Nego Alot Jenderal B dalam Dugaan Korupsi Timah

Sesama aparat hukum kuntit menguntit. Densus 88 menjalankan operasi “Sikat Jampidsus”. Sepasukan Brimob mengepung gedung Kejaksaan dua malam berturut-turut. Dengan kendaraan lapis baja anti huru-hara dan sirine meraung-raung. Tapi ada pasukan Brimob lain yang juga menjaga gedung Kejaksaan, bersama bantuan pasukan dari Polsek, AD dan Marinir.

Ketika panggung depan sudah memperlihatkan peristiwa demi peristiwa yang kita pikir cuma bisa kejadian di Mexico. Seminggu berlalu. Namun tak ada satupun otoritas yang memberikan klarifikasi pada publik.

Presiden diam. Malah menyibukkan diri ngangon cucu di Yogya.

Kapolri diam.

Jaksa Agung diam.

Menkopolhukam diam.

Bahkan Jampidsus Febrie yang aksinya menahan si penguntit dari Densus 88 men-trigger “teror” konvoi Brimob, pun tak berani berkomentar ke publik. Diam seribu bahasa.

Bahkan Kepala Pusat Penerangan Kejakgung nekad ngeles, bilang tidak tau kalau sudah hampir seminggu lalu “rumah” nya di-“teror” Brimob.

Maka hal yang sedang terjadi di balik panggung adalah:

Nego masih berlangsung super alot antara para elit negeri yang sedang tergigit lidah dengan Jenderal B, si beking bisnis gelap timah 271 T. Pak Mahfud dalam debat Capres lalu sudah mengingatkan kita bahwa buanyaak aparat penegak hukum yang jadi beking tambang ilegal.

Jadi bisa kita bayangkanlah ancaman-ancaman Jendral B yang bikin orang2 paling berkuasa di Negeri ini diam seribu bahasa:

“Hellaw. Penjahat tambang bukan gua aja, Nyets. Kamu, kamu, kamu, kamu, sini semua ikut gua masuk jurang.”

“Pangeran 1 dan Pangeran 3 juga maen tambang. Sini yuk temenin gua.”

“Woy elected Lurah. Kamu lewat adik dan kroni-kronimu juga maen. Enak aja klean ga ikut gua nyungsep.”

Saking banyaknya elite negeri yang main tambang, malah kita mesti bertanya, yang kagak main tambang siapa? Kalau melihat segitu masifnya istri pejabat publik yang pamer outfit branded, justru kita bertanya emang ada suami-suami mereka yang gak berkubang rente tambang?

Jenderal B ini bukan kaleng-kaleng. Walau sudah purnawirawan, hawanya jauh lebih tinggi dari Ferdy Sambo yang masih jendral aktif. Sambo bisa dipaksa menyerah “ditumbalkan”. Kecurigaan netizen atas bisnis-bisnis gelap para petinggi wereng coklat, sirna seketika pasca vonis Sambo dijatuhkan hakim. Padahal, motif Sambo membunuh Joshua masih misterius.

Jenderal B pasti punya banyak kartu truf. Dia juga pastinya tau apa yang sebenarnya terjadi dalam misteri tewasnya sesebrigadir di halaman rumah ketua Gibran Centre Jatim yang juga pengusaha tambang.

Lagi-lagi tambang.

Aksi koboy Jenderal B makin menegaskan bahwa orang-orang paling berkuasa di Negeri ini lah yang sesungguhnya adalah penjarah-penjarah kekayaan Bumi Pertiwi yang tega memiskinkan rakyat jelata. Mereka yang digusur dan dirampas penghidupannya demi kelancaran aksi para elite menjarah kekayaan bumi.

Kalau Jenderal B penjahat sendirian, tentu amat sangat mudah bagi Kapolri untuk menggulung kawanan aparat loyalis Jenderal B si pensiunan. Masalahnya penjahatnya terlalu banyak. Dan merata di semua kubu. Dan terbanyak tentu di kubu pemegang akses SDA, yaitu penguasa.

Sudah seminggu berlangsung situasi mencekam konflik antar aparat penegak hukum, kok kumendan keamanan negeri masih ngumpet?

Masih pula ditambah dengan berbagai episode sempalan yang cuma semakin memamerkan inkompetensi SiPoli republik Wakanda: kejanggalan kasus Vina Cirebon, hilangnya uang milyaran di rumah dinas Bobby Nasution tapi diklarifikasi polisi sebagai hilang sembako senilai 3 juta (what the fudge!), sampai tewasnya pengendara motor terlindas truk gegara kaget disetop mendadak oleh polisi.

Lalu seperti apa kira-kira ending dari drama yang membawa kita ke titik terendah sektor penegakan hukum di era reformasi ini?

Jenderal B nggak jadi di-tsk-kan Kejaksaan. Kapolri-Jakgung preskon bersama menjelaskan terjadi miskomunikasi antara kesatuan-kesatuan APH, yang sudah diselesaikan dengan baik.

Gitu doang.

Anyway, andai tulisan omon-omon ini nyampe ke Jenderal B, mari kita rakyat jelata sumbang saran pada sang Jenderal. Di sisa hidup Anda, pak Jenderal, please, lakukanlah sesuatu yang signifikan untuk kebaikan Negeri ini. Bongkar jaringan elite pejahat tambang dengan pendekatan intelijen ala Anda. Ingatlah hikmah kisah pembunuh 100 orang yang masuk surga karena sebelum mati ia berusaha jadi orang baik. Dengan cara travelling pindah ke desa orang baik-baik. Ia mati di tengah jalan antara desa penjahat dengan desa orang baik. Lalu malaikat mengukur jarak, ternyata ia sedikit lebih dekat ke desa orang baik. Masuk surgalah ia.

Ditunggu kiprahmu, Jenderal B.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News