Oleh : Memet Hakim, Pengamat sosial, Wanhat APIB & APP TNI
Perang Hamas (Baca Palestina) dan Israel semakin seru, pada hari ke 120 ini Israel tampak semakin loyo dan secara bertahap meninggalkan Gaza. Kerugian Israel semakin hari semakin besar, kerugian finansial, kerugian moral, kerugian prajurit, kerugian citra negara hebat menjadi hancur, kerugian dukungan Masyarakat dunia.
Korban tentara IDF dan alat perangnya jauh lebih banyak dibanding korban di milisi Hamas. Indikasi kekalahan Israel semakin kuat, secara fisik tentaranya banyak yang stress dan gila, banyak yang cacat permanen, banyak korban tewas (disembunyikan jumlahnya) dan sejumlah tentara yang ditawan Hamas. Opini dunia tentang sebutan teroris, justru terbalik, sekarang Israel yang disebut teroris. Kehebatan tentara Israel yang diberitakan ternyata hanya propaganda, sebenarnya tentara Israel pengecut dan tidak memiliki kemampuan perang yang baik. Mereka hanya berani lawan anak-anak, wanita dan lansia.
Tentara wanitanya sering mengalami pelecehan, bahkan tentara IDF asal China dirupaksa oleh tentara lelakinya. Sungguh secara moral sulit dimengerti dan dipahami. IDF juga sering membunuh sesama rekannya dengan alasan salah tembak. Kasus seperti ini tidak akan terjadi pada tentara professional. Begitu juga tentara AS dan tentara bayaran mereka bisa jadi sasaran empuk Hamas.
Walau demikian Israel tetap sombong dan ingin mengontrol semua kegiatan di Gaza, bahkan mengklaim telah menguasai sebagian Gaza. Benyamin Netanyahu dan rejimnya ingin mengusir penduduk Gaza keluar dari tanah airnya, tentu saja Hamas yang mau Merdeka menolaknya.
Perbatasan paling memungkinkan untuk dijadikan pintu keluar masuk Gaza hanya di Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Banyak terowongan dibuat di perbatasan tersebut, tetapi demi hubungannya dengan Israel seringkali di hancurkan oleh pemerintah Mesir. Nah sekarang Pasukan Mesir hanya menghadapi pasukan Israel yang lemah saja, terlihat Mesir tidak berani. Israel hanya punya kekuatan di udara dan Mesir punya penangkalnya, akan tetapi Pemerintah Mesir terlihat kurang berani menghadapi Israel..
Mesir sebenarnya dapat bekerja sama dengan Hamas, untuk menyingkirkan pasukan Israel yang ada di Rafah, buka pintu lebar-lebar agar lalu lintas dari Gaza ke Mesir dan sebaliknya terbuka. Kemudian jaga agar transportasi berjalan aman. Mesir tidak perlu mengerahkan pasukan artileri dan infanterinya, cukup mengirimkan pesawat tempur ke Tel Aviv dan lokasi2 markas militer Israel. Dengan demikian Palestina lebih cepat Merdeka dan Mesir bisa berdaulat penuh, tanpa tekanan Israel. Pintu Rafah cukup dijaga oleh pasukan Hamas dan Mesir.
Seandainya Mesir berani bertindak atas tindakan semena-mena Israel, bangsa Palestina akan berterimakasih dan diingat sepanjang masa. Seperti Palestina dan Mesir membantu kemerdekaan Indonesia sampai sekarang bangsa Indonesia tetap ingat jasa Palestina dan Mesir. Pemimpin yang lemah terhadap negara penjajah, suatu saat akan terus ditindas oleh mereka.
Fatah yang dikenal sebagai kepanjangan tangan Israel di Palestina, sudah mulai bangkit dan bergerak melawan Israel di Tepi Barat, Brigade Al Quds, Jenin, Jihad Islam, Saraya al Quds sudah lebih dahulu bergerak Bersama al Qassam. Brigade Hezbullah dari Libanon paling duluan membantu menyerang Israel di perbatatasan Utara. Artinya seluruh pasukan perlawanan di Palestina baik di Gaza, Tepi Barat maupun perbatasan Utara sudah secara bersama melawan rejim zionis Israel.
Laskar Houthi dari Yaman membantu melumpuhkan arus ekonomi di Laut Merah. Tindakan pasukan Houthi yang didukung oleh pemerintah Yaman sungguh efektif. Israel nyaris bankrut. Pelabuhan Eliat lumpuh. Pengorbanan Yaman besar sekali untuk membantu Hamas ini, berapa kali AS dan Inggris menggempur beberapa titik di daratan Yaman dan Laut. Yaman ternyata sangat tangguh, pasukan AS & Inggris dapat dibuat lumpuh, sampai ada kapal perangnya yang ditenggelamkan. Kapal dagang negara sahabat Israel nyaris tidak ada lagi yang berani lewat Laut Merah kecuali kapal dagang dari sahabat Palestina dan Yaman sendiri. Iran membantu Yaman & Lebanon dalam perang ini. Rusia masih menunggu saat yang tepat untuk ikut perang di Laut Merah, karena urusan Ukraina belum selesai.
Irak, Yordania dan Suriah membantu menghancurkan fasilitas perang dan minyak AS sekutu Israel, karena AS telah secara langsung membantu Israel. Serangan ke pangkalan militer AS yang tersebar di AS juga dinilai sangat strategis. Jika seluruh pangkalan militer dan ladang minyak di Timur Tengah tersebut dihancurkan, AS akan kesulitan untuk memgukuhkan kembali esistensinya di wilayah tersebut. Bukan tidak mungkin negara seperti Jerman dan Jepang yang memiliki pangkalan militer AS disana akan ikut melepaskan diri dari AS
Prediksi banyak analis bahwa perang di Gaza ini akan melebar telah mulai terbukti. Israel telah berhasil menjebak AS dan Inggris untuk ikut berperang secara langsung. Akibatnya Israel berani menyerang Libanon, Irak, Suriah dan Yordania. Musuh Israel bertambah banyak, karena merasa di back up langsung oleh AS & Inggris.
Akibatnya negara-negara Islam mulai bersatu a.l Iran, Irak, Suriah, Yordania, Yaman, Aljazair. Tapi masih ada negara Islam seperti Bahrain masih mengekor Israel & AS. Negara Saudi & Mesir yang menjadi tangan AS di Timur Tengah mulai sedikit berubah, tetapi belum tegas, masih berada di tengah. Mungkin negara tersebut sangat bergantung keamanannya pada AS, sehingga tidak mandiri.
Perang antara Hamas dan Israel telah berkembang menjadi perang antara Palestina dan Israel. Kini perang tersebut telah berkembang menjadi perang antara Negara Islam dan Barat (Non Islam). Israel bersekutu dengan AS, Inggris, Jerman, Perancis, Australia, Spanyol, India, Jepang, Denmark. dll (seluruhnya non Islam) plus Bahrein yang Islam sendirian. Sedang Palestina dibantu oleh negara Islam a.l Iran, Irak, Suriah, Yordania, Yaman, Aljazair. Negara non Islam yang membantu Palestina Adalah, Korea Utara, Russia dan RRC, ketiganya adalah rival dari AS.
Banyak kejutan yang kita lihat dalam perang ini. Hamas memiliki laskar yang tangguh dan dapat membuat senjata sendiri, Israel tidak berkutik melawan Hamas. Hezbullah menjadi jauh lebih kuat, sehingga AS memprediksi Israel tidak mampu mengalahkannya. Houthi muncul sebagai kekuatan perang di laut dan darat yang tidak dapat dianggap remeh. AS dan Inggris saja kesulitan menghadapinya, Tentara Israel yang konon kabarnya hebat dan kuat ternyata merupakan tentara yang lemah dan pengecut, AS militernya tidak sekuat dulu, begitu juga Inggris. AS hanya mengandalkan bom nuklirnya saja, jika terpepet.
Ada perkembangan olitik yang menarik, yakni Inggris dan AS akan mengakui kemerdekaan Palestina. Sungguh ini perkembangan baru. Negara yang mengakui Palestina sebagai negara Merdeka : Tahun 1988 : 92 Negara secara bertahap sampai tahun 2019 telah 147 negara dari 193 negara anggota PBB. Jadi pengakuan dari negara-negara telah mencapai 76 %, sudah lebih dari cukup untuk suatu negara Merdeka, Palestina dapat segera “memproklamirkan kemerdekaannya” kembali segera setelah menguasai seluruh atau Sebagian besar wilayah Palestina. De jure sudah beres, tinggal de facto yang perlu dicapai. Semoga dalam waktu singkat Israel keluar dari Gaza, Tepi Barat dan wilayah lainnya. Jika terpaksa ada 2 negara sebagai syarat Israel hanya diberikan wilayah sekitar Tel Aviv, seperti wilayah Oekusse (Ambeno) daerah negara Timor Leste di NTT. Kemudian segera dipasang dinding pemisah.
Peperangan di Gaza dan Laut merah dapat segera berhenti jika AS berhenti. Dengan kata lain perang ini dikendalikan dan dipelihara oleh AS. Artinya AS sangat bertanggung jawab terhadap genosida yakni tewasnya lebih dari 26.000 orang warga Palestina yang didominasi oleh Wanita, anak-anak dan lansia. Rumah Sakit, sekolah, tempat pengungsian, Lokasi PBB dihancurkan, ini merukapan kejahatan perang.
International Court of Justice (ICJ), hari Jumat 26 Januari 2024 telah secara resmi memerintahkan Israel untuk segera ambil tındakan untuk menghentikan genosida di Gaza, Palestina. Selain itu juga mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah yang terkepung. Artinya pemerintah Israel sudah terkepung oleh warganya sendiri, Mahkamah Internasional, dan Masyarakat dunia. Di lapangan Israel terkepung oleh laskar perlawanan Palestina, Lebanon, Yaman, Yordania, Iran, Irak, dll.
Bandung, 04.03.2024