Oleh: Habib Jansen Boediantono/Dewan Pembina Dapur Amin
Dalam masyarakat Jawa ada kepercayaan yang mengatakan SAJATINE KANG ANA IKU DUDU. Yang tampak ada bukanlah yang sebenarnya, atau yang tampak adalah gambaran dari yang tidak tampak. Kepercayaan ini bila dikaitkan pada hubungan DAPUR AMIN dengan Emak – Emak, akan menjadi sama antara hubungan kain dengan kapas. Dapur Amin itu kain, sedangkan Emak – Emak itu kapas. Walapun kapas tidak nampak pada permukaan kain, namun kapaslah yang merupakan unsur pokok dari kain tersebut. Kain merupakan eksistensi dari suatu esensi, yaitu kapas.
Analog diatas saya gunakan untuk mengatakan Dapur Amin adalah simbol dari suatu gerakan emak – emak untuk menjawab kekuasaan yang pongah dan abai pada kebutuhan dasar rakyat. Gerakan ini berupaya menjawab realitas secara konkret bukan dalam pemikiran bertakik – takik ( sophiscated thinking ).
Gerakan ini merupakan bentuk protes dalam politik modern yang tak memiliki doktrin homogen. Ia merupakan gerakan yang menghimpun sejumlah persoalan melalui berbagai asumsi, konsep – konsep dan lingkup masalah secara sederhana melalui sekotak nasi yang diberikan pada kaum miskin dan terlantar. Tetapi walaupun sederhana, gerakan ini memiliki arus bergelombang yang bermuara pada perasaan sama : KEPRIHATINAN TERHADAP KEHIDUPAN BERNEGARA. Untuk itu misi gerakan ini hendak membangun kebersamaan, gotong royong pada masyarakat apapun golongan dan pilihan politiknya dalam menyelesaikan persoalan sosial ekonomi dilingkungannya masing – masing
Penyebab utama simpati masyarakat pada gerakan ini adalah banyaknya perilaku manipulatif kekuasaan yang abai pada kepentingan rakyat. Disamping itu, diakibatkan sikap penguasa yang terlalu optimis tapi dangkal dan terlalu yakin pada kemajuan ikut memperbesar gerakan ini. Emak – emak militan pendukung pasangan AMIN yang berada digaris terdepan gerakan ini berusaha menyingkap makna sebenarnya kekuasaan setelah ilusi tentang kesejahteraan dan kemakmuran luluhlantak oleh perilaku ugal – ugalan penguasa. Model – model pemikiran objektif disampingkan, dan mereka hanya mengandalkan metode fenomenologi yang melahirkan aksi sesuai yang dihayatinya
Inilah DAPUR AMIN, sebuah gerakan yang lahir dari penghayatan emak – emak pada segi – segi kehidupan bernegara yang menjadi problem keseharian dirinya. Yang disampaikan bukanlah gagasan – gagasan abstrak, melainkan sebuah tindakan pada situasi tertentu yang konkret, yang selalu didesak antara harapan dengan kenyataan, ditarik antara kekuatan dan ketak berdayaan, dihadapkan pada kebutuhan dan kemampuan