Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
Jokowi cukup parah terkena atau mengidap gangguan psikologis “Endorsement power”. Setelah sukses rekayasa politik menabrak hukum alam, lengah dari pakem konstitusi, lebih kuat mengikuti hawa nafsu kekuasaannya. Di ahir masa jabatannya akan menjadi kekuatan yang berbalik arah menerjang dirinya.
Penguasa yang mengalami gangguan delusi akan menganggap apa yang telah dialami dengan lancar ketika kekuasaan masih full dalam genggamannya, diyakini dan menjadi bayangan bisa diulang kembali, akan terjerembab pada kehidupan yang hina dan nestapa.
Tidak sadar keadaan dan sikon politik masyarakat sudah berubah, rakyat pada posisi kesadaran tertinggi bahwa perilaku tiran dan sewenang-wenang kepada rakyat akan menjadi perlawanan balik yang tidak mungkin seorang penguasa akan bisa menahan dan mengatasinya. Karena keadaan tersebut adalah bersifat sunatullah.
Hiruk pikuk debat di Mahkamah Konstitusi ( MK ) adalah wajah perilaku Jokowi bahkan terkesan sebagai sumber segala sumber petaka demokrasi dan carut marut dalam mengelola dan mengendalikan negara.
Semua pengamat politik dan semua anak bangsa mulai dan telah berhitung perkembangan dan fenomena politik licik oleh Jokowi dengan semua kekuatan dan kekuasaannya selama ini menggila akan berakhir dengan segala akibat dan resikonya.
Kekuasaan yang terus menerus menerabas semua aturan konstitusi asal bisa menenangkan Calon Presiden / wakilnya dan rekayasa politik dinasti yang sangat prematur menjadi beban politik yang nestapa di ujung kekuasaannya.
Kekuasaannya selama ini bukan hanya menabrak aturan konstitusi juga merusak demokrasi dengan macam macam rekayasa politik busuk, kotor dan licik.
Apapun keputusan MK tidak akan bisa melawan tuntutan kejujuran dan keadilan yang terus berkembang membesar di seluruh Nusantara dengan macam macam ekspresi dan reaksinya.
Backup kekuasaannya yang selama ini digdaya sebagai penolong dan penopangnya baik dari para Oligarki dan Cina akan melemah dan sangat mungkin akan rontok berantakan dan imbasnya bahwa Jokowi bukan siapa siapa lagi.
Kekhawatiran Jokowi, keluarga dan kroninya harus menerima kenyataan resiko politik ( pengadilan politik rakyat ) hampir pasti akan terjadi.
Delusi kekuasaan Jokowi selama ini harus menerima kenyataan harus berhadapan dengan kekuatan rakyat. Benteng kekuatan aparat keamanan tidak mau lagi menanggung resiko berhadapan dengan kekuatan rakyat, cepat atau lambat akan menjauh dan meninggalkan Jokowi yang sudah rontok kekuasaannya.
Jokowi telah merusak, menghancurkan dan melumpuhkan demokrasi. Pilpres 2024 akan menjadi sejarah hitam cacat untuk selamanya, karena jauh dari demokrasi yang wajar dan normal.”
Kesadaran politik rakyat telah lahir dan tumbuh dengan sendirinya berkobar di seluruh penjuru negeri, pilihan Jokowi tersisa hanya menyerah dengan naik baik atau akan di paksa menyerah, tanpa menghilangkan resiko politik hukum yang harus diterimanya.
Strategi kekuatan rakyat melawan para begundal demokrasi, dari rakyat akan muncul sebagai kekuatan yang tidak mungkin bisa dilawan oleh kekuatan apapun. Jokowi harus diberi sinyal dengan peringatan tegas dan keras, menyerahkan tanpa syarat bahwa kerusuhan nasional berupa people power dan revolusi sudah di ambang pintu. ***