Gibran Memang Kartu Mati, Paspampres Ketularan?

Oleh: Memet Hakim, Pengamat Sosial, Dewan Penasihat Aliansi Profesional Bangkit & Aliansi Pejuang dan Purnawirawan TNI

Ternyata Indonesia dipimpin oleh orang orang gila, ini dikemukakan saat para anggota BARA KEMANG menemui pimpinan DPD-RI tanggal 28 Oktober 2024. Apresiasi untuk seluruh tim tersebut yang telah secara berani dan “clear” menyampaikan agar Gibran alias Fufufafa harus dimakdzulkan karena tindakan tercela (menyerang Prabowo dan keluarganya yakni, mengumbar kata-kata mesum/jorok, penyakit jiwa yang disebut “Skizofrenia” yaitu adalah gangguan mental yang disebabkan oleh kelainan otak (ODGJ), yakni penyakit gangguan jiwa dan penggemar situs porno.

Apa boleh buat ini kenyataan bahwa Indonesia memiliki wakil presiden yang sah menurut Keputusan KPU, tapi tidak legitimate karena tidak didukung rakyat. Ujungnya Prabowo yang dibebani masalah dan cibiran hampir setiap kemunculan Gibran di Masyarakat. Dari sejarah kepresidenan di RI, umumnya wakil presiden selain ban serep, diberikan tugas khusus. Ada yang diberi tugas mengawasi Pembangunan, seremonial, pengawasan, dll.

Nah Gibran ini karena tidak normal, hanya karena ayahnya dulu menjadi presiden sulit diberikan tugas khusus. Paspamres dan stafnya juga akhirnya terkontaminasi menjadi tidak normal, misalnya menegur yang menyapa Fufufafa, mengusir jamaah dimasjid, menjawab pertanyaan umum dengan mengalihkan kepada orang lain, memberikan pengarahan pada para kepala daerah dengan bantuan tele promter dan salah pula materi pidatonya, memberikan sambutan yang menjadi bahan tertawaan dan ngaco, melontarkan istilah yang keliru, membuka lapor Mas Gibran yang menelanjangi kebusukannya sendiri dan banyak hal lainnya. Di Solo sendiri Gibran bisa membohongi rakyatnya sendiri soal 17 skala prioritas, kata FX Rudy (Mantan Walkot Solo, Ketua DPC PDIP). Berat sekali beban Prabowo harus menggendong Gibran si anak haram konstitusi dan memiliki kebiasaan bohong dan kapasitas dan kemampuannya sangat rendah.

Sejak kemunculan Gibran sebagai cawapres telah dinilai tampil songong hingga dibanjiri hujatan usai debat. Gibran selain membenci Didit dan Prabowo, juga membenci SBY dan AHY terlihat dari postingannya yang beredar. Gibran memang harus segera diperiksa dengan brain CT scan, agar diketahui isi otaknya, agar Prabowo tahu persis bagaimana kondisi wakilnya ini. Untuk mengetahui isi hatinya bisa terlihat dari gestur tubuh dan wajah. Lihatlah mata dan sorot matanya, serupa dengan bapaknya Jokowi yang selalu berpikir jahat dan culas. Prabowo harus sangat waspada pada seluruh gerakan Gibran, itulah sebabnya pasukan Paspampres & staf wapres harus diamati dan di refresh, agar tidak terkontaminasi dan setia buta.

Akhirnya pekerjaan para pengawal bertambah untuk menjaga “kewibawaan wakil presiden” yang memang amoral, dungu dan diduga sebagai pemakai narkoboy. Saat retret di AKMIL selama 4 hari saja, Gibran meninggalkan lokasi diduga mulai sakau, tentu saja berita ini sangat mengerikan. Belum lagi caci maki dan menghina secara pribadi yang begitu sadis terhadap Prabowo dari seorang Gibran alias Fufufafa yang sangat jelas telah diuraikan oleh seorang ahli IT dan mantan Menteri.. Bagaimana mungkin seorang Gibran yang wapres bisa menghina Prabowo sebagai Presidennya. Walaupun Prabowo bisa memberi maaf tapi rakyat tidak dapat menerimanya. Rasanya orang seperti ini tidak patut dijaga dan dikawal seperti wapres beneran.

Jika saja para pengawal dan staf ini tidak digaji oleh rakyat mungkin masalahnya akan lain. Ini kan secara terbuka diperlihatkan uang rakyat digunakan untuk hal yang tidak berguna, mubazir. Prabowo sebaiknya merampingkan Paswalpres dan staf untuk wapres, karena hanya membuang anggaran saja. Prabowo harus “tega” memberikan “pembatasan” kegiatan/kunjungan yang terkait penggunaan APBN. Jika perlu kasus dugaan korupsinya dibuka juga.

Masalah kekayaan yang tercatat diatas 25 M, padahal hanya bisnis martabak dan menjadi Walikota Solo dan Jokowi masih miskin saat ke Jakarta, sampai minta dana ke Prabowo, mengindikasikan ada yang tidak beres dalam mendapatkan kekayaannya. Tidak salah jika ada dosen yang melaporkan dugaan korupsi ke KPK, tapi KPK tidak berani membukanya.

Jika Gibran dibiarkan beraktivitas bertemu dengan masyarakat atau tokoh, maka akan selalu menjadi olok-olok terus, ini sedikit banyaknya akan menghambat pemikiran dan target kerja Prabowo. Jika Gibran “dikurung” di istana, paling tidak 30 % anggaran kepresidenan dapat dihemat. Jangan biarkan Gibran membuat malu presiden dan Negara terus menerus, karena kemampuan otak, sikap dan emosionalnya sangat terbatas.

Prabowo harus berjiwa besar melepaskan Gibran untuk kepentingan Bangsa dan negara, tidak perlu sungkan terhadap Jokowi yang telah merusak negeri ini selama 10 tahun. Prabowo jadilah diri sendiri, tidak usah kuatir terhadap perlawanan para taipan jahat dan Jokowi, tunjukan ketegasan dan kekuatan anda sebagai pemimpin.

Bandung, 19 Desember 2024

Simak berita dan artikel lainnya di Google News