Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Tulisan ini diasumsikan jika Prabowo sekarang masih Prabowo yang dulu, seperti ungkapannya : saya sekarang masih seperti yang dulu, maka beberapa bulan ke depan Prabowo akan jadi “musuh” Jokowi.
Kezaliman Jokowi sudah terlampau parah, bukan saja kepada Prabowo yang telah “merampok” kemenangannya di Pilpres tahun 2019, tapi juga kepada PDIP sebagai partai yang telah membawa dan membesarkannya, kepada Anies yang telah “merampok” kemenangannya di Pilpres 2024, kepada IB HRS yang beberapa kali mencoba melenyapkannya, tapi Allah selamatkan, lalu memenjarakannya, membantai 6 laskar FPI secara biadab, dan kepada jutaan rakyat yang selalu terus dizalimi dan disengsarakan.
Selama kurang lebih lima tahun, Prabowo “bersiasat” menempel Jokowi sebagai pembatunya sampai akhirnya Jokowi telah masuk “perangkap” Prabowo.
Orang seperti Jokowi memang harus selalu disanjung, dipuja-puja, kalau perlu dijilat, baru runtuh pertahanan mentalnya. Tapi jika Jokowi diprotes, dikritik, dicaci, dihujat, atau bahkan dihina, dia tidak akan meladeninya, walaupun yang memprotes jutaan orang. Kulit dan mukanya sudah berubah jadi muka dan kulit badak.
Semakin mendekati lengsernya Jokowi, sikap Prabowo makin tampak “menjauhi” Jokowi.
Banyak sinyal yang bisa kita tangkap dari sikap Prabowo kepada Jokowi belakangan ini, juga kepada Gibran, dan kepada Kaesang.
Keengganan Prabowo meneruskan proyek mercusuar IKN Jokowi dan menolak dilantik sebagai Prrsiden di IKN, menandakan Prabowo mulai berani berseberangan dengan Jokowi.
Sikap Prabowo terhadap cawapres Gibran sudah tampak jelas ketidaksukaannya, mungkin juga semenjak diputuskan MK yang terjadi pelanggaran etika berat (tapi tetap disembunyikan isi hatinya), sehingga sampai saat ini Prabowo membiarkan Gibran “nganggur” tidak diberikan tugas apa pun dalam penyusunan kabinet. Bahkan banyak pengamat yang memprediksi Gibran bakal tersandung dengan berbagai kasus korupsi yang sudah dilaporkan oleh Ubaidillah Badroen.
Jika Gibran tersandung kasus dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan, maka posisi Wapres bisa tergusur dan digeser oleh yang lain. Kemungkinan Prabowo akan memilih Anies sebagai penggantinya, yang kemenangannya telah diambil alih oleh Paslon 02, Prabowo-Gibran.
Jika Prabowo tidak bertindak cepat dan tepat, justru mungkin Gibran yang akan “menghabisi” Prabowo terlebih dulu. Mungkin bagi Jokowi dan Gibran, Prabowo adalah duri dalam daging. Gibran bisa nekad “menghabisi” Prabowo.
Secara kualitas kecerdasan, pengalaman, kematangan, dan kemampuan mengelola negara, ada _gap_ yang sangat jauh antara Prabowo dan Gibran. Gibran adalah bocil yang dikarbit untuk jadi pemimpin negara. Bagi Prabowo, bisa jadi Gibran hanya akan jadi duri dalam daging.
Demikian juga sikap Prabowo terhadap Kaesang, secara hati nurani tidak mendukung Kaesang, dan jelas lebih memilih kadernya sendiri dari Gerindra daripada harus mengusung Kaesang di Pilgub DKI Jakarta.
Tapi lagi-lagi Prabowo harus bermain cantik, sehingga Jokowi sampai akhir masa tetap percaya dan tidak membuat langkah dramatis yang membuyarkan semua siasatnya.
Ada kemungkinan Anies tetap jadi Gubernur DKI Jakarta dan Kaesang bakal tersingkir. Siasat ini juga sedang dimainkan oleh Golkar yang tidak mendukung RK maju di Pilgub DKI berpasangan dengan Kaesang, tapi mendorong RK maju di Pilgub Jabar.
Jika Prabowo masih tetap sebagai seorang prajurit, pasti dia akan mengutamakan bangsa dan negara daripada harus mengikuti kemauan Jokowi yang justru bertujuan meruntuhkan negara dan membiarkan China mengambil alih semua kekuasaan di Indonesia.
Wallahu a’lam
Bandung, 25 Dzulhijjah 1445