Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Apabila dicermati, doa yang terkandung dalam shalawat asyghil yang berbunyi : Wa asyghilidzhzhaaliimin bizhzhaalimiin (Sibukkanlah para pendzalim itu (saling serang satu sama lain)
Wa akhrijnaa min bainihim saalimiin (Keluarkanlah kami dari (lingkungan) mereka dengan selamat). Adalah permohonan kepada Allah agar para pelaku kezaliman itu sibuk karena saling serang satu sama lain. Tampak doa umat Islam itu sedang dikabulkan Allah.
Baik Koalisi Prabowo (KIM) maupun Koalisi PDIP keduanya sama-sama pembohong, pendukung “penjajahan” China via oligarki taipan, instabilitas, kecurangan, korupsi, memperkaya diri sendiri dan tidak mampu mensejahterakan rakyat. Mereka adalah orang-orang yang telah menzalimi rakyat.
Jika saja mereka adalah orang-orang yang tegak lurus dengan kebenaran dan dan fair play, seharusnya ketika Anies dijegal rezim Jokowi untuk maju nyapres, seharusnya mereka protes dan tidak setuju dengan langkah penjegalan Anies. Tapi mereka diam saja. Dan memang, selama ini mereka satu kubu dengan pelaku penjegalan Anies. Hanya karena pertolongan Allah dan kesadaran masyarakatlah yang menjadikan Anies masih terus melenggang.
Sepertinya “permusuhan” Megawati dengan Jokowi bakal menuju ‘perang’. Karena kejengkelan Megawati sudah memuncak.
Nafsu Jokowi untuk menunda Pemilu dan memperpanjang masa jabatan adalah awal perselisihan Jokowi dengan Megawati. Berlanjut ke keinginan Jokowi mencapreskan Ganjar sebagai penerus Jokowi, yang langsung diambil alih oleh PDIP. Lalu dukungan Jokowi kepada Prabowo makin membuat Megawati kesal. Hubungan keduanya makin retak. Dan puncaknya adalah disuruhnya Gibran untuk jadi cawapres Prabowo, do mana baik Jokowi maupun Gibran masih jadi kader PDIP, tapi ditelikung dari belakang.
Kemarahan Megawati kepada Jokowi sudah sangat memuncak. Jika Gibran tetap maju jadi cawapres Prabowo, artinya Jokowi sudah menabuh genderang perang dengan Megawati.
Hari-hari ke depan kita akan saksikan aksi saling serang antara kubu Megawati dan koalisi PDIP melawan Jokowi dan kubu Prabowo. Keduanya akan saling jatuh menjatuhkan. Mungkin dengan cara-cara kasar sekalipun.
Dalam pengamatan penulis, semua kejadian ini adalah skenario Allah untuk bisa memuluskan pasangan Anies-Cak Imin makin melenggang. Pencawapresan Gibran adalah anti klimaks dari perjuangan Jokowi untuk mempertahankan dan mewariskan kekuasaannya. Jadi pihak Amin tidak perlu menguras energi untuk menghancurkan Jokowi justru Jokowi bakal hancur oleh anaknya sendiri.
Di Pemilu 2024, baik kubu PDIP maupun kubu Prabowo keduanya bakal hancur. Dengan kuasa Allah, laju Anies makin lancar menuju kemenangan sebagai Presiden RI.
In syaa Allah
Bandung, 7 R. Akhir 1445