Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Baru-baru ini, LSI Denny JA merilis elektabilitas Anies hanya 5% di tengah membludaknya pendukung Anies di mana-mana. Mereka akhirnya disomasi oleh Nasdem.
Tahun 2017 ketika Pilkada DKI, para surveyor bayaran rezim dan oligarki taipan (?) telah merilis hasil survey, di mana posisi Anies-Sandi ditempatkan di posisi buncit (ketiga)
Hasil survei lima lembaga (Indikator, Charta Politika، LSI Denny JA, Poltracking, dan LSI Dody Ambardi) secara rata-rata merilis hasil survey sbb: Agus-Sylvi sebesar 29,58 persen, Ahok-Djarot 27,2 persen, dan Anies-Sandi 23,82 persen. Sementara, undecided voters atau pemilih yang tidak menjawab sebanyak 19,39 persen.
Pada faktanya, ternyata pasangan Anies-Sandilah yang memenangkan Pilkada DKI 2017.
Pada Pemilu 2019, hampir semua lembaga survei bayaran menempatkan pasangan Jokowi-Ma’ruf sebagai pemenang mengalahkan Prabowo-Sandi dengan selisih suara yang sangat signifikan. Sebagai refleksi untuk jadi bahan kehati-hatian ke depan, penulis kutipkan hasil survey beberapa lembaga survey bayaran ;
1. LSI Denny JA
-Jokowi-Ma’ruf: 55,9-65,8%
-Prabowo-Sandi: 34,2-44%
2. Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)
-Jokowi-Ma’ruf: 56,8%
-Prabowo-Sandi: 37%
3. Cyrus Network
-Jokowi-Ma’ruf: 56,4%
-Prabowo-Sandi: 38,1%
4. Poltracking Indonesia
-Jokowi-Ma’ruf 54,5 %%-Prabowo-Sandi 45,5%
5. Center for Strategic and International Studies (CSIS)
-Jokowi-Ma’ruf 49,2%
-Prabowo-Sandi 33 %
6. Litbang Kompas
-Jokowi-Ma’ruf 49,3%
-Prabowo-Sandi 37,4
7. Charta Politika,
-Jokowi-Ma’ruf 55,7
-Prabowo-Sandi
8. Indikator
-Jokowi-Ma’ruf 55,4%
Sedangkan quick count masing-masing yang ditampilkan di layar TV-TV Mainstream yang semula menampilkan 54,95 persen untuk Prabowo-Sandi (menang) dan 45,05 persen untuk Jokowi Ma’ruf (kalah), (para pejabat pendukung Jokowi-Ma’ruf yang nobar hasil quick count sudah pada murung), tapi secara tiba-tiba tampilan menjadi terbalik: 54,95 persen untuk Jokowi-Ma’ruf (menang) dan 45,05 persen untuk Prabowo-Sandi (kalah). Akhirnya KPU menetapkan hasil yang dari kecurangan itu sebagai pemenang.
Jadi Lembaga Survei bayaran (dukungan oligarki taipan) sangat menyesatkan dan membohongi publik karena baik hasil _quick count_ maupun hasil KPU akan disesuaikan dengan hasil lembaga survey, padahal mereka semua telah merekayasa hasil dengan mengutak-atik responden sesuai keinginan pembayarnya.
Akankah kejahatan para lembaga survey berulang di Pilpres 2024 ? Semua lembaga survey bayaran (Menurut Anthony Budiawan lembaga pelacur) selalu menempatkan Anies di posisi ketiga, apa pun fakta dan realita di lapangan.
Sepertinya para suryeyor penyesat dan pendusta ini harus diadili dengan tuduhan melakukan kebohongan publik.
Mereka bersama rezim pendusta dan oligarki taipan nampaknya sudah merancang kejahatan kecurangan yang sama di tahun 2024. Hasil survey rekayasa ini bertujuan untuk menggiring opini publik yang kemudian akan dijadikan rujukan bagi media main stream dan mungkin juga KPU.
Padahal hasil survey mereka sama sekali tidak bisa dipercaya karena pilihan untuk calon tertentu sengaja digelembungkan menjadi pemenang dengan mengutak-atik responden. Bagaimana mungkin responden yang jumlahnya cuma 1200-2000 orang, dan (kata pakar survey) 57% nya sudah diplot dari pendukung capres mereka, tapi hasilnya harus dipercaya ? Hanya media dan pejabat tolol yang menjadikan survey bohong dan tipu-tipu ini sebagai rujukan.
Hasil survey lembaga-lembaga survey abal-abal ini harus ditolak dan dilawan agar Pilpres 2024 bisa terhindar dari kecurangan dan manipulasi.
Bandung, 24 R. Awwal 1445