Anak Indonesia Terancam, Habib Umar Alhamid: Indonesia Emas 2045 Mungkinkah Terwujud?

Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari), Habib Umar Alhamid, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kondisi generasi muda Indonesia dalam momentum peringatan Hari Anak Nasional. Menurutnya, situasi sosial dan ekonomi yang kian memburuk justru memperlihatkan ironi besar dengan target ambisius Indonesia Emas 2045.

Dalam pernyataan resminya, Habib Umar menyebut bahwa generasi penerus bangsa (anak Indoneia-red) saat ini sedang berada di persimpangan jalan yang penuh ancaman dan ketidakpastian. “Hari Anak Indonesia seharusnya menjadi refleksi arah masa depan bangsa. Tapi dengan kondisi hari ini, ke mana anak-anak Indonesia akan dibawa?” Ujar Habib Umar Alhamid kepada wartawan, Kamis (24/7/2025).

Ia menyoroti merebaknya kasus judi online, penyalahgunaan narkoba, serta sempitnya lapangan pekerjaan, sebagai ancaman serius terhadap masa depan generasi muda. “Para lulusan sekolah banyak yang jadi pengangguran. Lapangan kerja minim, kompetensi tidak di-upgrade, ditambah lagi anak-anak kita banyak dijejali suntikan vaksin yang manfaatnya belum jelas. Ini bukan persiapan menuju Indonesia Emas, tapi menuju generasi yang hilang,” ujarnya.

Habib Umar menegaskan bahwa kejahatan seperti judi online, narkoba dan korupsi bukan lagi isu biasa, melainkan sudah menjadi epidemi nasional. “Judi online sekarang bukan hanya menyasar orang dewasa, tapi juga anak-anak dan remaja. Sementara narkoba makin brutal menembus hingga ke sekolah-sekolah, belum lagi korupsi yang kian merajalela,” ungkapnya.

Baca juga:  Lawan Kezaliman, Habib Umar Alhamid: Saatnya Keumatan dan Kebangsaan Menyatu!

Ia menuding semua itu karena lemahnya penegakan hukum, serta tidak adanya komitmen serius dari elite politik, membuat kejahatan ini seolah dibiarkan menggerogoti bangsa dari dalam. “Apa gunanya Indonesia Emas kalau otak generasi mudanya sudah dilumpuhkan candu digital dan narkotika?” tanyanya.

Selain itu, Habib Umar juga menyoroti sistem pendidikan yang semakin jauh dari realitas kebutuhan dunia kerja. “Setiap tahun, jutaan anak lulus sekolah dan kuliah, tapi tidak ada jaminan pekerjaan. Dunia industri dan pendidikan tidak pernah disinkronkan. Pemerintah seperti berjalan tanpa peta,” kritiknya.

Ia menyebut bahwa ini semua adalah bentuk dari pengangguran struktural yang disebabkan oleh kesalahan perencanaan pembangunan jangka panjang. “Jangan heran kalau bonus demografi justru berubah jadi bencana sosial. Karena negara tidak menyiapkan wadah produktif bagi generasi muda yang merupakan penerus bangsa,” jelasnya.

Lebih jauh Habib Umar mempertanyakan, manfaat dari program suntik imunisasi untuk balita yang terus digalakkan pemerintah. Ia menyebut banyak orang tua yang sekarang masih merasa ragu dan bingung terhadap jenis serta manfaat suntikan yang diberikan. “Kenapa tidak ada transparansi? Apa yang sebenarnya disuntikkan ke anak-anak kita? Apakah sudah diuji klinis secara independen? Ini harus dijelaskan secara ilmiah dan terbuka,” katanya.

Baca juga:  Atasi Kemelut Internasional, Habib Umar Alhamid: Prabowo Harus Ciptakan Dunia Baru!

Puncak dari kritik Habib Umar adalah pertanyaan mendasar terhadap target ambisius pemerintah menuju “Indonesia Emas 2045”, yakni sebuah visi menjadikan Indonesia sebagai negara maju saat memasuki usia 100 tahun kemerdekaan.

“Kalau kita bicara realita, maka target itu sepertinya hanya slogan. Hari ini bangsa ini sedang tidak baik-baik saja, seakan berjalan tanpa arah yang jelas. Kalau cara memimpin bangsa masih seperti ini, saya yakin mustahil kita mencapai Indonesia Emas. ‘Indonesia Emas 2045’ hanya akan jadi mitos. Jauh panggang dari api,” tegasnya.

Untuk itu, Habib Umar mendesak agar revolusi tata kelola negara dilakukan secara menyeluruh, dimulai dari penegakan hukum, reformasi sistem pendidikan, perlindungan anak, hingga penciptaan lapangan kerja yang realistis dan berkelanjutan.

Sebagai penutup, Habib Umar menyerukan kepada masyarakat sipil, ormas, dan para tokoh bangsa untuk tidak tinggal diam. “Negara ini milik kita semua. Kalau elit-elit politik tidak bisa mengurusnya dengan baik, maka rakyat harus bangkit. Jangan sampai kita hanya jadi penonton dalam kehancuran bangsa sendiri,” tandasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News