Lembaga Zakat di Era Teknologi Informasi

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi)

“Kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kenali medan tempurmu. Dan kau akan memenangi seribu pertempuran.” (Sun Tzu)

Dunia zakat bukan berada di ruang hampa. Selalu ada perubahan walau kadang tak terlihat nyata. Perubahan ini termasuk dalam hal perilaku sejumlah pihak yang berada di lingkup dunia zakat.

Kali ini, kita ingin melihat sejauh mana perilaku muzaki dalam berdonasi maupun ketika memilih Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang ada. Ini penting untuk diketahui oleh OPZ agar ia mampu mengimbangi tren ini sehingga bisa terus menjadi bagian dari dinamika yang terjadi, termasuk dalam hal meningkatkan penghimpunan zakatnya serta menjaga hubungan baik dengan para muzakinya.

Di kurun waktu yang disebut era globalisasi seperti saat ini, ternyata teknologi informasi telah demikian tumbuh pesat bahkan menjadi suatu kebutuhan untuk dikonsumsi masyarakat. Kondisi ini tiada lain berkenaan dengan pentingnya sebuah informasi demi mempermudah segala macam kebutuhan hidup.

Dalam sebuah hasil survei yang dilakukan oleh salah satu lembaga riset dunia yang bergerak di bidang teknologi informasi yaitu We Are Social. Pada 26 Januari 2017 merilis bahwa, Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet terbesar di dunia. Hal ini mengalami kenaikan hingga 51 persen, atau sejumlah 132,7 juta pengguna internet di Indonesia.

Kenaikan tren menggunakan internet ini semakin hari semakin meningkat. Dan ini akan berimplikasi juga pada perilaku kehidupan saat berbelanja. Banyak orang kini mulai terbiasa dengan berbelanja secara online.

Maraknya perilaku berbelanja dan bertransaksi secara online ternyata berpengaruh pula pada muzaki. Banyak dari mereka mulai terbiasa dengan beragam kemudahan dalam melakukan transaksi keuangan maupun ketika berbelanja.

Mereka juga mulai selektif untuk memilih model sistem pembayaran online, benefit yang didapatkan secara langsung maupun tidak langsung serta saat yang sama, mereka juga terus mengikuti segala inovasi lainnya yang diberikan lembaga pengelola keuangan. Hal yang diharapkan ini pada ujungnya bermuara pada kemudahan pengguna dalam melakukan berbagai macam pembayaran digital.

Dari perilaku itulah, kemudian muncul tuntutan yang sama dari para muzaki, agar kebiasaan-kebiasaan mereka dengan kemudahan transaksi ini bisa juga diakomodir oleh OPZ. Mereka berharap zakat, infak, sedekah, dan bahkan pembelian hewan kurban oleh OPZ mekanisme dan sistemnya setara dengan kemudahan transaksi dan layanan di dunia perbankan.

Pada awalnya, tren masyarakat dan muzaki dalam penggunaan sistem digital ini lebih banyak untuk mencari informasi. Namun, lambat laun berkembang ke arah transaksi keuangan, Masyarakat kini yang semakin di isi generasi milenial semakin cenderung ingin segala sesuatunya serba instan dan cepat. Misalnya, ketika masyarakat mendapat informasi tentang zakat, mereka lantas coba dengan cepat mencari OPZ-nya serta produk dan aktivitas programnya.

Bukan itu saja, begitu mereka melihat program yang ditawarkan, kadang mereka juga tak sabar ingin langsung membantu dengan cara langsung berdonasi.