Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Akhir-ini banyak orang yang sering dipanggil ulama, kyai, ajengan, atau ustadz tapi berjuang untuk kebatilan dan mudah tergiur dengan uang, harta, dan jabatan. Adakah ini yang disebut ulamaa suu atau ulama palsu ?
Apa definisi ulama suu ?
Menurut Imam Ghazali ulama suu adalah :
“Seseorang yang menuntut ilmu sebagai sarana untuk memperbanyak harta, berbangga dengan kedudukannya dan menyombongkan diri dengan besarnya jumlah pengikut. Ia terperdaya oleh setan. Ilmunya menjadi tumpuan untuk meraih duniawi. Bersamaan dengan itu, ia mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan kepandaian berbicara seperti ulama, padahal ia tamak kepada dunia lahir dan batin.”
Menurut Habib Umar Bin Hafidz :
“Barangsiapa yang datang untuk menyetujui atau mendukung membela kejahatan yang dilakukan oleh para pejabat tersebut walaupun tidak datang tapi dia mendukung, membela, membenarkan kejahatan yang dilakukan oleh pejabat tersebut maka dia baru ulama su’, tidak harus datang untuk menjadi ulama su’,”
Ulama suu lebih bahaya dari Dajjal, karena dajjal memang tujuannya menyesatkan dan lahirnya juga menunjukkan jati dirinya. Kalai ulama suu, penampilan dan ucapannya seperti seorang ulama, tapi jiwanya haus dunia dan jabatan, sehingga tindakannya akan menyesatkan umat.
Kata Nabi saw :
“Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ketimbang Dajjal. Beliau kemudian ditanya, Apa itu wahai Rasulullah?` Beliau menjawab, ulama su` (buruk).”
Ulama suu tempatnya di neraka dan perutnya akan digiling sehingga terburai usus-ususnya.
Rasulullah menceritakan kepada para sahabat beliau, “mohonlah perlindungan kepada Allah dari Jubb Al-Hazn.” Maka para sahabat pun bertanya, “Apakah itu Jubb Al-Hazn wahai Rasulullah?, beliau menjawab, “itulah sebuah lembah di neraka jahanam. Setiap hari jahanam sendiri memohon perlindungan dari itu (Jubb Al-Hazn ) sebanyak 100 kali. “wahai Rasulullah, siapa yang akan memasukinya?” Rasulullah menjelaskan, “para pembaca Alquran yang beramal karena pamrih (riya)”
Di hampir setiap zaman selalu ada tokoh-tokoh munafik jahat yang bertopeng atau berlabel agama, baik sebagai ulama, ustadz, juru nasihat, atau orang (bertopeng) baik. Padahal mereka adalah manusia yang sudah dikuasai iblis. Agama dijadikan tameng untuk mencari keuntungan dunia.
Di zaman Nabi Adam Syetan menyamar jadi seorang syaikh sehingga berhasil mengeluarkan Adam dan Hawa dari Surga. Di zaman Nabi Musa ada yang namanya Qarun dan Bal’am bin Baura yang kisahnya diabadikan dalam Al-Quran; di zaman Nabi Isa ada orang yang bernama Samiri; dan di Zaman Nabi Muhammad saw ada orang yang bernama Abdullah bin Ubay bin Salul.
Mereka menjadikan Agama hanya untuk kepentingan hawa nafsu, dunia dan untuk menjauhkan manusia dari kebenaran.
Di zaman kini, sangat banyak orang-orang yang memiliki karakter yang sama atau bahkan lebih buruk dari tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas, tapi mereka bisa mengecoh masyarakat dengan sifat kemunafikannya. Mereka selalu berlagak “sok suci” dan selalu menyerang orang-orang yang taat dan berjalan di jalan yang lurus.
Bagaimana cara kita mengenali mereka :
Pertama, Kenali ciri-ciri tindakannya, bukan ucapannya.
Jika tindakannya menyalahi ucapannya, itulah ulama su. Jauhi mereka.
Firman Allah
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S.Aş-Şaf : 2-3)
Ibnul Qayyim berkata :
“Ulama Sû’ duduk di depan pintu surga dan mengajak manusia untuk masuk ke dalamnya dengan ucapan dan seruan-seruan mereka. Dan mengajak manusia untuk masuk ke dalam neraka dengan perbuatan dan tindakannya.” (Kitab Al-Fawaaid :61)
Kedua, Cinta dunia dan jabatan
Ulama yang lurus selalu cinta akhirat dan menjauhi dunia. Ulama su mencintai dunia dengan mengabaikan hisab di akhirat. Ulama su lebih awal dimasukkan neraka daripada orang musyrik dan penyembah berhala. Kata Imam Ghazali, salah satu ciri ulama su adalah :
“Seseorang yang menuntut ilmu sebagai sarana untuk memperbanyak harta, berbangga dengan kedudukannya dan menyombongkan diri dengan besarnya jumlah pengikut.”
Ketiga, Bolak-balik masuk istana*l
Yang dimaksud dengan bolak-balik masuk istana adalah untuk mendukung dan membenarkan keputusan istana padahal dalam pandangan Allah penguasa itu telah melenceng dari syariat Islam. Inilah yang dimaksud hadis ;
“Para ulama adalah orang-orang kepercayaan para nabi selama mereka tak bergaul dengan para penguasa dan tidak asyik dengan urusan harta dunia. Jika mereka bergaul dengan para penguasa dan sibuk berurusan dengan soal-soal duniawiah,”
Keempat, memecah belah umat
Ulama suu bukan mencari ridha Allah dan kemaslahatan umat, tetapi keuntungan pribadi walaupun umat Islam menjadi terbelah, apalagi sampai saling hujat satu sama lain. Ulama yang lurus selalu mencari ridha Allah, membimbing umat ke jalan yang lurus dan terus membangun persatuan. Para pemecah belah agama tidak punya kedudukan di sisi Allah.
Firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (Q.S. (Al-‘An`ām:159)
Kelima, Mencampurkan yang dengan yang batil
Segala yang datang dari Allah itu haq, dan yang batil datang dari syetan melalui hawa nafsu. Hukum Allah tidak bisa disatukan dengan hawa nafsu syetan.
Firman Allah :
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah:42
Keenam, Menolak sebagian ayat Allah atau Sabda Rasulullah saw
Menolak sebagian ayat Allah atau sabda Rasulullah saw bisa jatuh kedalam kekafiran. Misalnya : menolak hukum waris, hukum hudud, qishash, menutup aurat bagi wanita, mengganti kalimat aamiin jadi qabul, dll.
Firman Allah :
“….Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.” (Q.S.Al-Baqarah : 85-86)
Ketujuh, Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal
Demi mendukung keinginan hawa nafsunya, yang benar dikatakan salah yang halal dikatakan haram dan menyuruh orang menjauhinya; sebaliknya, yang sudah jelas salah dan haram, tapi dibilang benar, baik, dan menyuruh orang mengambilnya. Sampai kebatilan didoakan dengan doa-doa yang baik hanya demi segepok uang (suap).
Termasuk dalam urusan politik kepalsuan didukung-dukung, malah dipuji-puji padahal dalam hatinya tau kalau itu salah, batil, dan haram.
Itulah kerjaan ulama-ulama palsu atau ulama jahat (ulama su).
Na’udzubillah min dzaalik
Bandung, 11 Rajab 1445