Prabowo Subianto yang akan menjadi Presiden Indonesia makin berat karena dianggap palsu oleh rakyat kemenangan 58 persen paslon 02 di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
“Posisi Prabowo dipastikan lebih berat. Apalagi rakyat yakin bahwa angka 58 persen itu palsu,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Kamis (20/2024). “Siapapun penguasa apakah Jokowi, Prabowo atau lainnya pasti tidak akan mampu melawan kekuatan rakyat yang berkohesi dengan oposisi,” tegasnya.
Prabowo mendapat tekanan makin berat, kata Sutoyo disebabkan luka rakyat akibat kinerja Jokowi sangat mendalam. Buruh marah atas paksaan omnibus law, umat terus menagih pembantai 21-22 Mei dan Km 50, purnawirawan TNI dikhianati santunan PKI, cendekiawan dinistakan oleh ijazah palsu, emak-emak berontak atas harga isi dapur yang terus naik, ojek, angkot dan pengguna transportasi tertekan oleh harga BBM. Sementara korupsi semakin tak terkendali dan DPR pun mati. Hanya bisa ribut di ruang komisi.
“Oposisi terus melawan meski berada di lorong sempit. Jokowi diburu atas dosa politik yang bertumpuk. Ada kelompok Petisi 100, Gerakan Penegak Kedaulatan Rakyat, TPUA, Fordem dan lainnya. Ada pula wacana penguatan daerah seperti Aceh Merdeka, Madura Merdeka, Negara Pasundan, Pertahankan Jakarta. Kepanikan mencengkeram, apa saja dipegang termasuk politik dinasti,” tegasnya.
Kata Sutoyo, gumpalan oposisi akan menghebat bersama rakyat yang semakin hidup melarat. Ketika rezim Jokowi hingga kini sulit goyah oleh gerakan oposisi, maka di penghujung jabatan gebrakan menguat berbanding lurus dengan Jokowi yang bertambah nekad. Jika lolos, maka ini menjadi ujian bagi Prabowo apakah melindungi dan melanjutkan atau sebaliknya. Yang pasti, enerji potensial oposisi telah siap. Tinggal bersatu.
“Slogan buruh bersatu tak bisa dikalahkan begitu juga dengan mahasiswa bersatu tak bisa dikalahkan akan terus bergaung. Satu langkah satu gerak dari oposisi merupakan kekuatan besar dan dahsyat. Ada buruh, ada emak-emak, purnawirawan, mahasiswa, akademisi maupun santri dan ulama. Oposisi bersatu tak bisa dikalahkan,” pungkasnya.