Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)
Kehidupan bersama di gerakan zakat bertahun-tahun mengajarkan pada kita semua untuk menjadi bagian sebuah keluarga. Menjadi satu entitas yang saling dorong untuk kemajuan bersama dan menjadi kuat bersama pula. Namanya keluarga, perbedaan pastilah ada. Namun, perbedaan tak menyurutkan untuk saling berbagi dan menguatkan dengan keyakinan besar bahwa atas nama cinta dan keinginan maju bersama-berkorban dan mengalah untuk kebaikan bersama bukanlah hal sulit dikerjakan.
Bila setiap organisasi pengelola zakat sebagai elemen gerakan zakat memaham ini dengan baik, dan para amilnya juga paham dan memiliki kesadaran tinggi bahwa di gerakan zakat kehidupan bersama lebih penting dibanding memacu kehebatan masing-masing, maka masalah seberat apa pun jadi terasa ringan. Bila setiap elemen gerakan zakat bersepakat untuk mengikatkan diri dalam ikatan keluarga, maka tentu dengan sendirinya muncul ungkapan “harta yang paling berharga adalah keluarga”, sebagaimana penggalan lirik di film Keluarga Cemara.
Kebersamaan dalam keluarga yang tergambar di Keluarga Cemara begitu jelas: uang bukanlah segalanya, money can’t buy happiness. Kita bisa melihat bahwa setiap momen apa pun mampu jadi pemicu kebaikan, termasuk momen yang sangat sulit dan berat bagi sebuah keluarga, yakni jatuh miskinnya kepala keluarga. Dari sana kita bisa belajar bahwa kita harus selalu berusaha mengambil sisi positif dari apa pun yang terjadi.
Dalam konteks gerakan zakat, apa pun yang jadi kesulitan salah satu elemen gerakan zakat, maka ini akan menjadi masalah bersama yang harus bahu-membahu diatasi. Tak boleh ada alasan yang muncul untuk berlepas diri dan meninggalkan anggota keluarga yang tengah oleng. Apalagi mereka yang sedang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Sehebat apa pun masalah yang terjadi pada sebuah Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), selama ia hidup bersama lembaga-lembaga yang senantiasa bersedia saling tolong dan berbagi, pastinya keluarga besar ini bakal merasakan kekuatan atas kebersamaan.
Karena itulah, mulai hari ini mari kita satukan langkah, menuju kebaikan secara bersama-sama. Tak perlu kita memperbesar ego untuk tumbuh jadi yang terbaik dan terhebat. Yang ada justru kita saling berpegangan tangan bersama, urun rembuk, dan berkontribusi bagi kebaikan gerakan zakat Indonesia.
Selain itu, mari kita terus belajar meningkatkan etika dan moralitas sehingga memiliki kepribadian positif di tengah dinamika gerakan zakat. Etika memang tak diajarkan di kebanyakan sekolah hari ini, tak berbeda jauh dengan masa-masa sebelumnya. Namun, etika adalah hal paling dasar di antara hubungan sosial gerakan zakat. Mengukur kompetensi OPZ itu baik. Namun, bila tak ada kekuatan moralitas dan pengendalian diri yang baik, maka itu bisa saja menumbuhkan sikap yang tidak relevan bagi kehidupan bersama di gerakan zakat.