Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat Politik dan Kader Muhammadiyah Kudus
Wakil Menteri Luar Negeri Anis Matta di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab di Arab Saudi menegaskan posisi pemerintah Indonesia dalam mendukung Palestina di tengah ketegangan yang berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Anis Matta juga meminta negara-negara yang tergabung dalam OKI dan Liga Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.
Sebagai negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab moral dan politik untuk mengambil sikap proaktif dalam isu Palestina. Sejarah panjang dukungan Indonesia terhadap perjuangan Palestina telah menjadi bagian dari identitas nasional. Hal ini diperkuat oleh sikap tegas pemerintah Indonesia yang menolak penjajahan dan menegaskan dukungan terhadap hak asasi manusia.
Pernyataan Anis Matta selaku Wamenlu mencerminkan komitmen tersebut dan menunjukkan bahwa Indonesia tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar yang telah menjadi pegangan sejak lama.
Presiden Prabowo Subianto, yang baru menjabat, juga memiliki tantangan besar dalam mengelola hubungan luar negeri Indonesia, terutama dalam konteks geopolitik yang semakin kompleks. Kebijakan luar negeri Prabowo harus mencerminkan keinginan untuk memperkuat solidaritas global terhadap Palestina. Dalam hal ini, tidak hanya retorika yang dibutuhkan, tetapi tindakan nyata yang dapat berkontribusi pada penyelesaian konflik yang telah berlangsung lama ini. Dukungan terhadap Palestina bukan hanya sekadar isu politik, tetapi juga menyangkut nilai-nilai kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi oleh sebuah bangsa.
Pentingnya dukungan terhadap Palestina juga terletak pada posisi Indonesia sebagai anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional lainnya. Sebagai negara yang aktif dalam arena internasional, Indonesia seharusnya memanfaatkan forum-forum tersebut untuk mengadvokasi hak-hak Palestina.
Dalam konteks ini, Anis Matta dapat berperan penting dalam diplomasi internasional, menjembatani hubungan Indonesia dengan negara-negara lain yang peduli akan isu ini.
Dalam menghadapi tantangan global yang tidak menentu, sikap tegas pemerintah Indonesia terhadap Palestina juga dapat menjadi simbol solidaritas bagi negara-negara Muslim lainnya. Ketika negara-negara besar tampak ragu untuk mengambil sikap tegas, Indonesia dapat berfungsi sebagai pemimpin moral, mengajak negara-negara lain untuk bersatu dalam mendukung Palestina. Ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa solidaritas tidak hanya diucapkan, tetapi juga diwujudkan dalam kebijakan nyata.
Namun, dukungan terhadap Palestina tentu tidak lepas dari tantangan dan kritik. Beberapa kalangan beranggapan bahwa fokus pada isu luar negeri seperti Palestina dapat mengalihkan perhatian dari masalah domestik yang lebih mendesak, seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan.
Sementara itu, ada juga yang mempertanyakan efektivitas dukungan Indonesia terhadap Palestina dalam konteks geopolitik yang lebih luas. Mereka berargumen bahwa dukungan semacam ini seharusnya disertai dengan strategi yang lebih konkret untuk membantu mencapai solusi damai.
Di sisi lain, penekanan pada isu Palestina juga dapat digunakan sebagai alat untuk memperkuat identitas nasional. Dalam konteks nasionalisme, dukungan terhadap Palestina dapat mempersatukan masyarakat Indonesia di tengah perbedaan yang ada. Dengan menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, pemerintah dapat membangun narasi yang lebih inklusif dan menumbuhkan rasa kepedulian di kalangan rakyat. Hal ini berpotensi untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan di dalam negeri.
Lebih jauh lagi, kebijakan luar negeri yang pro-Palestina dapat membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Dalam jangka panjang, ini dapat berkontribusi pada stabilitas regional dan meningkatkan posisi tawar Indonesia di kancah internasional. Diplomat Indonesia, termasuk Wamenlu Anis Matta, perlu memanfaatkan kesempatan ini untuk membangun aliansi yang kuat dan saling menguntungkan dengan negara-negara yang memiliki visi serupa.
Tentu saja, dalam perjalanan ini, Anis Matta dan pemerintah Indonesia harus tetap berhati-hati dalam memilih kata dan tindakan. Setiap pernyataan atau kebijakan harus mempertimbangkan dampak yang lebih luas, baik di tingkat internasional maupun domestik. Respons dari negara-negara lain, terutama mereka yang memiliki hubungan dekat dengan Israel, dapat memengaruhi dinamika politik di kawasan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menjalankan diplomasi yang cerdas dan bijaksana.
Dengan demikian, posisi Indonesia yang kuat dalam mendukung Palestina, yang diprakarsai oleh Anis Matta dan didukung oleh Presiden Prabowo, bukan hanya tentang menjalin hubungan internasional, tetapi juga tentang membangun identitas nasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Di tengah segala tantangan dan kompleksitas yang ada, Indonesia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai pahlawan bagi keadilan dan hak asasi manusia. Melalui kebijakan yang konsisten dan berorientasi pada tindakan, Indonesia dapat memberikan kontribusi signifikan dalam upaya mencapai perdamaian yang berkelanjutan untuk Palestina dan kawasan yang lebih luas.