Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)
Kita semua harus menyadari bahwa membangun hubungan yang harmonis jauh lebih sulit dibandingkan membangun hubungan struktural dan hierarki. Karena dalam hubungan yang harmonis di dalamnya ada cinta, saling pengertian, dan besarnya rasa pengorbanan yang tumbuh dari kedalaman hati. Tak ada jaminan seberapa lama pun sebuah OPZ hadir dan mengabdi di negeri ini lalu ia bisa menjadi model relasi yang bagus di dalamnya. Mengapa? Karena soal relasi yang harmonis, bukan hadir atas desakan atau paksaan. Ia hadir dalam jiwa dan tumbuh atas panggilan cinta.
Jadi, bila ingin melihat dunia zakat Indonesia tumbuh layaknya sebuah taman yang indah, maka tumbuhkan dulu rasa cinta di hati kita. Ya, semangat saling memperbaiki diri dan semangat bersetia dengan cita-cita bersama, lalu kita berkomitmen untuk mewujudkannya. Urusan zakat hakikatnya bukan semata urusan dunia.
Tak ada di dunia ini OPZ hebat yang sejengkal pun boleh abai pada syariat. Bisa jadi sebab yang membuat maju dan berkembang sebuah OPZ dalam mengelola zakat itu sesungguhnya bukan karena SDM-nya benar-benar hebat. Ia jadi hebat di hadapan manusia pada hakikatnya karena ridha-Nya.
Tanpa ada keterlibatan Allah Yang Mahahebat, mungkin tak banyak hati tergerak dan tersentuh untuk berzakat. Allah Yang Maha Kuasa, yang menggerakkan hati hamba-hamba-Nya sehingga mereka memiliki kecenderungan pada OPZ tersebut dibandingkan OPZ yang lain.
Mulai hari ini, mari pastikan kita belajar lagi untuk mendidik dan menundukkan hati. Semua langkah yang menurut kita bisa memperbaiki OPZ masing-masing, mudah-mudahan akan berkontribusi pada terciptanya lanskap gerakan zakat Indonesia yang semakin baik dan berkualitas. Lupakan semua perbedaan yang ada dan mari kita berfokus pada cita-cita menjadikan gerakan zakat ini nyata ada dan mewujud di tengah umat dan bangsa. Mari kita jadikan kebangkitan zakat sebagai momentum untuk menunjukkan kemuliaan Islam dan memastikan bahwa ekonomi ribawi bisa dihancurkan dengan gerakan zakat.
Ekonomi ribawi yang masih menjadi mainstream dalam mengelola urusan bangsa harus segera diakhiri dan secara perlahan harus beralih pada ekonomi tanpa riba dan rente. Pengaruh riba sendiri kita tahu bersama: bukan hanya akan melahirkan kesejahteraan semu tapi juga dapat menjauhkan keberkahan pada tata kelola negara hingga rumah tangga Muslim.
Biarkan ekonomi Islam (termasuk di dalamnya zakat) yang digunakan untuk pemberdayaan umat sehingga pada waktunya kelak terlahir generasi terbaik bangsa ini yang akan mengikis kegelapan dunia akibat kerak amat tebal pengaruh riba. Semoga negeri ini benar-benar Allah takdirkan menjadi negeri baldatun thayyibatun warabbun ghaffur.
Untuk itu, mari bersinergi!