P mengungkapkan bahwa ia mulai menerima pelecehan dalam bentuk verbal dari DH, yang kemudian berkembang menjadi tindakan fisik.
“Pada satu hari, saya mulai mendapatkan pelecehan verbal. Dengan ucapan ucapan tidak pantas dari Guru (DH),” sebutnya.
Kala itu, kata P, ia tidak terlalu menanggapi dengan serius. Namun, lama kelamaan mulai menyentuh bagian seperti pundak, merangkul, dan lainnya.
Awalnya, P mengira perlakuan tersebut sebagai bentuk perhatian layaknya seorang ayah kepada anaknya.
“Awal saya yang memang belum paham tentang kasih sayang yang sesungguhnya, menganggap itu seperti seorang ayah kepada anak juga terkadang memberikan untuk kehidupan,” P menuturkan.
Namun, seiring berjalannya waktu, P menyadari bahwa perlakuan tersebut sudah melampaui batas.
“Tapi semua itu ternyata penilaian saya salah saat saya mulai dipeluk, disentuh bagian (red), dan lain,” tukasnya.
P mengaku bingung dan takut untuk melaporkan kejadian itu, khawatir tidak ada yang mempercayainya, apalagi karena ia tidak memiliki bukti kuat.
“Saat itu saya bingung, saya ingin bercerita kepada siapa. Orangtua tidak ada, bercerita kepada teman pun takut dipandang hina,” imbuhnya.