Oleh: Untung Nursetiawan, Pemerhati Sosial Kota Pekalongan
Hari Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 26 Oktober 2024, Debat calon wali kota dan wakil wali kota Pekalongan periode 2024-2029, yang mempertemukan pasangan calon (paslon) nomor urut 1, Muhtarom-Musthofa, dan paslon nomor urut 2, Aaf-Balqis telah usai. Banyak yang berharap debat ini akan menjadi ajang bagi kedua paslon untuk menyampaikan gagasan segar dan solusi konkret atas permasalahan yang selama ini dihadapi Kota Pekalongan. Namun, harapan masyarakat tampaknya belum terjawab. Kedua paslon cenderung tampil dengan visi yang kurang tajam dan minim inovasi, sehingga debat ini dirasa masih jauh dari ekspektasi.
Pasangan nomor urut 1, Muhtarom-Musthofa, diharapkan tampil dengan ide-ide baru karena sebagai sosok baru dalam ajang pilwalkot kali ini tentunya masyarakat berharap paslon ini memiliki visi segar yang dapat mengatasi tantangan di Kota Pekalongan. Namun, selama debat berlangsung, pasangan ini terkesan normatif dan mengedepankan visi yang relatif “biasa-biasa saja” tanpa ada terobosan signifikan. Misalnya, dalam membahas topik revitalisasi ekonomi lokal, Muhtarom dan Musthofa hanya menyampaikan pentingnya dukungan kepada pelaku UMKM dan sektor pariwisata, sebuah gagasan yang sudah sering didengar sebelumnya. Meskipun mereka menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung perkembangan UMKM, namun tidak ada rencana konkret yang menunjukkan bagaimana strategi mereka akan berbeda dari program yang sudah ada. Mereka hanya menjanjikan “pemerintah akan mendukung penuh” tanpa penjelasan lebih lanjut, yang membuat masyarakat ragu terhadap kemampuan paslon ini dalam membawa perubahan nyata.
Selain itu, ketika berbicara mengenai peningkatan kualitas pelayanan publik, pasangan ini hanya menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas. Sekali lagi, ini adalah janji yang sering disampaikan oleh banyak kandidat di berbagai daerah. Muhtarom-Musthofa tidak menunjukkan langkah konkret yang tegas untuk memastikan bahwa janji-janji ini dapat diwujudkan. Seolah-olah mereka hanya mengulang kembali wacana umum yang sudah lama ada tanpa ada pendekatan baru yang bisa membuat masyarakat yakin akan perubahan di masa depan.
Sementara itu, pasangan nomor urut 2, Aaf-Balqis, tampil dengan pendekatan berbeda. Aaf yang saat ini menjabat sebagai wali kota dan Balqis sebagai ketua DPRD Kota Pekalongan banyak menyoroti keberhasilan-keberhasilan mereka selama menjabat. Mereka tampak lebih memilih untuk menonjolkan capaian yang telah diraih sebelumnya daripada menyajikan gagasan baru untuk masa depan.
Sebagai contoh, dalam topik pembangunan infrastruktur, Aaf dan Balqis memaparkan beberapa proyek yang sudah berjalan, seperti perbaikan jalan dan revitalisasi beberapa kawasan perkotaan. Mereka membanggakan capaian ini sebagai bukti kerja nyata yang telah dilakukan selama masa kepemimpinan mereka. Namun, hal ini justru menimbulkan kritik dari masyarakat yang mengharapkan adanya solusi baru untuk masalah infrastruktur, terutama yang terkait dengan banjir dan kemacetan yang semakin sering terjadi. Alih-alih memberikan terobosan baru untuk mengatasi permasalahan ini, mereka hanya memamerkan apa yang sudah dilakukan, yang sayangnya belum sepenuhnya menyelesaikan masalah.
Dalam isu sosial, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan warga, pasangan ini juga lebih banyak mengklaim bahwa program-program bantuan sosial dan layanan kesehatan yang mereka inisiasi telah memberikan dampak positif. Sayangnya, tidak ada inovasi yang disampaikan untuk menghadapi tantangan yang mungkin muncul di masa mendatang. Terkesan bahwa mereka lebih sibuk mempertahankan reputasi daripada memikirkan langkah-langkah baru yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat Pekalongan yang terus berkembang.
Secara keseluruhan, debat ini masih jauh untuk memenuhi harapan masyarakat yang menginginkan adanya perubahan, ide-ide baru dan solusi konkret dari kedua pasangan calon. Tidak ada gagasan baru yang revolusioner atau terobosan berani yang ditawarkan oleh kedua paslon. Pasangan Muhtarom-Musthofa yang seharusnya tampil dengan visi baru justru tampil normatif, sementara pasangan Aaf-Balqis cenderung sibuk mengklaim capaian-capaian yang sudah pernah mereka lakukan tanpa ada inovasi.
Masyarakat Pekalongan, yang menghadapi berbagai permasalahan mulai dari penurunan kualitas lingkungan, tingginya angka pengangguran, hingga kualitas layanan kesehatan yang masih perlu diperbaiki, berharap bahwa debat ini bisa memberikan titik cerah. Namun, dengan hasil yang kurang memuaskan, masyarakat menjadi pesimis akan kemampuan kedua paslon dalam memberikan perubahan yang nyata bagi Kota Pekalongan.
Debat ini, meski mengecewakan, tetap menyisakan harapan. Mau tidak mau, suka tidak suka, kedua paslon inilah yang nantinya akan memimpin kota pekalongan.Penulis berharap kedua paslon segera memperbaiki strategi kampanye mereka untuk benar-benar menjawab kebutuhan warga Pekalongan. Kota ini memiliki banyak potensi, mulai dari sektor pariwisata, budaya, hingga ekonomi kreatif yang dapat dikembangkan. Selain itu, permasalahan klasik seperti banjir, kualitas pendidikan, dan keterbatasan lapangan kerja perlu segera ditangani.
Untuk paslon nomor 1, Muhtarom-Musthofa, harus lebih berani mengusung ide-ide yang inovatif dan konkret. Masyarakat akan lebih terkesan jika paslon ini dapat menyajikan rencana yang berbeda dari pemimpin sebelumnya, yang dapat menjamin bahwa ada perubahan positif yang akan terjadi jika mereka terpilih.
Di sisi lain, kepada paslon nomor 2, Aaf-Balqis, perlu menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengandalkan pencapaian masa lalu, melainkan siap menghadirkan solusi baru yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Pekalongan. Klaim keberhasilan memang penting, tetapi tanpa adanya langkah baru untuk menghadapi tantangan masa depan, maka masyarakat hanya akan merasa bahwa program-program yang sudah ada akan terus berulang tanpa adanya perbaikan.
Debat kali ini menjadi pengingat bagi kedua paslon bahwa masyarakat Pekalongan menginginkan pemimpin yang mampu memberikan perubahan nyata dan berani menghadapi tantangan masa depan. Baik Muhtarom-Musthofa maupun Aaf-Balqis masih memiliki kesempatan untuk meyakinkan masyarakat dengan memperbaiki strategi kampanye mereka di debat berikutnya.
Warga Pekalongan berharap bahwa kedua paslon bisa mendengar suara mereka dan segera menyajikan rencana yang relevan dan konkret. Mereka menginginkan pemimpin yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga memiliki kemampuan dan tekad untuk mengimplementasikan janji-janji mereka dengan nyata. Sehingga, siapapun yang nantinya terpilih, diharapkan mampu membawa Kota Pekalongan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan harapan dan aspirasi warganya. Semoga