Presiden Joko Widodo (Jokowi) merusak konstitusi dan demokrasi secara brutal demi melanggengkan kekuasannya melalui putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka yang dijadikan sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto.
“Jokowi melakukannya dengan brutal, merusak Konstitusi, menghancurkan demokrasi,” kata kader PDIP dekat almarhum Taufik Kiemas, Beathor Suryadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Jumat (23/2/2024).
Kebrutalan Jokowi dalam merusak demokrasi, Beathor menyarankan Paslon No 2 Prabowo Gibran didiskualifikasi. “Tidak memenuhi syarat umur berdasarkan konstitusi. Tidak memenuhi syarat pendidikan berdasarkan penjelasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ungkapnya.
Kata Beathor, Ketua KPU Hasyim Asy’ari harus diberhentikan karena menerima pendaftaran Paslon No 2 yang cacat konstitusi. Menerima pendaftaran Paslon No 2 tanpa disertai ijazah sekolah Gibran.
“Memberhentikan atau memakzulkan Presiden Jokowi berdasarkan ingkar atas sumpah dan janji Presiden,” ungkap mantan tahanan politik era Soeharto.
Jokowi dimakzulkan, kata Beathor karena menggunakan kekuasaan untuk memenangkan Paslon Prabowo-Gibran. “Laksanakan Pilpres putaran ke 2 tanpa paslon No 2 pada bulan Juni 2024 dengan peserta paslon No 1 Anies-Muhaimin dan paslon No 3 Ganjar-Mahfud.
“Menobatkan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin sebagai pelaksana Presiden sesuai UUD 1945, sebagai akibat Presiden Jokowi berhalangan,” jelasnya.
Selain itu, Beathor menyoroti Denny JA yang menjadi konsultan politik Prabowo-Gibran untuk penggiringan opini agar menang satu putaran.
“Denny JA memiliki 3000 TPS dari 823 ribu lebih TPS dan 3 ribu ini dijadikan konsumennya untuk disurvei setiap saat. Mereka ini berpendidikan rendah dan miskin, jumlahnya sangat besar sehingga mewakili 204 juta lebih warga pemilih,” ungkapnya.
Data yang dimiliki Denny JA, kata Beathor digunakan Presiden Jokowi untuk menggelontorkan bansos agar masyarakat memilih paslon Prabowo-Gibran.
“Dengan sogok bansos dan sembako Rp 500 triliun serta ratusan triliun BLT. Warga ini sangat percaya dengan Jokowi di angka 70- 80 %,” papar Beathor.
Angka kepuasan ini terus diolah Denny dalam serangan darat, mereka tidak memiliki HP sehingga tidak paham dengan isu politik kelas atas dan menengah yang ramai di medsos tentang Jokowi jahat dan brutal.
“Jadi kecerdasan itu Denny memilah warga, kelas atas menengah dan bawah, dia fokus olah Jokowi untuk hal ini, karena suara 1 orang profesor sama dengan 1 suara orang miskin,” tegas Beathor.
Kata Beathor, Presiden dan Wakil presiden yang terpilih melalui quick count ini adalah wakil dari warga yang tidak terdidik dan miskin. “Warga Cerdas dan klas menengah memilih paslon No 1 dan No 3,” pungkasnya.