Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik
Yang sulit dalam politik itu untuk jujur dan konsisten. Karena umumnya, para politisi itu pembohong dan inkonsisten. Umumnya, janji politik didefinisikan sebagai cara paling praktis untuk membohongi rakyat, agar mendapat dukungan suara.
Agar konsisten, kita perlu membuat kaidah yang konstan dalam memilih pemimpin. Diantaranya, bisa diterjemahkan dengan beberapa kaidah sebagai berikut:
*Pertama,* kita tidak boleh memilih calon yang akidahnya berseberangan dengan kita. Karena orang muslim, haram memilih pemimpin kafir.
*Kedua,* kita tidak boleh memilih calon yang didukung Parpol yang jelas berseberangan dengan perjuangan umat Islam. Kalaupun mereka saat ini seolah melawan rezim, itu sebenarnya hanya sandiwara politik.
*Ketiga,* kita tidak boleh memilih calon yang didukung Jokowi. Karena apa? Banyak dosa politiknya. Saya ringkas saja:
1. Jokowi tukang bohong yang punya dosa membuat Indonesia punya utang besar, dan saat ini Jokowi digugat di PN Jakarta Pusat, karena kebohongan dan utang yang menggunung.
2. Jokowi adalah penguasa, yang punya peran pada tragedi KM 50, sebuah tragedi yang menyebabkan 6 laskar FPI meninggal dunia.
3. Jokowi, hingga saat ini terus berusaha mencengkeram kekuasaan dan mengendalikannya untuk kepentingan dirinya dan keluarganya.
4. Dll.
Lalu, mana yang mau dipilih? Dharma Pongrukeun? Tidak lolos kaidah pertama, karena non muslim.
Pramono – Rano? Keduanya, didukung PDIP. Bahkan, Pramono juga orang kepercayaan Jokowi saat di Seskab. Jadi, tidak lolos kaidah kedua.
RK – Suswono? tidak lolos kaidah ketiga. Karena pasangan ini didukung Jokowi. Bahkan, Jokowi secara khusus datang ke Jakarta untuk mendukung Paslon ini.
Mendukung atau memilih calon dukungan Jokowi, berarti berkhianat pada 6 nyawa pengawal FPI yang telah berjuang dan meraih syuhada, untuk mengawal HRS. Lalu apa pilihan kita?
Berjuang untuk Islam adalah pilihan utama, dengan dakwah amar Ma’ruf nahi mungkar. Golput adalah pilihan taktis di Pilkada, agar terhindar dari dosa mendukung calon yang punya jejak zalim kepada umat Islam.
Saat ini, lebih baik umat Islam konsolidasi gerakan untuk membela rakyat yang terzalimi, seperti korban perampasan tanah PIK 2. Jangan mau terlibat dukung mendukung Pilkada, yang ujungnya hanya mengantarkan politisi ke tampuk kekuasaan, yang setelah berkuasa mereka melupakan kita, bahkan berbuat zalim kepada umat. [].