Oleh: Anto Kusumayuda (Ketua Umum PPJNA 98)
Puasa bukan sekadar ibadah fisik yang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga pelajaran spiritual dan sosial yang mendalam. Salah satu hikmah utama puasa adalah pengendalian diri dan kesederhanaan. Dalam konteks pengelolaan keuangan negara, semangat puasa seharusnya menjadi inspirasi dalam membangun kebijakan anggaran yang lebih efisien dan bertanggung jawab.
Al-Qur’an mengajarkan pentingnya sikap wasathiyah (moderat) dalam segala hal, termasuk dalam pengeluaran. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’ [17]: 26-27)
Ayat ini menegaskan bahwa pemborosan adalah perbuatan tercela yang harus dihindari. Dalam konteks anggaran negara, hal ini berarti pemerintah harus memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan benar-benar memberi manfaat bagi rakyat dan bukan sekadar proyek seremonial atau pemborosan belanja pegawai yang tidak produktif.
Puasa juga melatih kejujuran dan amanah. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Para pemimpin negara, termasuk pejabat yang mengelola anggaran, harus menyadari bahwa mereka memiliki amanah besar. Setiap rupiah yang berasal dari pajak rakyat harus dikelola dengan penuh tanggung jawab. Transparansi dalam penggunaan anggaran bukan hanya tuntutan demokrasi modern, tetapi juga nilai Islam yang fundamental.
Prinsip puasa mengajarkan kita untuk hidup lebih sederhana dan mengutamakan kebutuhan daripada keinginan. Dalam hal ini, efisiensi anggaran negara bisa diterapkan dengan mengurangi belanja yang tidak esensial dan lebih memprioritaskan sektor-sektor yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Makanan dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang.” (HR. Bukhari & Muslim)
Hadits ini memberikan pelajaran bahwa dengan manajemen yang baik, sumber daya yang terbatas dapat mencukupi lebih banyak orang. Hal yang sama berlaku dalam kebijakan fiskal, di mana anggaran yang dikelola dengan baik akan lebih efektif dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Semangat puasa harus menjadi inspirasi dalam penyusunan dan implementasi anggaran negara. Kesederhanaan, transparansi, dan efisiensi dalam pengeluaran adalah nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran Islam. Jika pemerintah benar-benar mengadopsi semangat ini, maka pengelolaan keuangan negara akan lebih sehat, korupsi bisa diminimalisir, dan manfaat anggaran negara bisa dirasakan oleh seluruh rakyat secara adil dan berkelanjutan.