Waspada Para Penyusup Pembenci Pasangan Anies-Muhaimin

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Menyadari laju Anies yang semakin tak terbendung, pihak-pihak yang tidak suka Anies melaju di Pilpres 2024 mulai melancarkan serangan dengan berbagai cara.

Terutama setelah bergabungnya Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dari PKB ke kubu Koalisi Perubahan, yang secara otomatis menutup celah suara Nahdliyyin memilih capres lain. Pihak Ganjar (PDIP) dan Prabowo (Koalisi Indonesia Maju) telah mati langkah dengan kecerdikan Surya Paloh menggandeng Cak Imin sebagai cawapres Anies.

Bergabungnya Cak Imin dengan Anies kedalam Koalisi Perubahan juga membuyarkan seluruh skenario istana. Mereka saat ini sangat kelimpungan sehingga sangat sulit mencari cawapres yang bisa merepresentasikan kaum Nahdiyyin. Itulah sebabnya baik Ganjar maupun Prabowo sampai saat ini belum menemukan cawapres yang tepat. Mereka akan nekad menerapkan strategi-strategi kotor.

Beberapa strategi timses Ganjar dan Prabowo dan juga para pembenci Anies-Cak Imin seperti :

Pertama, Melakukan upaya adu domba atau memecah kesolidan Koalisi Perubahan

Apa yang dilakukan oleh Gus Miftah dengan merendahkan PKS (bergabung dengan NU), Yaqut yang membid’ahkah memilih pasangan Amin, Staquf yang terus membela Jokowi, dan Prabowo yang memanggil ulama-ulama NU untuk meminta dukungannya. Tapi upaya itu gagal.

Kedua, Upaya Ganjar dan Prabowo mencari cawapres dari Nahdhiyyin guna menyaingi Cak Imin*

Upaya Megawati (PDIP) yang meminta Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Miftachul Akhyar untuk jadi cawapres Ganjar, dan Prabowo yang meminta Khofifah untuk menjadi cawapresnya, adalah upaya untuk memecah belah suara NU ke Amin.
Tapi sepertinya upaya ini pun bakal gagal, karena mereka paham misi-misi di balik manuver itu.

Ketiga, Mengungkit keburukan Partai Nasdem dan PKB

Nasdem dan PKB adalah Partai Koalisi Pemerintah. Sebagai partai koalisi istana, tentu saja banyak kebijakan partai yang bertentangan dengan visi-misi oposisi, terutama yang berhubungan dengan kekejaman rezim Jokowi terhadap umat Islam, seperti PKB yang pernah “berseteru” dengan IB HRS, Nasdem yang “memusuhi” umat Islam dan mendukung kebijakan rezim zalim yang mengkriminalisasi para ulama, termasuk dukungan Nasdem atas pembantaian 6 laskar FPI, dll.

Tapi masa lalu yang telah berubah tidak harus diungkit-ungkit, selama mereka sudah terjadi ‘hijrah” (perubahan). Surya Paloh sudah bersumpah mendukung Anies secara totalitas, dan Muhaimin sudah bersilaturahmi dengan IB HRS.

Dan lagi, banyak partai pendukung rezim Jokowi yang “terjebak/tersandera” dengan permainan intimidasi rezim. Jangan menggoreng kelakuan masa lalu hanya untuk “menjatuhkan” demi kepentingan pribadi/golongan.

Keempat, Memutarbalikkan fakta untuk menjatuhkan capres tertentu demi menerima bayaran tertentu

Para buzzer rezim, influencer, dan lembaga-lembaga survey bayaran (oligarki taipan dan partai pendukung) terus memutarbalikkan fakta dengan mengunggulkan capres dari pihak pembayar, walaupun tidak sesuai bahkan bertentangan dengan fakta di lapangan.

Kelima, Mengirimkan para penyusup ke berbagai komunitas dengan misi penggiringan opini mengangkat capres yang didukung dan men- downgrade capres lawan

Di setiap grup WA atau komunitas lain, selalu ada penyusup yang tugasnya : 1. memuji-muji capres dan partai yang didukung; 2. mengungkap keburukan capres dan partai lawan; 3. Menyebarkan berbagai kebohongan dan sentimen pribadi karena tidak suka latar belakang capres/cawapres yang tidak didukungnya

Sebagai rakyat dan pemilih yang cerdas, selalu jangan mudah diadu domba dan diombang-ambingkan; oleh orang-orang pendukung rezim, para buzzer bayaran, surveyor pelacur, orang-orang anti kestabilan, dan orang tukang nyinyir.

Selalu teguh dalam pendirian, tidak mudah terbujuk oleh rayuan uang, jabatan, dan tipu daya manis.

Bersatu padu untuk mewujudkan terealisasinya Anies sebagai Presiden RI Ke-8. Insya Allah

Bandung, 20 R. Awwal 1445

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News