahid merupakan salah satu figur langka yang bisa mengintegrasikan pengalaman aktivisme dengan kapasitas birokrasi dan politik formal. Ia pernah menjadi anggota DPR RI dari Golkar, memimpin Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), dan kini aktif kembali di partai serta lingkungan ke-NU-an.

Baca juga:  Kepala Bappilu Golkar Usulkan Gibran Menjadi Cawapres

“Track record Nusron adalah kombinasi dari grassroots, pemerintahan, dan elit politik. Dia bukan orang yang muncul dadakan, tapi prosesnya panjang dan organik,” ungkap Huda.

Jika Munaslub benar-benar digelar, maka peluang Nusron Wahid untuk memimpin Partai Golkar kian terbuka lebar. Dukungan struktural dari DPD, rekam jejak panjang di NU, serta relasi positif dengan pemerintahan Prabowo menjadikan dirinya sebagai figur yang patut diperhitungkan. Di saat Golkar membutuhkan konsolidasi baru dan positioning ulang dalam pemerintahan, kehadiran Nusron dinilai bisa menjadi solusi politik yang rasional dan menguntungkan bagi semua pihak.

“Golkar bisa kembali menjadi kekuatan sentral jika dipimpin oleh figur yang paham akar rumput dan punya akses ke pusat kekuasaan. Nusron punya keduanya,” pungkas Huda.

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News