Ahad, 18 Muharam 1447 H / 13 Juli 2025 M menjadi momentum penting bagi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat dalam memperkuat fondasi organisasi di tingkat akar rumput. Bertempat di kampus Universitas Bogor Raya (Umbara), kegiatan strategis bertajuk Pendataan Cabang, Ranting, dan Masjid Muhammadiyah untuk wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok ini bukan sekadar administratif, melainkan bagian dari upaya membangun kekuatan gerakan dakwah Islam yang responsif terhadap dinamika zaman.
Kegiatan ini diikuti oleh jajaran pimpinan Muhammadiyah dari ketiga wilayah tersebut, termasuk para tokoh cabang dan ranting yang menjadi ujung tombak gerakan dakwah Muhammadiyah di masyarakat. Salah satu tokoh yang hadir dan memberikan pandangan penting adalah Abdul Rachmat Saleh, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bogor Timur sekaligus Ketua Majelis Kerja Sama dan Strategis Muhammadiyah Kota Bogor.
“Penguatan cabang dan ranting bukan hanya soal struktur organisasi. Ini adalah soal kesinambungan kaderisasi, kelangsungan dakwah, dan kemampuan persyarikatan dalam membaca arah zaman,” tegas Abdul Rachmat Saleh saat ditemui di sela acara.
Dalam struktur Muhammadiyah, cabang dan ranting memegang peran vital. Di sanalah denyut nadi persyarikatan benar-benar terasa: mulai dari kegiatan pengajian, aksi sosial, pendidikan, hingga layanan kesehatan berbasis komunitas. Namun, perkembangan zaman yang kian cepat, urbanisasi, dan digitalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi keberlangsungan dan efektivitas gerakan di level ini.
PWM Jawa Barat melalui kegiatan pendataan ini ingin memastikan bahwa seluruh cabang dan ranting, serta masjid-masjid Muhammadiyah di wilayah Bogor Raya, terpetakan dengan baik—baik dari sisi keberadaan fisik, aktivitas, maupun potensi pengembangan ke depan. Hal ini penting tidak hanya untuk keperluan administratif, tetapi juga sebagai basis perencanaan strategis jangka panjang.
“Kita tidak bisa lagi bertumpu pada model gerakan lama. Muhammadiyah harus tampil sebagai ormas yang adaptif, mampu membaca kebutuhan umat hari ini dan menjawab tantangan masa depan,” kata salah satu pengurus PWM Jawa Barat dalam sambutannya.
Kegiatan ini juga ditekankan sebagai bagian dari transformasi Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan Islam modern yang berkemajuan. Dalam konteks kekinian, ‘berkemajuan’ berarti mampu merespons isu-isu krusial seperti krisis ekologi, ketimpangan sosial, kemiskinan struktural, hingga tantangan digital dan disrupsi informasi.
Abdul Rachmat Saleh menegaskan pentingnya membangun ecosystem dakwah yang integratif: antara amal usaha Muhammadiyah (AUM), cabang dan ranting, masjid sebagai pusat ibadah dan pemberdayaan, serta kader-kader muda Muhammadiyah yang tumbuh dalam lingkungan digital.
“Kita harus hadir tidak hanya dalam bentuk masjid yang kokoh dan pengajian rutin, tapi juga dalam bentuk teknologi dakwah, edukasi digital, dan kerja sama strategis lintas sektor. Inilah peran Majelis Kerja Sama dan Strategis: membuka pintu kolaborasi, memperluas jaringan, dan menyiapkan Muhammadiyah sebagai ormas global berbasis lokal,” ujarnya.
Sebagaimana ditegaskan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta beberapa tahun silam, regenerasi kader menjadi agenda utama dalam mengokohkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid. Dalam konteks ini, cabang dan ranting menjadi medan aktualisasi generasi muda Muhammadiyah—baik dari kalangan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Nasyiatul ‘Aisyiyah, maupun Pemuda Muhammadiyah.
Dalam forum tersebut, disepakati pula pentingnya melibatkan generasi muda dalam proses pendataan dan pengelolaan data digital cabang, ranting, dan masjid. Selain untuk efisiensi dan akurasi, hal ini juga menjadi sarana kaderisasi berbasis teknologi.
“Kita ingin lahirnya generasi Muhammadiyah yang tidak hanya mahir berorganisasi, tapi juga melek data, memahami strategi, dan punya kepekaan sosial tinggi,” ujar seorang peserta dari PCM Kota Depok.
Kawasan Bogor Raya—yang terdiri dari Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok—menjadi model penting dalam penguatan struktur organisasi Muhammadiyah berbasis kawasan strategis. Pendekatan kolaboratif antara Pimpinan Wilayah, Daerah, dan Cabang terbukti mampu mengefektifkan gerakan dakwah dan meminimalisir fragmentasi kerja.
Dengan potensi umat yang besar, jumlah masjid Muhammadiyah yang terus tumbuh, serta kekuatan amal usaha yang strategis (sekolah, klinik, dan pusat ekonomi umat), Bogor Raya diyakini dapat menjadi role model nasional dalam transformasi cabang dan ranting Muhammadiyah ke depan.
Kegiatan pendataan ini menandai fase baru dalam konsolidasi organisasi Muhammadiyah di Jawa Barat. Tidak hanya soal struktur, tapi juga orientasi gerakan ke depan. Dengan semangat berkemajuan dan adaptif terhadap perubahan zaman, Muhammadiyah terus meneguhkan dirinya sebagai kekuatan strategis umat, bangsa, dan kemanusiaan universal.
“Mengelola masa depan tidak cukup hanya dengan semangat, tapi juga dengan strategi. Dan strategi itu dimulai dari data, kader, dan kolaborasi,” tutup Abdul Rachmat Saleh dengan penuh keyakinan.