JAKARTA , Setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melantik 3 pejabat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada Rabu (26/2/2025), permasalan kelangkaan alat pengeboran atau rig makin dirasakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Tanah Air.
Ketiga pejabat SKK Migas yang dilantik yakni Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus, Deputi Eskploitasi SKK Migas Taufan Mahendrajana, dan Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Eka Bhayu Setta dinilai tidak bergerak cepat untuk mengatasi kekurangan rig yang selama ini dikeluhkan oleh para operator maupun kontraktor hulu migas.
“Kami membutuhkan perhatian dari pemangku kebijakan untuk memperhatikan hal ini (kelangkaan alat pengeboran),” kata Drilling Operation Manager PetroChina International Jabung Kiki Ariefianto dalam acara buka puasa bersama media di Jakarta, Jumat (7/3/2025).
Padahal sebagai bagian konstitusi institusi SKK Migas dalam rangka percepatan akselerasi program swasembada energi, ketahanan energi maka kelancaran kegiatan/operasional hulu migas menjadi hal utama. Apalagi ketahanan energi merupakan salah satu asta cita yang prioritas.
Kiki Ariefianto menilai, implikasi dari kelangkaan rig adalah meningkatnya biaya pengeboran secara signifikan.
Dia mengaku sangat prihatin sehingga perlu mengutarakan keluhannya. Menurut dia, tingginya permintaan atau demand atas alat pengeboran yang tidak selaras dengan ketersediaan alat pengeboran lantas menyebabkan biaya pengeboran akan naik dengan signifikan. Hal ini menyulitkan PetroChina sebagai operator lapangan migas Jabung,di Jambi.
“Kalau kami tidak melakukan apa-apa, tidak mengebor, mungkin pada saat ini kami sudah tidak berproduksi lagi. Ini karena cepatnya lanjut decline produksi dari minyak dan gas di lapangan kami,” ungkap Kiki.
Sebelumnya, VP Supply Chain Management (SCM) Regional 2 PT Pertamina EP Bayu Kusuma Tri Aryanto dalam konferensi pers IOG SCM Summit 2024 di kantor SKK Migas juga menyebut keterbatasan rig menjadi tantangan yang dihadapi industri hulu migas saat ini untuk meningkatkan produksi.
Bayu mengatakan, saat ini rig-rig ditarik keluar dari Indonesia. “Dari SKK Migas juga men-challenge kami bagaimana pertahankan rig yang sudah ada di Indonesia supaya tidak keluar,” ujarnya.