Sultan Ageng Tirtayasa menjadi semangat rakyat Banten menolak Proyek Strategis Nasional (PSN) Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 dan mengusir bos Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma (Aguan). Saat ini rakyat Banten sudah kompak menyuarakan penolakan PSN PIK 2.
Demikian dikatakan Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi dalam pernyataan kepada redaksi www.suaranasional.com, Selasa (28/1/2025). “Rakyat Banten menilai PSN PIK 2 memarginalkan warga setempat. Hanya omong kosong PSN PIK 2 menyerap tenaga kerja tetapi pengusiran warga setempat oleh korporasi,” ungkapnya.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa diangkat sebagai semangat perlawanan karena dianggap mewakili jiwa patriotik dan keberanian melawan ketidakadilan. Rakyat Banten berharap semangat ini dapat menginspirasi gerakan mereka untuk mengusir segala bentuk kebijakan atau proyek yang merugikan, termasuk Aguan.
“Gerakan ini juga mencerminkan kekhawatiran akan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkan oleh proyek-proyek besar seperti PSN PIK 2. Rakyat Banten menuntut agar pemerintah lebih mendengarkan aspirasi mereka dan memprioritaskan kepentingan rakyat daripada kepentingan bisnis semata,” paparnya.
Rakyat Banten merasa bahwa proyek PIK 2, yang didominasi oleh pengembang besar dan investor, mirip dengan praktik kolonialisme yang mengabaikan kepentingan lokal. “Sultan Ageng Tirtayasa dijadikan simbol untuk membangkitkan kesadaran kolektif bahwa rakyat harus bersatu melawan ketidakadilan, seperti yang dilakukan leluhur mereka,” jelasnya.
Kata Sutoyo, proyek ini berpotensi mengakibatkan penggusuran masyarakat adat dan nelayan tradisional yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya pesisir. PSN PIK 2 dianggap hanya menguntungkan kalangan elit dan investor, sementara masyarakat lokal justru terpinggirkan. Hal ini memperlebar kesenjangan sosial-ekonomi.
“Masuknya pendatang dan pembangunan infrastruktur skala besar dapat mengubah dinamika sosial masyarakat lokal, termasuk hilangnya identitas budaya dan kearifan lokal,” paparnya.