Jurnalis Indonesia Dandhy Dwi Laksono yang terkenal dengan jurnalisme investigasinya, yang mencakup karya tulis dan film dokumenter. Ia mengunggah di media sosial X terkait PIK 2, Selasa (18/2/2025).
“2 jam keliling PIK 2 bermobil, gak selesai. Saking gedenya. Lahan yang belum terbangun masih luas. Komplek perumahan, apartemen, perkantoran juga belum semua terisi,” kata jurnalis investigasi dan film dokumenter Dhandy Laksono.
“Masih mengincar kawasan lain seperti Kohod (merah). Kagum dengan rakusnya, ” tandasnya.
“Dan ini bukan ruang untuk publik,” imbuhnya.
Lalu, Dhandy memperlihatkan Pantai Indah Kapuk (PIK) dengan sejumlah batalyon kavaleri sebagai proyek berskala besar
Cara lain melihat skala besarnya proyek Pantai Indah Kapuk (PIK) dengan melihat “batalyon kavaleri” nya.
Dikemukakan Dhany ada banyak sisi soal PIK. Dari sentimen etnis, kesenjangan sosial, geopolitik, keadilan agraria, hingga oligarki.
“Yang paling busuk adalah statusnya sebagai PSN dan fasilitasnya,” jelas dia.
Masalah STRATEGIS NASIONAL itu orang tak sanggup beli rumah. Dan PIK jelas bukan untuk mereka.
Diketahui, “24 Juta Keluarga RI Tinggal di Hunian Tak Layak, 10 Juta Tak Punya Rumah”, 14/11/2025. Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, Nixon LP Napitupulu mengungkapkan 24 juta keluarga di Indonesia tinggal di rumah yang tidak layak.
Rumah-rumah tersebut dibangun secara swadaya dan di bawah standar Kementerian Perumahan.
Hal ini ia sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI bersama Dirut PT BNI, BTN, BSI, BRI, dan Bank MANDIRI (Persero) Tbk di Senayan pada Rabu (13/11/2024).
“Kemudian ada 24 juta keluarga yang memiliki rumah, namun kita kategorikan tidak layak huni. Jadi persoalan PR-nya masih banyak, kurang lebih 34 juta keluarga. Kalau satu keluarga dikali empat orang, berarti masih ada 120 juta orang hidup tanpa rumah atau tidak layak huni,” kata Nixon.
Di samping itu, jumlah backlog perumahan juga masih tinggi di Indonesia. Sekitar 10 juta keluarga diketahui belum memiliki rumah.”Jumlah backlog kita masih banyak, 10 juta keluarga belum memiliki rumah di Indonesia,” tuturnya.
Terlepas dari itu, Nixon menyampaikan pengambil KPR saat ini di BTN didominasi dari kaum milenial. Rata-rata berasal dari pasangan baru.
“Kemudian realisasi KPR per usia majority millennial. Jadi yang beli rumah for some buyers adalah pasangan-pasangan baru,” ungkapnya.Selain itu, tren baru menunjukkan jika semakin banyak perempuan yang mengambil KPR sekitar 32,5%. Sebelumnya, laki-laki mendominasi, tetapi saat ini hanya 67,5%.”Kemudian dari sisi akad, hari ini juga menarik Pak, akad makin menarik semakin hari trennya, yang akad lebih banyak perempuan. Kita lihat dulu dominan pria. Hari ini, perempuan sudah 32%,” ungkapnya.
Dari segi pekerjaan, kebanyakan pengambil KPR merupakan pekerja dari sektor formal baik swasta maupun pemerintahan. Sementara debitur dari pekerja informal hanya 9,7%.”Dan kalau kita lihat dari sisi realisasi yang menerima dari sektor formal. Dan bisa kita lihat 90,3% ini juga kliennya BPJS Ketenagakerjaan, jadi pada umumnya mereka bekerja di sektor industri,” jelasnya.