Oleh : Ahmad Khozinudina, Sastrawan Politik
Akhirnya, KIM Plus yang terdiri dari Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, Gelora, PKS, PKB dan NasDem resmi mendaftarkan Paslon RAKUS (RK-SUSWONO) ke KPUD Jakarta. Akronim RAKUS nampaknya pas, karena semua Parpol diborong masuk ke koalisi ini.
Apakah Paslon RAKUS mampu melahap semua suara warga Jakarta pada Pilkada nanti dan menjadi juara?
Kalau saja, suara partai saat Pemilu berbanding lurus dengan Pilkada, tentu saja Paslon RAKUS ini menjadi juaranya. Sebab, Parpol KIM Plus ini jika digabungkan merupakan suara penenang. Hanya tersisa PDIP yang mengusung Paslon PORNO (PRAMONO-RANO) dengan 15 kursinya (14,1 %).
Hanya saja, suara Pilkada itu sangat erat kaitannya dengan elektabilitas Paslon, bukan Partai. Posisi Partai hanya untuk membeli tiket pencalonan. Selanjutnya, dukungan suara pemilih biasanya sangat terkait dengan sosok Paslon bukan Parpol pengusung.
Kalau saja suara partai saat Pemilu berbanding lurus dengan perolehan suara Paslon yang diusung, maka otomatis RAKUS menang Pilkada Jakarta. Bahkan, tidak perlu Pilkada, langsung dilantik saja. Sekali lagi, kalau saja.
Adapun terkait personal Paslon, RK punya masalah elektabilitas dengan warga Jakarta karena pernah mengunggah status nyinyir ke warga Jakarta. Status itu, tentu mengundang sentimen negatif saat Pilkada.
Parpol pengusung elektabilitasnya juga ambrol pasca putusan MK, karena melalui kader mereka di DPR, parpol berusaha membangkang putusan MK. Pembangkangan ini dipelopori parpol KIM Plus yang mengusung Paslon RAKUS. Kemarahan warga Jakarta, bisa juga ditumpahkan dengan tidak memilih Paslon RAKUS ini.
Belum lagi, warga Jakarta termasuk pemilih cerdas yang cepat meng up date informasi. Pengkhianatan KIM Plus yang gagal melakukan kudeta Konstitusi melalui upaya mengubah UU Pilkada, pasti dijadikan catatan dan pertimbangan tersendiri.
Belum lagi, pemilih PKS yang sebelumnya ada faktor Anies yang membuat kursinya meningkat (18 kursi), juga akan mendapatkan hukuman dari pendukung militan Anies, yang tak akan memberikan dukungan pada RAKUS, calon yang diusung PKS setelah meninggalkan Anies.
PKS sendiri, oleh pendukung Anies diasosiasikan sebagai partai RAKUS, karena lebih memilih bergabung dengan KIM Plus ketimbang balik mengusung Anies, kendati sudah ada putusan MK yang memungkinkan bagi PKS mengusung Anies dan Sohibul Iman (AMAN).
Rasanya, suara Golput akan tinggi di Pilkada Jakarta. Karena pemilih yang tidak bisa memilih Anies, pasti enggan mengalihkan dukungan kepada Paslon RAKUS apalagi ke Paslon PORNO (PRAMONO-RANO). [].