Oligarki PIK 2: Merampas Kampung Halaman yang Kita Tinggali

Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik

Karena kita diam, bungkam, oligarki makin ngelunjak (baca: kurang ajar). Dulu, dengan modus HPH, Hak Konsesi, PKP2B, hingga IUPK, Oligarki telah merampas hutan, lahan, hingga tambang yang kaya dan berlimpah di negeri ini.

Kekayaan alam yang berlimpah, yang merupakan hak rakyat, dirampas oligarki. Ada yang merampas hutan, membabatnya, lalu menjadikannya kebun sawit. Ada yang menambang batubara, emas, minyak, nikel, timah, dll.

Namun, dulu mereka merampas itu semua di hutan, di pegunungan, di lembah-lembah, di lepas pantai, ditempat tanah dan tempat kosong yang tak berpenghuni. Rakyat hanya rugi tak mendapatkan kekayaan alam Indonesia, tapi tak terusir dari kampung halamannya.

Tapi oligarki PIK 2? Mereka kini bukan merampas tanah di hutan, pegunungan, di lembah-lembah, di lepas pantai, ditempat kosong yang tak berpenghuni. Akan tetapi mereka merampas tanah kampung halaman kita, merampas tambak kita, merampas kebun kita, merampas sawah kita.

Mereka merampas penghidupan kita. Sejarah dan kenangan kira. Ibadah dan syiar Islam agama kita.

Mereka tidak peduli kepada kita, mereka hanya peduli pada laba perusahaan. Mereka hanya fokus untuk menaikkan nilai saham.

Mereka, merampas tanah yang berpenghuni. Yang dekat dengan Jakarta, dengan dengan Presiden, dekat dengan DPR, dekat dengan tokoh, dekat dengan ulama, dekat dengan aktivis, dekat dengan pergerakan. Tapi kenapa oligarki makin kurang ajar? Berani merampas tanah di Banten untuk proyek PIK 2?

Ya, selain karena pengkhianatan penguasa juga karena bungkamnya kita. Kita tak tergerak untuk membela, dengan dalih yang penting tidak menimpa tanah milik kita. Kita tak berusaha melawan kezaliman, hanya karena merasa korbannya bukan keluarga kita.

Kita masih sibuk dengan urusan kita sendiri, organisasi sendiri, urusan keluarga sendiri. Kita tak pernah berfikir, kezaliman yang terjadi suatu saat juga akan menimpa kita, jika kita diam.

Lalu, apakah kita baru akan berjuang dan melawan setelah kita jadi korban? Jawabnya, terlambat! Saat kita menjadi korban, perjuangan itu terlambat.

Karena itu, sebelum terlambat mari membela saudara kita di Banten. Mari bersatu, menuntut pembatalan status PSN di proyek PIK 2 milik Aguan dan Anthony Salim. [].

Simak berita dan artikel lainnya di Google News