Oleh: Rokhmat Widodo, Kader Muhammadiyah Kudus
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang telah berkontribusi besar dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia, kini dihadapkan pada tantangan regenerasi di sektor pertanian. Salah satu isu krusial yang dihadapi bangsa ini adalah menurunnya minat generasi muda, khususnya di kalangan Muhammadiyah, untuk terjun ke dunia pertanian. Oleh karena itu, upaya menumbuhkan petani milenial di kalangan Muhammadiyah menjadi penting sebagai bagian dari dakwah ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah petani di Indonesia semakin menyusut. Data menunjukkan bahwa rata-rata usia petani Indonesia berada di atas 50 tahun. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka ketahanan pangan nasional akan menghadapi ancaman serius. Oleh sebab itu, regenerasi petani menjadi kebutuhan mendesak.
Bagi Muhammadiyah, pertanian bukan hanya sekadar sektor ekonomi, tetapi juga merupakan bagian dari jihad ekonomi dan dakwah kemanusiaan. Dengan memberdayakan generasi muda Muhammadiyah dalam sektor pertanian, organisasi ini tidak hanya memperkuat ekonomi umat, tetapi juga menciptakan lapangan kerja serta memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat luas.
Muhammadiyah memiliki jaringan luas dalam dunia pendidikan, mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi. Pemanfaatan institusi pendidikan Muhammadiyah untuk mengajarkan ilmu pertanian modern menjadi langkah strategis. Universitas Muhammadiyah dengan fakultas pertanian dapat menjadi pusat inovasi, penelitian, dan pelatihan bagi calon petani milenial.
Generasi milenial cenderung lebih tertarik pada bidang yang berbasis teknologi. Oleh karena itu, pertanian harus dikemas sebagai industri yang modern dan menguntungkan.
Salah satu kendala utama bagi generasi muda yang ingin bertani adalah keterbatasan modal dan akses pasar. Muhammadiyah dapat mengembangkan koperasi pertanian berbasis komunitas yang berfungsi sebagai penyedia modal usaha dengan skema syariah bagi petani muda, penghubung antara petani dan pasar, baik skala nasional maupun internasional dan pusat distribusi sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk, dan alat pertanian.
Dengan sistem koperasi yang kuat, petani milenial di Muhammadiyah dapat berkembang tanpa harus khawatir akan kesulitan permodalan dan pemasaran.
Muhammadiyah memiliki banyak aset berupa tanah wakaf yang tersebar di berbagai daerah. Optimalisasi lahan-lahan ini untuk pertanian modern dapat menjadi solusi strategis.
Dengan pemanfaatan lahan wakaf secara optimal, Muhammadiyah dapat berkontribusi besar dalam mencetak petani milenial yang mandiri dan berdaya saing tinggi.
Saat saya menghadiri panen raya Muhammadiyah di Demak mendapati Ahmad seorang pemuda Muhammadiyah berprofesi sebagai petani.
Bedasarkan penuturannya, sejak kecil, ia melihat ayahnya bekerja di sawah dengan penuh dedikasi. Namun, Ahmad juga menyadari bahwa banyak pemuda seusianya enggan meneruskan profesi sebagai petani karena dianggap kurang menjanjikan.
Setelah menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ahmad menemukan semangat baru dalam pertanian modern. Ia belajar tentang hidroponik, pertanian organik, dan teknologi digital untuk pemasaran hasil pertanian. Dengan tekad kuat, ia kembali ke desanya dan mulai menerapkan ilmu yang ia pelajari.
Awalnya, banyak orang meragukan langkah Ahmad. Namun, dengan ketekunan dan dukungan dari Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah, ia berhasil menjadi petani.
Melihat keberhasilan Ahmad, teman-teman di komunitas Muhammadiyah pun ikut terinspirasi. Bersama-sama, mereka membentuk kelompok petani milenial yang fokus pada pertanian berbasis teknologi. Mereka mendapat pelatihan dari para ahli, berkolaborasi dengan pemerintah, dan memanfaatkan jejaring Muhammadiyah untuk pemasaran produk.
Tak hanya itu, mereka juga mengadakan workshop bagi anak-anak muda untuk mengenalkan pertanian modern sebagai peluang usaha yang menjanjikan. Kampanye kesadaran ini mulai mengubah pola pikir generasi muda terhadap pertanian.
Kisah Ahmad dan kawan-kawan menjadi bukti bahwa pertanian tidak lagi sekadar pekerjaan tradisional, melainkan bidang yang penuh inovasi dan peluang. Berkat dukungan Muhammadiyah dan semangat pantang menyerah, petani milenial mulai tumbuh dan berkembang, membawa harapan baru bagi masa depan pertanian Indonesia.