Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi)
Kebersamaan sendiri sejatinya bagi amil adalah ujian. Ujian atas nilai-nilai, pemahaman dan sudut pandang dalam melihat masalah yang ada di hadapan.
Hari-hari pertama bersama-sama saat Covid-19 di rumah yang luasnya tak seberapa terasa indah pada awalnya. Namun semakin bertambah hari, situasi ini tentu tak sama. Selain konsumsi yang bertambah akibat sepanjang waktu tetap di rumah dan perlu makan, suasana hati pun bisa berubah.
Anak-anak yang biasanya aktif bermain dan bersekolah, dengan tiba-tiba harus di rumah dan tak bisa ke mana-mana tentu saja bukan hal mudah. Rasa bosan dengan mudah datang, apalagi di tengah tugas-tugas sekolah dengan sistem daring yang juga tak sedikit jumlahnya. Para guru masih belum terbiasa menghadapi situasi krisis semacam ini. Banyak dari mereka terlalu bersemangat memberikan tugas sekolah, seakan situasinya normal dan hanya urusan pindah tempat semata, yang tadinya ngumpul dalam kelas, lantas bergeser menjadi lewat gadget atau laptop.
Kebersamaan adalah ujian. Bagi orang tua juga. Ia harus berlatih untuk bisa lebih sabar dan tahan banting di tengah gempuran-gempuran kebosanan dan ketidakpastian. Situasi pandemi Covid-19 ini tak ada yang bisa memastikan akan sampai kapan, sehingga hanya ketahanan dan kesabaran sekeras baja yang mampu menahannya dari kemarahan atas tak jelasnya situasi saat ini.
Kebersamaan amil di tengah keluarganya tak akan memutus hubungan baik dia dengan kawan-kawan amilnya di luar sana. Dengan sejumlah tools dan perangkat yang ada, seorang amil akan tetap terhubung lewat beragam platform seperti Whatsaapp, Intagram, Twitter, Facebook, atau lainnya.
Karena kebersamaan ini juga penting bagi amil, maka ia akan tetap mempertahankan diri untuk tetap terhubung satu sama lain. Amil sudah kadung berada dalam lingkaran gerakan zakat, sehingga keberadaan dia semakin hari semakin terikat kuat. Ia juga telah terpatri dalam kesatuan gagasan, ide, dan cita-cita bersama. Mereka memang berada di beragam lembaga, namun ide dan keinginan mereka mudah sekali untuk diprovokasi dalam bingkai sebuah kolaborasi.
Kolaborasi amil tak melulu urusan gerakan zakat yang besar dan hebat. Kadang dalam urusan kecil dan remeh-temeh pun amil tetap memerlukan kebersamaan ini. Dalam sejumlah kesempatan, para amil berkumpul tak selalu untuk aktivitas serius, mereka hadir bersama hanya untuk disatukan aroma kopi di kafe-kafe yang ada. Para amil bak punya dua keluarga. Keluarga inti dan keluarga kedua yang isinya kadang kongkow-kongkow saja agendanya. Walau terlihat sederhana, kebersamaan ini bila kuat terjalin, maka hasilnya akan menjadi berbeda.
Para amil, siapa pun dia, memerlukan kebaikan dari yang lainnya. Bayangkan bila yang akan berbuat baik ini besar jumlahnya dan dilakukan bersama-sama. Kita semua tahu, bergerak bersama dalam aktivitas kebaikan akan membuat orang lain tersenyum dan bangga. Kebersamaan adalah fitrah, apalagi bagi mereka yang meyakini akan datangnya kemenangan dan kebaikan di masa yang akan datang.
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan” (QS. Al-Hajj [22]: 77).
Kebersamaan pula, akan menghadirkan kebaikan. Sekecil apa pun itu. Dalam keseharian kita, jangan pernah menyepelekan amalan-amalan yang seolah kecil. Kata Syaikh Ali Musthafa Thonthowi: “Lakukanlah kebaikan walau engkau menganggapnya sepele, karena sesungguhnya engkau tidak tau kebaikan man yang akan memasukkanmu ke dalam surga”. Masih kata beliau “Kebaikan-kebaikan kecil yang meletihkan akan hilang keletihan nya dan digantikan Allah dengan ketaatan. Dan kenikmatan melakukan maksiat pun akan hilang dari dalam dirinya”.
Di tengah-tengah situasi harus ada di rumah menjalani WFH/SFH, para amil harus tetap sabar. Terus berharap dan berdoa pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan bisa kembali ke aktivitas kebaikan-kebaikan atau amal-amal sebagai amil di dunia zakat Indonesia. Mari kita mengangkat tangan setinggi- tingginya, menghambakan diri, dan merendahkana seraya memohon pada Allah agar situasi ini kembali normal.
Di balik kerapuhan kita yang seolah terkepung di rumah, tetaplah memelihara jiwa kepedulian dengan terus mencari amalan-amalan sebagai amil untuk tetap berbagi dan membantu sesama. Tugas-tugas keamilan masih terus kita tunaikan walau dengan tim dan teknis yang terbatas. Jangan lupa juga, adukan semua masalah yang kita hadapi hari ini kepada Allah dan jangan pernah lelah.
Teruslah istikamah dalam amal kebaikan sebagai amil dalam membantu urusan umat. Kita juga jangan menyepelekan amal- amal yang kecil. Amal-amal kecil yang dilakukan terus-menerus sesungguhnya bisa jadi pahalanya melampaui pahala umroh. Kisah seorang wanita yang masuk surga disebabkan memberi minum seekor anjing menunjukan betapa amal yang terlihat kecil dan sederhana bisa saja berpahala besar di sisi Allah.
Amal-amal kebaikan kita sebagai amil zakat, terutama yang dilakuan untuk membantu dan menolong banyak orang semoga akan menjadikan kita sebagai manusia yang dicintai Allah Swt. Dalam sebuah hadis dikatakan: “Manusia yang paling dicintai Allah taala adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Dan perbuatan yang paling dicintai Allah ta’ala adalah rasa bahagia yang engkau masukkan dalam hati seorang muslim.”
Di malam-malam yang sepi, angkatlah tanganmu dan selalu- lah meminta kepada Allah agar terus bisa menolong orang lain dan membuat mereka tersenyum bahagia. Membuat orang lain tersenyum berpahala besar di sisi Allah. Apalagi membantu dan menolong urusan-urusan orang lain.