Perlunya Edukasi Zakat ke Masyarakat

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Fenomena post-truth di dunia zakat juga terjadi. Repetisi kalimat “lembaga zakat ilegal” sempat muncul berulang. Lantas saat ini bila muncul hoaks terkait dana zakat untuk tol dan infrastruktur, maka sebenarnya bukan hal baru. Pertanyaan selanjutnya: mengapa muncul juga hoaks di dunia zakat?

Dunia zakat bukan berada di ruang hampa, ia sepenuhnya berada di tengah dinamika masyarakat yang ada. Bila kita lacak dari mana kemunculan menguatnya hoaks di dunia zakat, maka kita tak bisa menutup mata bahwa hal ini terkait dengan riuhnya kontestasi pemilihan umum presiden 2014.

Ketika itu, hoaks dan fake news dengan masif bertebaran. Kemunculan awalnya yang bermaksud memengaruhi preferensi pemilih lalu membesar bak bola salju dan tak tentu arah. Situasi ini terus bertahan bahkan kembali meningkat seiring kontestasi pemilihan umum presiden 2019. Hari ini, Indonesia tengah berada dalam kondisi darurat informasi dusta alias hoaks. Dengan semakin meningkatnya tingkat melek internet, yang kini penggunanya sekitar 150 juta orang, maka semakin kuat daya rusak hoaks ini. Dengan pengguna internet sebanyak itu, dengan 130 juta di antaranya adalah pengguna media sosial mobile, mestinya ada edukasi yang dilakukan secara efektif. Sayangnya, selama ini penanggung jawab urusan zakat ini, termasuk regulator, kadang melupakan proses edukasi ini. Pengelola zakat tak seharusnya meninggalkan urusan edukasi ini. Dalam konteks lebih tinggi, semestinya regulator zakat secara intensif melakukan pembinaan yang rutin agar para pengelola zakat bisa berperan lebih baik.

Baca juga:  Zakat dan Wakaf Harus Bersinergi

Munculnya hoaks di dunia zakat bisa jadi karena adanya sebab tak langsung peristiwa-peristiwa lain yang ada. Ditambah lagi adanya ketidakpercayaan yang masih tersisa di masyarakat atas pengelolaan zakat. Harus diakui, saat ini masyarakat Indonesia tengah berada pada era semakin sulit dibedakannya kebenaran dan kebohongan. Di sinilah sebenarnya diperlukan sinergi para pengelola zakat untuk terus meningkatkan edukasi dan literasi zakat. Selain itu, diperlukan juga edukasi pada masyarakat, termasuk untuk muzaki maupun mustahik agar memiliki kemampuan menyaring berita bohong.

Lalu bagaimana post-truth terjadi di dunia zakat Indonesia? Bagaimana fenomena ini memengaruhi masyarakat Indonesia dan apa dampak buruk dari fenomena ini bagi gerakan zakat Indonesia? Ternyata post-truth ini tak tiba-tiba terjadi tapi ada pemicunya. Sering kali, misalnya, isu-isu utama zakat tak dibarengi kajian atau rencana yang mendalam. Mengapa ada yang protes ketika ada isu zakat dananya untuk tol dan infrastruktur, sebetulnya ini dikarenakan memang sempat terlontar juga dari pihak Kementerian Agama bahwa dana zakat itu potensial untuk digunakan sebagai penopang dana pembangunan infrastruktur. Ketika sebab meluasnya hoaks ini digali, ternyata alasan kuatnya adalah masyarakat khawatir dan takut dana zakat mereka disalahgunakan. Masyarakat pun tergerak melakukan antisipasi atas kemungkinan dana yang dikelola bukan untuk peruntukan semestinya sesuai syariat. Alasan yang lain adalah diakibatkan munculnya ketidakpercayaan pada pihak-pihak yang saat ini memegang otoritas atau kewenangan. Jadilah apa pun isu yang berkembang mengenai urusan publik, apalagi yang terkait soal mobilisasi keuangan masyarakat, langsung muncul kecurigaan.

Baca juga:  Ikuti Expert Talk Series "Bagaimana LAZ Menjawab Kesejahteraan Amil"

 

Life is choice, hidup adalah pilihan. Dalam mengelola zakat bukan hanya butuh kebijakan yang baik dan efektif, namun juga diperlukan kepemimpinan zakat yang amanah. Tanpa kepemimpinan yang amanah, sulit mengawal gerakan zakat bisa berdiri tegak dan mampu mengangkat martabat umat.

Spirit kepemimpinan amanah ini bersumber dari tanggung jawab atas tugas yang dipikul dan harus diselesaikan. Orang-orang yang amanah ini juga akan hati-hati memproduksi opini atau lontaran gagasan. Kemunculan para pemimpin gerakan zakat yang amanah dan jujur, dipastikan akan mampu mewarnai dan membawa perubahan yang baik bagi gerakan zakat. Termasuk pemimpin yang amanah ini juga dengan sendirinya secara efektif akan menangkal hoaks dan isu-isu liar yang bisa merusak dan menghancurkan kebaikan gerakan zakat. Sebab, mereka amat paham bahwa Islam membenci pemegang amanah yang khianat dan menipu. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam mengingatkan, “Siapa saja yang dianugerahkan Allah sebagai pemimpin tapi dia tidak berbuat sesuatu untuk kebaikan umatnya (malah sebaliknya menipu dan menzalimi umatnya), Allah akan mengharamkan surga untuknya.”