Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H, Advokat
Si ‘Manusia Merdeka’, Muhammad Said Didu dikabarkan akan kembali diperiksa oleh Penyidik Kepolisian Resort Kabupaten Tangerang, Tigaraksa, pada tgl 19 November 2024 (Selasa). Melalui Surat Terbuka, kabar itu beredar diberbagai GWA dan platform sosial media.
Pemeriksaan dilakukan, karena Laporan sejumlah pihak. Dalihnya klasik, melanggar UU ITE. Pasal karet yang lazim digunakan untuk mengkriminalisasi aktivis dan ulama.
Meski rezim telah berganti, Jokowi telah diganti oleh Prabowo, namun praktik pembungkaman kemerdekaan menyampaikan pendapat dan dakwah Islam menggunakan UU ITE masih saja terus dilakukan. Semua ini mengkonfirmasi, oligarki mencengkram kuat negeri ini.
Saya sendiri meyakini, master mind dibalik laporan itu adalah Sugiyanto Kusuma alias Aguan. Manusia paling diuntungkan dengan adanya proyek PIK. Manusia, yang tega menumpuk untung beliung dari bisnis property, dengan merampas tanah rakyat, tertawa diatas derita dan tangisan rakyat.
Sementara pihak-pihak yang melaporkan Said Didu, hanya antek saja. Hanya diperalat, dengan sedikit uang. Mereka tidak sadar, sedang diadu domba dengan saudaranya
Untuk memperalat orang, hingga aparat penegak hukum, biayanya kecil. Tidak sampai 500 ribu per meter. Sedangkan keuntungan bisnis property di PIK 2, bisa sampai puluhan juta per meter.
Bayangkan, modal 50 ribu perak per meter, tanah ini kelak akan dijual 30 juta per meter. Jadi, kalau cuma membiayai orang untuk adu domba sesama, membayar aparat, itu kecil.
Dengan status PSN, Aguan bisa merampas tanah rakyat semaunya. Aguan inilah, yang tidak mau bisnisnya diusik oleh Said Didu. Aguan inilah, orang yang ada dibalik pembungkaman ‘Si Manusia Merdeka’.
Said Didu ini manusia langka, sekaligus istimewa. Karena, mungkin saja banyak yang lebih pintar dari dia, tapi tak banyak yang berani seperti dia. Itulah, langka dan istimewa.
Saya melihat, disejumlah GWA, saat diskusi dan komentar tentang persoalan bangsa, sejumlah tokoh cadasnya luar biasa. Tapi, bungkam terhadap kezaliman. Hanya cerewet di group WA, tapi tak berani terbuka mengkritik penguasa. Padahal, dia tahu kezaliman sedang terjadi didepan hidungnya.
Banyak yang mulut dan pikirannya sudah terpenjara, meskipun raganya masih merdeka. Hidupnya lepas, bebas, tapi pikirannya terpenjara. Tak bicara sedikitpun, atas banyaknya kezaliman di negeri ini.
Mereka hanya berpuas diri dengan nasehat agama, atau motivasi hidup. Seolah, orang-orang seperti ini hidup dilangit yang penuh kenikmatan. Tak pernah menjejakkan kakinya di bumi yang penuh masalah.
Karena itu, kita bukanlah seperti mereka. Mereka yang jiwa dan pikirannya terpenjara, meski raganya merdeka. Kita adalah orang-orang merdeka, yang sebenar-benarnya merdeka.
Kita akan terbuka melawan kezaliman, melawan perampasan tanah rakyat di PIK 2, dan membersamai perjuangan Said Didu. Kita akan berdiri bersama Said Didu, merdeka menyampaikan pendapat dan mengkritik segala bentuk kezaliman. [