Oleh : Memet Hakim, Pengamat Sosial & Wanhat APIB
Kabar anginnya memang begitu, setelah PSI jadi milik Kaesang anaknya Jokowi. Rupanya Jokowi juga ngincer Golkar dan PAN.
Entah berapa dana yg harus dikeluarkan untuk “membeli” partai ini. PSI contoh kongkrit, begitu Kaesang jadi Ketua, dana mengalir lancar, ditandai dengan adanya pengakuan bahwa suara PSI digelembungkan sampai 1000% oleh KPU. Rupanya KPU juga jadi pedagang suara, disinyalir PSI salah satu clientnya, yang penting bisa masuk Senayan.
Nah jika Golkar yang akan diakuisisi oleh Jokowi, tentu harganya bukan main, tentu mahal banget. Kalo pengurusnya waras jual aja mumpung ada yang mau beli. Kapan lagi ada yang nawar. Pengurus Golkar kan bisa beli lagi partai yang lebih kecil. Lumayan untungnya besar banget.
Jika kabar burung itu jadi fakta, kabar ini sangat menguntungkan publik. Kepercayaan rakyat terhadap partai yang sudah tergerus sedemikian rupa, akan semakin hilang. Memang rasanya tidak perlu ada partai lagi, jika orientasinya hanya duit semata.
Rakyat harus berani menggugat Presiden yad untuk kembali ke UUD 45, dimana partai tidak punya peran lagi di parlemen. UUD 45 hanya mencatat Utusan Daerah dan utusan Golongan sebagai wakil rakyat. Artinya jika kembali ke UUD 45 yang asli Kedaulatan Rakyat muncul kembali, menggantikan Kedaulatan Partai.
PAN juga yang kabarnya diminati Jokowi, sekalian aja tawarkan, siapa tau Jokowi mau beli dengan harga diatas PSI. Toh sekarang aja PAN de facto menjadi miliknya Jokowi walau belum resmi.
Kasus ini mengingatkan kita pada upaya Moeldoko untuk menguasai Partai Demokrat yang gagal terus. Setelah bercerai dengan koalisi perubahan, partai Demokratlah rupanya yang mendekat ke Jokowi, tanpa imbalan apapun, kecuali jabatan menteri selama yang umurnya tinggal 6 bulan lagi.
Sejatinya partai itu bukan perusahaan yang dapat diakuisisi begitu rupa. Partai itu tempat rakyat memperjuangkan ideologi, bukan duit. Sekarang partai ini sudah bergeser fungsinya untuk cari duit.
Pak Harto akan menangis, jika Golkar benar-benar “dijual”. Golkar hancur ditangan Ketuanya yang tersandera dan serakah. Mungkin itu sudah takdirnya Golkar seperti itu.
Dengan mengusulkan Gibran kader PDIP jadi cawapres dengan segala alasan, berarti Golkar sudah melacurkan diri. Padahal di Golkar banyak sekali kader yang sangat mampu. Ini kan selain melacurkan partai juga menghina pada kader itu sendiri.
Nah sekalian hancur baiknya jual aja ke Jokowi, toh sang Ketua dan fungsionaris lainnya sudah tidak punya suara dan yarga diri lagi.
Secara politis Golkar sudah hancur lebur, malu rasanya pake baju kuning kebanggaan Golkar. Entah bagaimana Golkar partai besar itu semakin terpuruk.
Agak sulit mengukur Golkar dengan logika normal. Partai sebesar itu bisa tunduk oleh seorang yang tidak jelas pendidikan & keluarganya serta culas. Kalo kita bandingkan dengan Nasdem, PKB dan PDIP dari KIM yang sekarang posisinya berhadapan dengan Jokowi, terlihat aman2 saja, walau ada korban yang ditahan KPK. Apakah dengan ancaman itu Golkar takut ? Seharusnya berani berbuat berani bertanggung jawab.
Buat Jokowi sendiri, menguasai 1 partai atau banyak partai tidak akan menghapus dosa2 selama jadi presiden. Selain banyak melanggar etika, pidana dan konstitusi, tangan Jokowipun tercium bau darah.
PSI mengusulkan agar Jokowi menjadi Ketua Koalisi, Golkarpun terligat menyambut baik jika KIM (Koalisi Indonesia Maju) dibuat permanen. Ini merupakan indikasi kuat kearah itu.