Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Tidak ada rakyat yang gembira dengan keputusan MK, selain China komunis, oligarki taipan, para boneka China, lawyer-lawyer bayaran, para penjilat rezim dzalim, para pengkhianat bangsa dan rakyat bodoh.
Kemenangan Paslon 02 adalah kemenangan China dan “perkosaan” bagi ibu pertiwi.
Rakyat yang berakal sehat dan berhati nurani yang diwakili oleh para ulama, tokoh bangsa, para jenderal Purnawirawan, guru besar, akademisi, mahaaiswa, buruh, emak-emak, para jawara, dan umat Islam telah berusaha mengetuk hati para hakim MK baik melalui demo, petisi, pernyataan sikap, saran dan kritikan, maupun mengajukan diri sebagai amicus curiae tetapi para hakim MK lebih takut sama intimidasi penguasa daripada takut kepada Allah dan membela rakyat tertindas.
Bohong jika pelaksanaan Pemilu baik-baik saja tanpa kecurangan. Bohong jika KPU dan Bawaslu telah menjalankan tugasnya dengan jujur dan adil. Bohong jika Jokowi dengan cawe-cawe-nya tidak memgintervensi Pemilu. Bohong jika Bansos tidak ada kaitannya dengan upaya pemenangan Paslon 02. Dan bohong jika Pencawapresan Gibran tidak ada unsur nepotisme.
Jika menurut kacamata awam saja semua itu sebuah penyimpangan dan pelanggaran yang sangat kasat mata, tapi seorang hakim tidak mampu menggali unsur pelanggaran dan kebohongan, artinya level para hakim MK sangat rendah. Esensi dari sebuah pengadilan adalah keadilam (untuk rakyat tertindas). Tapi di saat rakyat menumpukan harapannya kepada para hakim MK, justru para hakim MK telah berkhianat kepada Allah dan berkhianat kepada rakyat.
Kini rakyat sedang berkabung karena lagi-lagi demokrasi, keadilan, dan kemerdekaan telah dibunuh oleh para hakim MK.
Sungguh tidak terbayangkan gelapnya Indonesia dipimpin Prabowo-Gibran yang hanya jadi boneka China : kekayaan alam akan dikeruk habis oleh China, rakyat bakal terus dibiarkan miskin; semua lembaga bakal tetap dikendalikan China; aparat hukum tetap menjadi alat penguasa.
Masih adakah harapan cerah untuk rakyat Indonesia ?
Semoga Allah segera menurunkan pertolongan-Nya dan mengakhiri kedzaliman rezim Jokowi dan penerisnya.
Bandung, 14 Ramadhan 1445