Lamongan Gelap Menuju Cemerlang

Oleh: Yak Widhi

Apa yang kita lihat dan rasakan dari Lamongan hari ini? Memunculkan sikap pesimis atau optimistik?? Menjanjikan harapan baru atau malah sebaliknya? Hopeless???

Pasca Masfuk saya kira dan mungkin mayoritas warga masyarakat Lamongan akan sepakat berkata bahwa Lamongan tidak bergerak maju setelah dipimpin oleh bupati-bupati setelahnya. Kalau jaman Masfuk orang Lamongan merasa punya Bupati, punya pemimpin yang membanggakan dan sekaligus mengajak maju warganya, tidak demikian setelahnya. Bergerak di tempat alias stagnan. Bahkan boleh disebut rakyat dibuat bingung karena bupatinya tidak memberikan gambaran yang jelas Lamongan mau dibawa ke mana dan warganya akan diajak ke mana? Berjalan tanpa arah bahkan mungkin tanpa harapan. Rasanya seperti tak punya bupati.Tak ada arah! Tanpa kehormatan.

Setidaknya dua hal yang diberikan Masfuk kepada warga Lamongan. Pertama, prestasi. Kedua, reputasi. Prestasi tentu saja buat Lamongan sebagai sebuah kabupaten yang semula tidak punya apa-apa, bahkan tidak dikenal oleh siapa-siapa, dan mempunyai peringkat buruk sebagai kabupaten termiskin di Jawa Timur, oleh Masfuk diangkat ke derajat yang lebih tinggi. Tentu saja dengan berbagai program yang nyata. Mulai dari insfrastruktur, pemberdayaan SDM, investasi, hingga pariwisata dan olahraga. Semua orang bisa mengukur dan membuktikan itu secara kasar mata.

Era bupati pasca Masfuk, baik jaman Fadeli maupun Yuhronur saat ini, adalah masa “kelam” kepemimpinan di Lamongan. Belum pernah ada yang bilang mereka melebihi Masfuk. Bahkan menyamai pun tidak. Tidak ada prestasi spektakuler yang bisa dibuat bupati pasca Masfuk yang ide-ide terobosannya lebih brilian dan membuat Lamongan bisa berkembang maju lebih pesat. Tidak ada. Lamongan adalah stagnan pasca Masfuk. Reputasi mereka juga buruk. Soal ini tanya aja langsung pada warga Lamongan.

Salah siapa? Tentu saja, yang harus kita salahkan adalah para pelaku insfrastruktur politiknya. Partai-partai politik yang “berkuasa” di Lamongan. Yang telah gagal dalam membaca siapa calon pemimpin terbaik yang layak diberi rekomendasi untuk mencalonkan diri. Boleh disebut ini adalah kegagalan politik atau kegagalan partai dalam mengemban amanatnya untuk mencetak tokoh politik, tokoh publik, , dan pemimpin yang benar. Partai telah gagal menjalan misi utamanya dan yang seharusnya sebagai alat dan sarana untuk memajukan Lamongan. Cara-cara bergeraknya sangat tradisional dan konvensional.

Otomatis sebetulnya ini kegagalan Masfuk juga dalam perspektif leadership. Kenapa dia yang sudah memulai langkah yang bagus dalam mengangkat derajat Lamongan dan masyarakat Lamongan justru gagal mewariskan nilai-nilai kepemimpinannya kepada kader-kadernya? Bukankah pemimpin yang baik adalah yang mampu melahirkan pemimpin baik berikutnya? Bukankah pemimpin yang hebat harusnya mampu mencetak pemimpin-pemimpin baru yang lebih hebat dari dirinya? Dan Masfuk jelas gagal dalam soal ini, apapun alasannya, apa pun alibinya, apa pun situasi politik lokalnya. Dan seyogyanya masyarakat Lamongan masih bisa minta pertanggungjawabannya.

Tiga periode kepemimpinan Bupati pasca Masfuk jelas tidak memberikan prestasi maupun reputasi yang bagus bagi warga Lamongan. Prestasi apa yang terlibat nyata. Reputasi apa yang bisa dirasakan dan dicatat warga? Lihatlah hingga ke pelosok-pelosok desa di semua kecamatan, yang ada saat ini adalah keluh kesah warga, keluhan-keluhan, bahkan caci maki yang tak berkesudahan. Baik disebabkan oleh situasi kesejahteraan yang memburuk akibat kesulitan hidup yang mereka alami maupun kebanggaan emosional yang tidak mereka punya.

Lihatlah, jalan-jalan yang kondisinya sangat memprihatinkan. Lihatlah kebutuhan petani akan pupuk dan seprodi lainnya yang kian sulit. Lihatlah pengangguran anak muda yang makin bengkak. Lihatlah UMKM yang semakin sulit bertumbuh. Lihatlah bangunan infrastruktur yang tidak optimal pembangunannya bahkan ada yang mangkrak. Dan banyak lainnya. Kita belum bicara tentang kasus korupsi yang makin banyak terendus kejaksaan atau KPK. Sungguh mengerikan kalau kita menderetkan semuanya.

Masfuk setidaknya masih punya nama harum di hati warga Lamongan. Setidaknya karena dua hal tadi. Prestasi dan reputasi yang nyata. Konkret. Orang dengan gampang menunjuk bukti-bukti monumental yang diperbuat Masfuk semasa kepemimpinannya. Apa misalnya? Jalan raya Lamongan – Babat yang dulu sempit diperlebar dengan lobi-lobinya dan masyarakat merasakan manfaatnya. Pariwisata tumbuh pesat ketika ikon wisata WBL bisa dibangun megah. Dan satu lagi, “menciptakan” Persela yang menjadi ikon baru yang prestasinya ikut mendongkrak kebanggan warga. Persela seolah menjadi “nasionalisme” baru bagi warga Lamongan, baik yang tinggal di daerahnya maupun yang berada diperantauan. Ada rasa bangga yang ditumbuhkan. Semua orang bangga menjadi warga Lamongan. Ketika Lamongan kini terpuruk sebetulnya Masfuk juga bisa dituntut pertanggungjawabannya secara moral.

Lalu, apanya yang salah dengan periode kepemimpinan setelahnya?

Saya kira tak perlu kita benarkan kesalahan yang nyata. Karena secara obyektif bisa kita ukur dengan data, angka, dan argumentasi yang rasional. Yang harus kita lakukan adalah menghentikan kesalahan itu. Jangan diteruskan. Jangan bawa Lamongan ke dalam situasi yang lebih buruk dan lebih gelap lagi. Berhentilah mempermainkan politik Lamongan dan warga Lamongan untuk kepentingan sektoral dan sesaat. Bahaya! Tengoklah kabupaten tetangga. Bojonegoro atau Tuban yang terdekat. Adalah fakta, Lamongan tertinggal jauh. Apa mau dibiarkan terus begitu??? Mau ajur mumur dan masyarakat semakin pedih dan sengsara hidupnya?

Masfuk adalah bupati yang bermental entrepreneur tinggi. Punya pemikiran jumping dan kemampuan akrobatik yang tak diragukan. Cara mainnya pun tidak berpikir lokal. Tapi, secara nyata membawa Lamongan yang saat itu bukan apa-apa dan tak punya resources apa-apa ke level nasional. Dia lakukan branding habis-habisan dengan mengangkat Lamongan ke media-media nasional. Sangat sering saya lihat saat dia menjabat dia tampil menggelegar dalam acara-acara talk show di teve nasional. Lamongan mulai dikenal, Persela mulai naik daun, masyarakat Lamongan punya kepercayaan dan kebanggaan diri. Dengan situasi branding yang bagus itu tentu akan lebih mudah mengajak berbagai pihak untuk bekerja sama membangun Lamongan. Entah dengan jalan kemitraan, CSR, join venture, atau apapun formatnya. Masfuk berpikir besar untuk membesarkan Lamongan. Bupati-bupati setelahnya : apa visi dan misinya? Berpikir sesaat, cekak, dan dekil. Bagaimana investasi besar bisa masuk kalau mindset pemimpinnya kerdil?

Sekali lagi, kesalahan fatal itu jangan diteruskan lagi. Saatnya orang-orang partai mengubah haluan dan cara memilih pemimpin Lamongan. Saat ini Lamongan sedang terpuruk. Tertinggal jauh dengan kabupaten-kabupaten sebelahnya. Masak partai politik akan tinggal diam dengan kondisi ini. Harusnya, partai sebagai saluran rakyat untuk menyampaikan sekaligus menitipkan aspirasinya sadar diri dengan situasi ini. Bukan hanya memikirkan posisi diri dan mengabaikan keterpurukan yang terjadi. Masyarakat yang akan lebih dirugikan & jauh lebih menderita lagi. Kini setelah pelantikan Bupati harus ada yg mengawal janji” politiknya. Dengan adanya aksi” mahasiswa Lamongan yang melakukan demo beruntun besar”an menunjukkan mahasiswa ” Lamongan sudah prihatin dengan kondisi kotanya. Peran mahasiswa ” Lamongan ini yg bisa diharapkan mengawal janji” politik Bupati agar Lamongan bisa kembali baik & menjadi kota yg tidak tertinggal. Mari kita dukung mahasiswa ” Lamongan untuk selalu menyuarakan aspirasi warga Lamongan. Sehingga kondisi Lamongan Gelap sekarang bisa berubah menjadi Lamongan CEMERLANG. Salam perubahan Lamongan Maju Megilan Sejahtera. Aamiin YRA 🤲

Simak berita dan artikel lainnya di Google News