Tetap Konsisten Berdakwah Mengambil Peran Kritis pada Rezim Prabowo-Gibran

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H, Advokat

Secara khusus, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber yang berkenan hadir dan menyampaikan pandangannya pada acara Deklarasi Bersama, yang dilaksanakan di Hotel 101 Urban Jakarta Thamrin (Sabtu, 18/5). Dalam kesempatan agenda tersebut, Alhamdulillah Bang Eggi Sudjana, Bang Edy Mulyadi, Bang Aziz Yanuar, Bang Muslim Arbi, Buya Fikri Bareno, Ust Abu Salma dan Ust Nur Salman bisa hadir.

Sementara itu, Bang Refly Harun, Bang Ismar Syafrudin, Pak Alvin Lim, Ust Slamet Ma’arif, Ust Yusuf Muhammad Martak, Ust Bukhari Muslim berhalangan hadir. Bang Refly belum ada info ada udzur apa, Pak Alvin Lim menyampaikan kondisi kesehatan sehingga akhir pekan harus istirahat, Ust Slamet Ma’arif belum ada kabar, Ust Yusuf Muhammad Martak ada rapat koperasi, Ust Bukhari Muslim ada agenda lain.

Semoga, Allah SWT memberikan pahala pada setiap komitmen yang telah disepakati, meskipun pada akhirnya berhalangan karena ada udzur. Kepada Pak Alvin Lim, semoga kesehatannya terjaga dan dapat memberikan banyak manfaat kepada segenap masyarakat dengan advokasi dan pembelaan hukum yang dilakukan beliau.

Acara penulis buka, dengan menyampaikan latar belakang dan urgensi acara. Pada pokoknya, sikap kritis & korektif kepada penguasa diambil atas dasar perintah agama, untuk melaksanakan dakwah amar Ma’ruf nahi mungkar. Legacy Jokowi yang gemar melakukan kriminalisasi, menjadi catatan penting agar segera rakyat mengambil langkah persiapan dan antisipasi manakala legacy kezaliman Jokowi dilanjutkan rezim Prabowo Gibran.

Jadi, agenda ini bukan dan tidak ditujukan untuk mengakui kemenangan Prabowo Gibran. Karena tidak ada latar Pilpres dalam agenda ini, tidak pula memiliki motif untuk mendukung kekuasaan berikutnya. Fokusnya adalah tetap kritis dan korektif pada rezim kekuasaan, siapapun presidennya, dan memberikan komitmen perlindungan hukum pada ulama, aktivis dan elemen masyarakat sipil dari potensi kriminalisasi.

Lalu, Bang Eggi Sudjana menekankan pentingnya dakwah sebagai sarana untuk mengontrol kekuasan. Bang Eggi menghimbau, agar Prabowo tidak mengikuti legacy Jokowi yang tidak benar, seperti gemar melakukan kriminalisasi.

Walaupun, jika ditilik dari sisi histori Jokowi bisa ke Jakarta karena peran Prabowo. Jadi bisa dikatakan, Jokowi legacy Prabowo dan kekuasan Prabowo hari ini juga legacy dari Jokowi.

Poin krusialnya, Bang Eggi mengingatkan kepada penguasa bahwa mengkritik kekuasan adalah hak konstitusional setiap warga negara. Tak boleh, ada narasi kriminalisasi terhadap kemerdekaan menyampaikan pendapat yang dijamin konstitusi.

Lalu Bang Edy Mulyadi, menegaskan pentingnya untuk terus menyuarakan kebenaran, agar kebatilan sirna. Merujuk satu ayat dalam Al Qur’an, Bang Eggi menekankan bahwa syarat Al Batil itu dikalahkan adalah ketika kebenaran dihadirkan. Karena itu, Bang Edy mengingatkan agar tetap Istiqomah menyuarakan kebenaran.

Bang Edy juga mengkritik eksistensi ParTAI yang bukannya membela rakyat tapi malah menjadi stempel kekuasan. Dukungan ParTAI yang menjadi inisiatif RUU Kementrian Negara, yang akan menyerahkan jumlah kementerian kepada kebutuhan Presiden, adalah contoh kongkrit ParTAI hanya pelayan kekuasaan. Bukan pelayan rakyat.

Dalam isu ini, semua ParTAI (9 fraksi), termasuk PKS dan PDIP yang digadang-gadang akan menjadi oposisi, justru ikut kompak mendukung perombakan UU kementrian negara, yang tujuannya jelas bagi bagi menteri kepada ParTAI pengusung Prabowo Gibran dan ParTAI yang merapat ke kubu Prabowo Gibran.

Bang Muslim Arbi, menyindir eksistensi bangsa Indonesia yang tak lebih dari satu propinsi dibawah kendali China. Beberapa parameter dan indikasi disebutkan, untuk memberikan argumentasi Indonesia ada dibawah kendali China.

Aktivis yang dikenal dengan julukan ‘Gajah Mada Era Now’ ini, juga kembali mengulik kasus ijazah Palsu Jokowi. Bahkan, berencana melaporkan Jokowi dan Otto Hasibuan ke Bareskrim Polri, karena menyatakan ijazah Jokowi asli ada, tapi telah dibuktikan tak pernah ada melalui Pengadilan Negeri Surakarta, PT Semarang dan dikuatkan oleh putusan MA dalam perkara Gus Nur & Bambang Tri Mulyono.

Abu Salma dari Khilafatul Muslimin menceritakan kronologi bagaimana Ustadz Abdul Qadir Baradja dikriminalisasi hingga divonis 10 tahun penjara, hanya karena menyampaikan dakwah Khilafah. Padahal, kelompok Khilafatul Muslimin tidak pernah melakukan kejahatan seperti yang dilakukan OPM.

Abu Salma menegaskan, Khilafatul Muslimin akan tetap berdakwah dan tak akan gentar menyuarakan Khilafah. Abu Salma juga menyampaikan pada kaum muslimin, tentang pentingnya Islam kaffah, setelah menceritakan betapa berliku dan sulitnya mencari keadilan, dalam upaya PK pada kasus yang dihadapi jamaahnya.

Buya Fikri menyampaikan nasehat, agar orang yang kritis di negara ini jangan dianggap sebagai orang yang ingin menggangu. Buya Fikri mengingatkan kepada Prabowo yang sebentar lagi dilantik, agar memahami UU dan konstitusi negara, sehingga tak salah kaprah menafsirkan kemerdekaan berpendapat sebagai gangguan terhadap kekuasan.

Pak Gamari, lebih bijak memberikan paparan tentang nasehat kebaikan pada penguasa. Mengingatkan pentingnya pemimpin dan rakyatnya saling mencintai, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, agar turun barokah dari langit dan bumi. Beliau lalu membacakan Al Qur’an surat Al A’rof ayat 96.

Yang menarik adalah Bang Aziz Yanuar. Jika pembicara lainnya umumnya mengingatkan penguasa, Bang Aziz secara khusus malah mengingatkan ulama.

Dengan menukil sejumlah maqolah ulama, Bang Aziz mengingat agar ulama jangan menjadi penjilat penguasa (red. bahasa penulis). Sebagai seorang yang faqir ilmu, Bang Aziz mengingatkan agar ulama tidak diam melihat kemungkaran.

Adapula Ustadz Nur Salman dan Pak Riptoyo menyampaikan paparan, lalu acara ditutup dengan pembacaan deklarasi pernyataan bersama. Alhamdulilah, acara berlangsung lancar dan sukses.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih, kepada seluruh mitra youtuber yang menyiarkan agenda ini. Ada Mimbar Tube, Bang Edy Channel, Bang Eggi Sudjana Channel, Bu Essie, Anti Oligarki, dan sejumlah channel lainnya yang merelay acara ini. [].

Simak berita dan artikel lainnya di Google News