Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H, Avokat [Koordinator Tim Advokasi Melawan Oligarki Rakus Perampas Tanah Rakyat/ TA-MOR PTR]
“Itu harusnya ada kerja sama dengan perusahaan teralis. Jadi enak semuanya kerja, yang mager dapat duit, yang dipager juga dapat duit,” [Anggota DPD R.I., Alfiansyah Komeng, disambut tawa anggota DPD R.I. lain]
Kalau kita ingin tahu makhluk yang paling sadis, maka makhluk yang menjadikan derita Nelayan sebagai bahan candaan, dapat disebut sebagai makhluk paling sadis. Sayangnya, cerita tentang makhluk yang paling sadis ini bukan pengandaian, melainkan ada realitanya.
Adalah anggota DPD R.I. bernama Alfiansyah, alih-alih menyampaikan rasa empati dan turut prihatin atas derita yang dialami oleh Nelayan Banten Utara, senator berlatar komedian ini malah melempar candaan perihal pagar PIK-2 sepanjang lebih dari 30 km di perairan Kabupaten Tangerang, Banten.
Dia menyebut, seharusnya ada kerja sama dengan perusahaan teralis terkait pagar laut, sehingga semuanya bisa kerja enak, yang mager dapat duit, yang dipager juga dapat duit. Terang saja, komentar ini adalah komentar sadis dari seorang pejabat yang buta dan tuli atas derita Nelayan akibat pagar laut ini.
Pagar laut PIK-2 ini, jelas menghalangi akses Nelayan melaut untuk mencari Ikan. Menyebabkan kerugian akibat boros BBM, jarak tempuh yang tak efektif dan berkurangnya hasil tangkapan ikan.
Sebagai Anggota DPD R.I., yang punya fungsi penyeimbang dan penyempurna fungsi DPR RI dalam sistem bikameral, Alfiansyah Komeng semestinya mendorong pemerintah segera mencabut pagar laut ini. Agar Nelayan Banten bisa kembali leluasa mencari Ikan. Bukan bikin lelucon yang tak lucu, yang malah disambut gelak tawa senator lainnya.
Statemen Komeng ini, menambah rusak wajah DPD RI, yang sebelumnya dirusak oleh Yoris Raweyai. Sebelumnya, Yoris sebagai pimpinan DPD RI mengklaim proyek PSN PIK-2 tak masalah, tak ada komplain dari rakyat.
Faktanya, PSN PIK-2 secara norma melanggar Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Dalam pelaksanaan, PSN PIK-2 juga banyak menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Sebagai pejabat, Senator DPD RI baik Komeng maupun anggota lainnya, jika belum bisa melayani rakyat paling tidak jangan melukai hati rakyat. Jangan menjadikan derita Nelayan Banten sebagai objek candaan.
Latar sebagai komedian, tak dapat dijadikan alasan pembenar untuk melucu yang menyakitkan. Bahkan, sejak dilantik menjadi senator, Komeng harus serta merta meninggalkan seluruh atribut sebagai komedian dan belajar menjadi pejabat yang baik.
Dia harus menjadi pejabat yang peka, sensitif terhadap nasib rakyat. Menjadi pejabat yang melayani rakyat dengan baik.
Rugi rakyat Indonesia, menggaji anggota DPD RI kalau kerjanya hanya melucu. Pagar laut PIK-2, adalah salah satu masalah daerah yang wajib mendapatkan perhatian serius dari para Senator. Bukan dijadikan bahan lelucon!