Oeh Rokhmat Widodo, Pengamat politik dan Kader Muhammadiyah Kudus
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan salah satu momentum penting dalam rangka demokrasi di Indonesia. Khususnya di Jawa Timur, Pilkada kali ini menghadirkan berbagai pasangan calon yang memiliki latar belakang dan visi yang beragam di antaranya Luluk Hamidah-Lukmanul Hakim, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak, dan Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta.
Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak diusung dan di dukung 15 Partai Politik (Parpol) yakni, Partai Gerindra, Golkar, Demokrat, Nasdem, PAN, PKS, PPP, PSI, Perindo, Partai Buruh, Partai Gelora, PBB, PKN, Partai Garuda dan Partai Prima.
Pasangan Calon Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans), diusung dan didukung PDI Perjuangan, Partai Hanura dan Partai Ummat. Sedangkan pasangan Luluk Nurhamida-Lukmanul Khakim diusung dan didukung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kekuatan Luluk dan Lukman terletak pada pengalaman Luluk di dunia politik dan kemampuan Lukman dalam menjangkau kalangan muda. Mereka juga memiliki jaringan yang luas dalam komunitas dan organisasi masyarakat. Namun, kelemahan mereka adalah kurangnya pengalaman dalam memimpin daerah yang lebih besar.
Keduanya juga perlu lebih giat dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat meningkatkan tingkat pengenalan dan dukungan dari pemilih. Strategi kampanye yang efektif menjadi kunci agar mereka dapat bersaing dengan pasangan calon lainnya.
Khofifah dan Emil memiliki kekuatan dalam pengalaman Khofifah sebagai politisi senior, yang memberikan kredibilitas tinggi kepada pasangan ini. Selain itu, Emil sebagai memiliki pemahaman yang baik mengenai isu-isu lokal. Namun, tantangan bagi mereka adalah menjaga citra positif di tengah berbagai kebijakan yang diambil sebelumnya.
Kelemahan lain adalah munculnya opini publik yang mungkin tidak sepenuhnya mendukung langkah-langkah yang diambil selama masa kepemimpinan sebelumnya. Diperlukan strategi komunikasi yang baik agar masyarakat dapat memahami visi dan misi mereka dengan lebih jelas.
Risma memiliki kekuatan besar sebagai pemimpin yang sudah terbukti di Surabaya. Ia dikenal dengan berbagai prestasi dan program yang berhasil, sehingga menjadi salah satu kandidat yang paling diperhitungkan. Zahrul, sebagai pendamping, juga membawa perspektif baru yang segar kepada publik.
Namun, tantangan bagi pasangan ini adalah menghadapi ekspektasi yang tinggi dari masyarakat. Banyak yang berharap mereka dapat mengulangi kesuksesan yang telah dicapai di Surabaya ke tingkat provinsi. Selain itu, mereka perlu memastikan bahwa segala ide dan program yang diusung dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat.