by M Rizal Fadillah
Mendadak beli koran Kompas ketika berjalan melirik judul berita “Mahfud MD Menanti Momentum untuk Mundur”. Itu hari Rabu tanggal 24 Januari 2024. Kini tanggal 31 Januari 2024, Mahfud MD belum mundur juga. Weleh payah juga nih orang. Momentum belum ada ? Mungkin tidak akan ada, sebab tidak jelas kriteria apa untuk sang momentum itu.
Pada saat menyatakan siap mundur ia menyatakan akan mengkomunikasikan dulu dengan Presiden Joko Widodo. Untuk apa ? Tawar menawar momentum ? Lucu juga pak Menkopolhukam ini. Lebih lucu lagi ungkapannya bahwa di satu sisi dirinya terikat dengan aturan parpol pengusung namun di sisi lain tak bisa meninggalkan begitu saja amanah dari Presiden Joko Widodo. Nah yang begini sikap plintat-plintut namanya.
Rakyat menuntut adanya satu kata dengan perbuatan. Mahfud MD kecewa atas cawe-cawe Menteri yang menjadi tim sukses Capres/Cawapres.Ia ingin memberi contoh agar tidak ada konflik kepentingan dengan cara mengundurkan diri. Tidak ingin memanfaatkan fasilitas negara untuk kampanye. Akan tetapi nyatanya ketika Capres lain teriak “menang satu putaran” Mahfud masih mutar-mutar mencari satu lubang yang namanya momentum.
Hingga hari ini politik Mahfud MD adalah politik undur-undur. Pemilu tinggal 2 minggu lagi. Benarkah hanya soal konflik kepentingan yang menyebabkan ingin mundur atau memang karena Mahfud MD tidak mampu menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan diri ? Lalu mengeluh dan menggerutu.
Jika Mahfud MD cepat mundur tanpa berputar-putar dalam kisaran argumen yang tidak jelas maka hal itu tentu akan bermanfaat bagi rakyat. Mahfud pun dipastikan mendapat simpati. Ada harapan membawa efek domino bagi mundurnya banyak Menteri. Ini artinya kritik keras atas perilaku politik Jokowi yang semakin brutal dan membabi buta dalam menyukseskan sang putera.
Seharusnya Mahfud bukan menunggu momentum tapi menciptakan momentum. Mundur cepat tanpa berputar-putar. Mahfud harus berani melakukan perlawanan atas penyimpangan para Menteri termasuk Presiden. Partai pengusung khususnya PDIP jangan membuat Mahfud ragu-ragu. Demi demokrasi dorong Mahfud MD untuk segera mundur.
Inilah saatnya untuk bersikap, pak Mahfud. Jika terlambat maka dipastikan seluruhnya menjadi berantakan dan kontra-produktif. Ganjar Mahfud akan kalah dini karena bergerak bagai kura-kura. Melawan kezaliman Jokowi harus tegas dan jelas, bukan dengan basa-basi. Apalagi pakai lobi-lobi atau negosiasi. Banci.
Meski ini bukan urusan cinta-cintaan seperti lagu Elvis Presley tetapi judulnya betul juga “It’s Now or Never”–pilihan buat Pak Mahfud hanya dua : now or never. Tomorrow will be too late.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 31 Januari 2024