Sebut Capres Bisa Terbunuh saat Kampanye, Ke Mana Arah Pernyataan Tito Karnavian Itu?

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Apa maksud Tito memberi peringatan kalau capres bisa terbunuh saat kampanye?

Capres yang dimaksud tentunya bukan Ganjar, apalagi Prabowo karena keduanya pendukung Jokowi. Jadi yang dimaksud capres di sini adalah Anies Baswedan.

Tidak memgherankan jika Anies menjadi sasaran pembunuhan, karena upaya untuk menjegal Anies akan terus dilakukan rezim Jokowi sampai Anies tumbang. Bukankah selama ini sudah berkali-kali Anies dijegal, bahkan sampai dikirim sekarung ular cobra ketika Anies menginap di Tangerang, Banten ?

Para pendukung Jokowi sudah sangat yakin kalau Anies bakal gagal nyapres, sampai ada yang berani taruhan melepas mobil Alphard, nyatanya Anies tetap lolos di KPU dan mobil Alphardnya batal dikasihkan.

Apakah Tito mau mengulang lagi tragedi Pilpres 2019 di mana ada 894 petugas KPPS yang terbunuh misterius dan lebih dari 5000 petugas sakit misterius. Dan orang yang paling bertanggung jawab adalah Ferdy Sambo sebagai Ketua Tim Satgassus Merah Putih, Tito Karnavian sebagai Kapolri dan Jokowi pimpinan tertinggi. Semua skenario ini telah terkuak berkat pengakuan Ferdy Sambo karena terlibat pembunuhan Brigadir Joshua.

Apa sebenarnya yang ditakutkan dari seorang Anies, kenapa harus ada _warning_ dari seorang Menteri Dalam Negeri ?Akankah dilakukan operasi senyap seperti yang terjadi di Pilpres 2019 ?

Apa dosa-dosa Anies terhadap bangsa dan negara ini sehingga begitu “ditarget” oleh rezim Jokowi ?

Padahal, mengamati perjalanan kampanye Anies di berbagai daerah, tidak pernah Anies membangun kekerasan, radikalisme, intoleran, permusuhan, dan pembelahan bangsa. Anies selalu membangun persatuan, kedamaian, kerukunan, stabilitas, dan tidak pernah mencaci pihak lain. Jika pun mengkritik itu terhadap kebijakan yang dinilai tidak pro rakyat.

Secara pribadi Anies adalah pribadi yang santun berakhlak mulia, amanah, peduli dan mengayomi wong cilik, merangkul semua pemeluk agama, dan memberikan kebebasan kepada para pengkritiknya untuk mengoreksi dirinya.

Rekam jejak Anies jelas, kinerjanya sudah teruji selama memimpin Jakarta. Segala narasi yang menyudutkan Anies tidak terbukti. Jakarta menjadi salah satu kota terbaik di dunia. Seabreg penghargaan telah diterima Anies baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Jika sampai terjadi sesuatu kepada Anies, pihak yang paling bertanggung Jawab adalah : Kapolri, Mendagri, dan Presiden. Karena tidak mampu melindungi warganya yang menjadi harapan rakyat.

Ada 5 pihak yang mungkin mampu melakukan kekerasan

1. Antek PKI
2. BIN
3. BRIMOB
4. Pembunuh Bayaran
5. Orang yang disuruh jadi ODGJ

Mari kita analisa secara sederhana kelima faktor di atas.

Pertama, Bangkitnya anasir PKI yang berlindung di balik konstitusi, Pancasila dan Pemerintahan Jokowi

Selama Jokowi berkuasa, ideologi komunis telah merasuk ke semua lembaga baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Tanda-tanda mereka yang telah terpapar faham komunisme (PKI gaya baru) antara lain :

1. mendiskreditkan Islam, ulama garus lurus, dan umat Islam yang istiqamah mengamalkan ajaran Islam

2. politik devide et impera (Adu domba)

3. maling teriak maling (kelompoknya yang membuat masalah tapi dituduhkan kepada pihak umat Islam)

4. tidak segan-segan menghabisi nyawa jika dianggap merintangi atau mengganggu rencana mereka. Bersikap munafik (di depan berlagak taat hukum dan aturan, di belakang justru mengacak-acak hukum dan aturan)

Kedua, operasi senyap Badan Intelejen Negara (BIN)

BIN adalah lembaga negara yang bertugas untuk memantau setiap pergerakan yang dapat merongrong dan membahayakan negara, menciptakan pra kondisi, dan kadang juga bertindak untuk menghabisi lawan-lawan politik rezim.

Ketiga, Aparat Kepolisian, khususnya Tim Densus 86, Satgassus, atau pasukan Brimob. Apa yang telah diungkap oleh Ferdi Sambo, bahwa pihak kepolisian bertanggung terhadap berbagai kasus pembunuhan, mulai kasus tewasnya 6 laskar FPI

Keempat, Para Pembunuh bayaran

Orang yang ditugaskan untuk “menghabisi” target bisa berasal dari kesatuan, seperti pada kasus petugas KPPS, bisa juga dibantu orang-orang bayaran, seperti kasus pelemparan ular cobra kepada Anies, tujuannya untuk menghilangkan barang bukti.

Kelima, Modus pelaku yang tiba-tiba menjadi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)

Kasus pembunuh tang penjepit tiba-tiba jadi ODGJ. Kemungkinan besar para ODGJ ini hanya modus untuk menghilangkan bukti-bukti dan biar terhindar dari tuntutan hukum, padahal semuanya sudah didesign.

Memang aneh ada ODGJ tapi hafal target yang dibunuh. Jika ODGJ yang asli, mereka tidak mungkin melakukan pembunuhan karena pikiran mereka sudah di bawah alam sadar yang hanya melihat yang baik-baik saja; ODGJ yang asli hanya sibuk dengan dirinya sendiri, mereka sudah tidak peduli siapa pun yang di sekitarnya.

Kecuali memamg ODGJ setingan atau ODGJ jadi-jadian. Kadang pembuat skenario terlalu bodoh sehingga dianggap rakyat percaya begitu saja dengan rekayasanya.

Wallahu a’lam

Simak berita dan artikel lainnya di Google News