Pidato Presiden Prabowo Berapi-api: Serius atau PHP?

Oleh: Tarmidzi Yusuf, Kolumnis

Siapa saja yang menyaksikan pidato Presiden RI ke-8, Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto pada pelantikannya sebagai Presiden di depan MPR, Ahad 20 Oktober 2024 kagum dan terpesona. Pidato tanpa teks dengan gaya khas Prabowo serasa nostalgia. Mengingatkan gaya menggebu-gebu dan isi pidato Prabowo ketika masa kampanye Pilpres tahun 2019.

Bagi penulis yang ketika itu menjadi relawan Prabowo-Sandi sangat familiar dan akrab mendengar pidato Presiden Prabowo yang selalu berapi-api seperti yang disampaikan kemarin di MPR. Tidak ada hal baru yang disampaikan Presiden Prabowo kemarin. Sama persis isinya ketika kampanye Pilpres 2019. Pidato presiden rasa calon presiden.

Itu pula yang menjadi daya tarik rakyat mendukung Prabowo di Pilpres 2019. Impian dan agenda besar Presiden Prabowo itu semoga bukan PHP. Contoh soal swasembada pangan. Terlalu sering terutama 10 tahun terakhir rakyat dibohongi. Rakyat menanti Presiden Prabowo membuktikan keberpihakannya pada Merah Putih sesuai nama kabinet dan keberpihakannya pada rakyat.

Hanya saja optimisme itu luntur setelah Presiden Prabowo mengumumkan kabinet 100 menteri. Tepatnya jumlah menteri, wakil menteri dan kepala badan/lembaga sebanyak 109 orang. Jumlah terbanyak kedua dalam sejarah Pemerintahan di Indonesia setelah Kabinet Soekarno Dwikora II tahun 1966 sebanyak 132 orang.

Berapa banyak uang rakyat yang dihabiskan untuk membayar gaji dan fasilitas negara lainnya yang berjumlah 109 anggota kabinet. Sementara beban APBN sangat berat. Untuk bayar bunga utang saja di tahun 2025 sekira Rp 800 triliun.

Belum lagi untuk program makan siang gratis. Negara mesti menggelontorkan uang rakyat Rp 800 miliar per hari. Coba kalau uang sebanyak itu digunakan untuk mencerdaskan anak bangsa melalui program sekolah gratis hingga perguruan tinggi.

Semakin banyak jumlah anggota Kabinet yang berjumlah 109 orang semakin besar potensi terjadinya kebocoran APBN. Hal yang sering disinggung oleh Presiden Prabowo sejak lama. Bahkan begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo yang tak lain Bapaknya Presiden Prabowo menyebut 30 persen APBN bocor.

Belum lagi anggota kabinet Prabowo seperti pernah disebut oleh mantan Penasihat KPK, Abdullah Hehamahua berasal dari menteri-menteri Jokowi dan yang diendors bohir Prabowo di Pilpres 2024 ditenggarai 90 persen koruptor. Idiom politik, “Tidak ada makan siang gratis.”

Wajar bila publik menilai Kabinet 100 menteri Prabowo rasa Jokowi. Diisi orang-orang yang tersandera karena dugaan korupsi semasa menjadi menteri Jokowi. Ini pula yang memicu publik pesimis dengan agenda besar Presiden Prabowo lima tahun ke depan.

Meski Prabowo sudah mewanti-wanti anggota kabinetnya agar tidak mencari uang dari APBN. Ini tidak mudah. Bukan rahasia umum banyak pejabat mencari uang dari APBN. Penulis tidak yakin jabatan menteri, wakil menteri dan kepala badan/lembaga jabatan gratis. “Hal-hal yang tampak gratis selalu memiliki biaya yang harus dibayar oleh seseorang,” kata Pemenang Nobel Milton Friedman.

Rasa pesimisme itu tidak menghilangkan rasa optimisme sama sekali. Masih ada harapan pada Presiden Prabowo. Sepanjang pidato Presiden Prabowo bukan rasa capres yang penuh PHP. Pidato tulus untuk rakyat dan bangsa. Wallahua’lam

Jakarta, 18 Rabiul Akhir 1446/21 Oktober 2024

Simak berita dan artikel lainnya di Google News